04 - Nafisa Fahira Putri

103 15 1
                                    

Tidak mungkin bagi Jihan untuk melanjutkan sekolah, karena mau dianggap apa dia masih sekolah sudah mengandung? Jadi, Jihan memutuskan untuk home schooling saja agar lebih aman. Lagi dan lagi, uang itu ia dapatkan dari ATM milik Axel. Jihan tidak tahu berapa jumlah keseluruhan di dalam ATM tersebut, namun selagi belum habis, Jihan akan terus menggunakannya.

Setiap hari yang Jihan lakukan adalah sekolah, merawat kesehatan tubuh dan anaknya, dan satu bulan sekali mengecek ke Dokter kandungan.

Jihan merasa aman saat kesendirian, disaat kebaikannya disalahgunakan, ia akan berubah. Jihan sudah sangat trauma dengan laki-laki, ia tidak ingin menemui atau sekedar bercengkrama dengan laki-laki manapun. Menurutnya, semua laki-laki sama saja, berengsek. Mereka datang untuk sesuatu, ketika sudah dapat apa yang mereka inginkan, maka mereka akan pergi. Mungkin ini mengapa Jihan tidak akan membuka lagi hatinya untuk orang lain. Ia yakin, ia bisa merawat anaknya seorang diri.

Hanya dua tahun Jihan menjalani home schooling, setelah itu ia akan bekerja sembari kuliah agar ia mendapatkan tambahan uang. Selain itu, anaknya akan di masukkan ke Playground yang seperti asrama, itu akan memudahkan Jihan.

Berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan sudah Jihan lalui. Perutnya kini membesar, Jihan juga sering merasakan tendangan dari anaknya.

 Perutnya kini membesar, Jihan juga sering merasakan tendangan dari anaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu pasti anak yang sehat." Jihan mengusap perutnya yang besar, lalu tersenyum.

Minggu ini memang menjadi target anaknya akan lahir, tapi untuk harinya, Jihan juga masih belum tahu.

Jihan masuk ke dalam kamar mandi, belum juga masuk, perutnya sudah sakit dan terasa kram. Jihan berpegangan pada pintu, lalu tubuhnya terjatuh ke lantai. Cairan berwarna putih gading mengalir di kaki mulusnya, ia yakin itu adalah air ketuban yang sudah pecah. Itu artinya, Jihan sudah siap melahirkan.

"Ya Tuhan, kuatkan aku. Selamatkan aku dan anakku.."

Jihan mengambil handphonenya dengan susah, menelepon Dokter kandungan yang menjadi langganannya untuk datang. Selama ini Dokter Sri -Dokter yang merawat dan mengecek kandungan Jihan- lah yang datang, bukan Jihan yang datang ke rumah sakit. Karena, Dokter Sri mengetahui bagaimana kondisi Jihan yang masih anak remaja. Dokter Sri hanya tidak ingin Jihan di anggap yang tidak-tidak dengan orang lain. Bukan hanya karena itu saja, ia dan Dokter Sri memang berada di gedung apartemen yang sama, maka dari itu mudah bagi Jihan untuk menanyakan bagaimana keadaannya pada Dokter Sri.

Jihan menahan sakit, perlahan ia mengesot ke arah kasurnya. Jihan meraih sprei dengan kuat, lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Perutnya sudah sangat sakit, sementara Dokter belum juga datang.

"Sayang, sabar ya." Keringat sudah mengalir di seluruh tubuh Jihan, Jihan harus bisa bertahan demi anaknya. Ia tidak mau anaknya kenapa-napa, bagaimanapun juga ia sangat menyayangi anaknya. "Mama, sakit.."

Tak lama, Dokter Sri datang dengan seorang suster. Dengan sigap Dokter Sri memeriksa Jihan untuk mengetahui apa keluhan Jihan.

"Jihan, kamu sudah siap untuk melahirkan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FirefliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang