Derit Sa Kcuf

11 2 0
                                    

Untuk kaum perempuan, khawatir adalah hal yang wajar, namun pastikanlah kekhawatiranmu tidak bersifat memojokan seolah-olah pemikiran kalian adalah yang paling benar. Hindarilah khawatir yang tidak sehat karena mungkin kalian tidak tau apa latar belakang dari hal yang membuat kalian khawatir.

Pertengkaran dalam hubungan gue udah jadi hal wajib bulanan, bahkan ada saat-saat berantem setiap minggu. Biasanya emang gara-gara hal sepele kaya salah paham aja, wajar lah yang namanya dua otak pasti beda pemikiran. Tapi, Sheila adalah orang yang cukup ekstrim dari dulu, selama dua tahun lebih pacaran gue beberapa kali hampir putus cuma karena salah paham. Cuma gue dari dulu selalu nanggep kalo itu cuma kebawa emosi, jadi nanti juga bakal baik lagi kalo udah dijelasin.

Gue mungkin biasanya nganggep semua pertengkaran gue biasa, tapi untuk kali ini kayanya gue gabisa kaya biasanya, karena memang gue ketauan ke tempat yang gak biasanya gue kunjungi dan gue masih merasa ada rasa bersalah dari apa yang gue lakuin sama Sheila pas di Solo waktu itu. Alhasil gue cuma bisa bergeming saat Sheila mengamuk via telfon malam itu, karena bingung dari mana gue harus jelasin semuanya.

"Do, aku tau ya kamu abis dari mana" Ucap Sheila dengan nada yang cukup tinggi.

"Iya maaf, aku tadi...." balas gue.

"Gausah banyak alesan, aku tau Bandung itu keras dan nakal. Aku berharap kamu gak seperti itu, bahkan aku rela ngasih semuanya daripada kamu ikut-ikutan pergaulan disana" Potong Sheila.

"Tapi aku emang gak ikut-ikutan, aku juga ga ada niat berbuat jahat ke kamu" Jawab gue yang agak bingung sama statement Sheila.

"BOHONG!! Terus apa tujuan kamu kesana? cari cewek lain karena kamu penasaran rasanya bersetubuh? bisa-bisanya kamu kaya gitu" Seru Sheila dengan lantangnya.

"Enggak Sheila, jangan lebay dong" Ucap gue.

"Kamu masih bohong? oke kalo gitu kita putus aja" Ucap Sheila sambil menangis serta langsung menutup telfon.

Gue bingung, apa sih yang di inginkan pasangan kita saat marah? apa dia bener-bener mau mendengarkan kejujuran, atau dia cuma mau mendengarkan gue mengatakan sesuai persepsinya. Kadang gue mikir apakah gue harus bohong supaya dia puas sama jawaban gue dan masalah selesai, apa malah nambah masalah baru. Dan gue juga gak bisa ngasih pembelaan apa-apa karena sadar diri tentang apa yang udah gue lakuin, jadi pilihan satu-satunya adalah minta maaf secara langsung.

Selesai Pertengkaran gue di telfon, gue akhirnya langsung cari tiket kereta ke Solo. Tapi sayang tiket ekonomi yang kemarin gue pilih habis, terpaksa harus beli tiket eksekutif yang harganya mahal tapi untungnya berangkat langsung jam setengah delapan pagi, karena memang pilih tiket ekonomi wajib booking sehari sebelum berangkat kalo gak mau kehabisan.

Gue baru sadar saat itu udah subuh, jadi gue milih untuk gak tidur daripada harus ketinggalan kereta. Selesai pesen tiket gue sholat sambil berharap semua akan baik-baik aja, dan gak akan ada masalah lagi selanjutnya.

Mandi pagi, mungkin itu hal yang paling jarang gue lakuin karena dinginnya gak karuan, tapi sekarang gue bisa nyaman mandi pagi, karena di kosan gue ada water heater. Gue betah mandi pake air panas, saking betahnya gue sampe ketiduran, tanpa sadar gue kebangun jam setengah tujuh pagi gara-gara dibangunin bang Upil.

"Do, air kamar mandi lu bocor?" Teriakan bang Upil dari luar kamar sambil ketok pintu.

"Enggak bang, emang lagi ngisi air aja tadi" Jawab gue yang kaget gara-gara baru bangun.

"Udah penuh itu" ucap bang Upil.

"Gapapa bang, gue emang suka suara gemercik air" Jawab gue yang sebenernya gatau harus jawab apaan.

Eclipsed UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang