♡˙03˙♡

970 58 2
                                    

Ara sedang duduk di sofa ruang keluarga dengan di temani boy band korea yang ia tonton

"Assalamualaikum"

Ara mendongak melihat mama nya yang kini sedang memegang pipinya dari belakang sambil tersenyum

"Waalaikumsallam" ucap Ara lalu memberi kode agar mama nya duduk di sampingnya

"kok lama banget ma?" tanya Ara ketika mamanya sudah duduk di sampingnya

"biasa lah sayang,urusan ibu-ibu"ujar mamanya. Ara hanya mengangguk dan kembali menonton tv

"udah di antar makanan buat kakak kamu?" tanya mama. Ara menoleh terdiam sebentar lalu mengangguk dan kembali menonton tv

"kamu udah makan?"

"sedikit" sahut Ara

"Yaudah ayo makan sama mama" dan keduanya berjalan menuju ruang makan yang kini sudah terisi oleh lauk pauk

...

"huft"

Entah untuk keberapa kalinya Ara menghembuskan nafasnya kasar. Ia resah, memikirkan kejadian siang tadi.

Dimana ia dengan lancangnya berbicara seperti itu, bukankah perasaan tak bisa di paksakan?

Itu yang di rasakan oleh Ara. Ia terus memikirkan perkataannya kepada kakaknya untuk berhenti menyukainya.

Namun satu sisi Ia ada benarnya, Karena mereka terikat saudara. Namun Ara bimbang ada rasa tak enak hati ketika kakaknya terdiam lesu seperti tadi siang

Dan sampai sekarang pun Taeyong belum juga datang padahal waktu menunjukan pukul 22.36, sangat larut tak biasanya Taeyong belum pulang jam segini

Ara menyibakan selimutnya turun dari kasur dan berjalan keluar kamar. Ia menghampiri kamar Taeyong dan masih saja tak ada penghuninya

Ia pun turun ke lantai satu dan mengintip lewat jendela namun tak ada satupun orang di sana

"huft"

Lagi dan lagi Ara hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Ia hanya bisa berdoa semoga saja tak terjadi apapun pada Kakaknya atau Taeyong telat pulang karena pekerjaan kantornya. Ara mencoba berfikir positif.

"ck! Kemana sih tuh anak, bikin khawatir aja! Awas aja kalo pulang gue gebukin" gerutunya lalu duduk di ruang tamu agar bisa langsung menyambut Taeyong dengan bogemnya

Kedua orangtuanya sudah terlelap, Ara pun sebenarnya sudah mulai mengantuk tapi ia tahan dengan tangannya yang menaikan kelopak matanya agar tidak tertidur.

Sudah lima belas menit Ara duduk di sofa tapi Taeyong belum juga datang. Ara akan menambah bogemannya dengan tendangan dan juga tamparan jika Taeyong lima menit lagi belum sampai.

"Assalamualaikum"

Ara mendongak ketika pintu utama di buka dan ucapan salam itu terdengar. Kedua matanya langsung terbuka lebar tak lagi mengantuk

Ia menghampiri Taeyong dengan emosi yang menggebu-gebu. "Dari mana aja? Kenapa baru pulang?! Gue khawatir tau?!!" cercanya menunjuk Taeyong dengan telunjuknya

"Tadi kecela--"

"APA?! LO GAPAPA? ADA YANG SAKIT? KENAPA GAK TELFON GUE! INI PASTI SALAH GUE KAN?! LO KEPIKIRAN SAMA UCAPAN GUE TADI SIANG MAKANNYA KECELAKAAN?HIKS " Isak Ara memeluk Taeyong.

Taeyong tersenyum lalu membalas pelukan hangat Ara dan mengelus puncak kepalanya sesekali mengecupnya

"Gue belum selesai ngomong" ujar Taeyong dengan suara lesunya. Ara tak menggubris ia menyesal telah berbicara lancang membuat Kakaknya menjadi kepikiran dan berakhir seperti ini

Brother Complex || Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang