Part 1

2 0 0
                                    

Matanya mengilat dibalik senapan laras pendek yang ia acungkan tepat di hadapan hidungnya yang terpahat sempurna. Semakin serius  ia membidik calon mangsanya semakin menghilang garis matanya. Membuat seakan ia sedang tersenyum 
getir menertawakan nasib sial yang akan dihadapi seorang pria kaukasia dalam bidikannya. Begitu peluru dilepas ke udara, seluruh napas terhenti menanti kemana peluru itu akan melesat. Tegang. Terlihat keringatnya meluncur di wajahnya dan tak sedikit pun mata itu berkedip. 

Kemudian suara dentingan peluru yang menyambar tiang besi menjawab semua ketegangan itu. Ia gagal untuk mengenai sasarannya. Meskipun dikenal sebagai petarung jarak dekat yang andal bukan berarti kemampuan membidiknya payah. Bangunan kontruksi yang penuh liku dan tiang besi yang melintang di sekitar menyulitkan fokusnya. 

Target yang gagal dibidik menyadari keberadaannya. Ketegangan semakin meningkat mana kala ia menyadari bahwa peluru tadi adalah yang terakhir sedangkan sang target sudah bersiap memhujaninya dengan peluru. Ia terpaksa harus melindungi diri di balik tumpukan balok sambil menyusun rencana selanjutnya. 

Pelatuk senapan berbunyi berselingan dengan napas dan gambaran ketegangan dari air wajah yang terus mengalir. Butiran halusnya tampak semakin mejadi-jadi di bawah matanya yang berkilatan. Kini pemangsa menjadi mangsa. Keadaan telah berbalik. Saat peluru siap untuk menghujani balok-balok kayu tersebut tiba-tiba episode tersebut telah berakhir.

"Tidaaaak!" Seorang wanita dihadapan layar televisi  75 inc berteriak sambil kesal. Layar tersebut sudah cukup besar untuk membuat Nana sakit mata karena dipaksa menonton pada jarak yang cukup dekat.

"Kenapa sih? Bukannya Faran itu penjahatnya di drama ini?" Tanya seorang gadis di sebelahnya. 

Alisnya menekuk sambil melirik ke arah sahabatnya, "tapi dia Indonesia's pride, Na. Mau apapun perannya tetep Jeno dihati!"

"Meskipun jadi gembel?"

"Ah gila, ga mungkin muka kaya gitu jadi gembel!" Celi mendengus kesal dengan ucapan sahabatnya itu.

"Setuju! Memang gak mungkin, sih." Nana membaringkan tubuhnya di sebelah Celi sambil pura-pura sibuk memainkan handphone. Berpura-pura tidak memerhatikan temannya yang sudah siap membahas tentang idolanya tersebut. 

"Na, kebayang gak sih sekarang dia cuma jadi cameo di serial Netflix Holywood abis ini pasti bakal lebih banyak lagi peran yang dia dapat." Mia terus nyerocos dengan segudang pengetahuannya tentang idoalnya tersebut. Sedang Nana tetap enggan menanggapi. "Gua pengen banget ketemu Na! Pasti ramah banget, baik banget dan ganteng banget aslinya."

"Iya. Dia pernah sebaik itu." 

"Iya kan lo setuju dia pasti orangnya begitu!" Celi melanjutkan lagi monolognya tetang Jeno.

"Gue ngantuk Cel." Tubuhnya menelungkup ke arah yang berlawanan dari sahabatnya itu sambil berusaha memejamkan matanya. 

"Yaudah lo tidur aja, gue masih mau lanjut nonton drama yang lain!" Tukasnya sambil ikut membelakangi sahabatnya itu sedangkan jemarinya terus asik mencari-cari tontonan apa yang perlu ia eksekusi malam itu. Keduanya lajang di malam minggu hanya kegiatan inilah yang menjadi pengisi kesepian.

Nana memejamkan matanya dengan penuh paksa. Ia tak bisa tidur. Bagaimana bisa setelah melihat wajah lelaki itu lekat-lekat. Pikirannya selalu kembali pada masa itu. Tahun-tahun ketika melihatnya tidak perlu dari layar televisi atau handphone. Ia akan datang tepat di hadapannya dengan senyum dan mata yang menghilang seiring senyuman itu mengembang.

Setelah senyuman itu datang, kenangan di malam itu pun pasti terulang di pikirannya. Betapa malam itu perlu ada di antara keduanya. Apa yang ia mau? Apa yang ia lakukan? Kenapa kenangan terakhir itu memberikan luka yang mendalam di tahun-tahun hidupnya. Entah itu kehilangan atau penyesalan karena jalan kembali tidak pernah ada. Hal yang paling memilukan adalah karena waktu yang mejauhkan mereka. Kalau pun waktu tak ingin disalahkan, ia yang pasti bersalah. Pria itu.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear My FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang