2. pilihan sulit

199 21 9
                                    

Hai balik lagi

Jangan lupa vote dan komen

Happy reading

Sayang readers

Typo bertebaran

###################################

Beberapa hari kemudian,

Setelah hari pertandingan itu, Jungkook sama sekali tidak menghubungi Naya. Biasanya Jungkook akan menghampiri Naya saat istirahat untuk makan siang bersama namun beberapa hari ini Jungkook tidak menghampiri atau mencarinya. Naya merasa sangat sedih sekarang.

Naya menatap kearah perutnya yang masih rata itu yang seiring bertambahnya waktu janin yang ada didalam rahimnya akan tumbuh dan membesar. Naya tidak tau harus melakukan apa, dia bahkan tidak memberi orang tuanya karena takut mengecewakan orang yang telah membesarkannya itu.

"Naya-ah, gwenchana?" Tanya Sora khawatir dengan Naya yang akhir-akhir ini pendiam.

"Gwenchana, ada apa?" Tanya Naya tersenyum menatap sahabatnya itu.

"Kenapa kau akhir-akhir ini terlihat berbeda" ucap Sora penuh selidik.

"Berbeda bagaimana? Aku biasa saja" bohong Naya meyakinkan Sora bahwa dia baik-baik saja.

"Kau selalu terlihat murung itu membuatku sedih" ucap Sora memeluk Naya.

"Apa kau sedang bertengkar dengan Jungkook?"

"Jungkook beberapa hari ini tidak menghampirimu, kalian bertengkarkan? Jika Jungkook yang membuat sahabatku ini menjadi seperti ini, lihat saja aku akan menendang bokongnya" sungut Sora berapi-api membuat Naya tertawa.

Setidaknya Naya masih memiliki teman seperti Sora yang selalu ada disampingnya membuatnya sedikit bersyukur.

"Hubunganku dengannya baik-baik saja Sora-ya"

ucap Naya yang sebenarnya dirinya ragu apakah hubungannya dengan Jungkook ini bisa dikatakan baik-baik saja. Tapi Jungkook sudah berjanji akan selalu bersamanya dan Naya ingin mempercayainya tapi apakah Jungkook akan menepati janjinya atau maahan mengingkarinya. Naya takut Jungkook meninggalkannya.

"Aku lapar, ayo kita ke kantin" ajak Naya mengalihkan pembicaraan agar Sora tidak bertanya banyak hal lagi.

"Kajja, aku juga sudah lapar" balas Sora mengangguk lalu memeluk lengan Naya keluar kelas.

Sesampainya di kantin, Naya dan Sora mengantri untuk mengambil makan siang. Kantin tampak terlihat ramai dengan siswa yang sedang makan siang atau sekedar untuk berkumpul bersama teman-teman sebayanya. Naya menatap keseliling kantin dan netranya jatuh ke meja panjang kantin yang ada di sudut ruang tempat kekasihnya berada tengah berkumpul bersama sahabatnya.

Naya dapat melihat Jungkook terlihat biasa saja seolah tidak ada yang terjadi. Naya hanya bisa menatap sendu kekasihnya itu, bagaimana bisa dia bercanda dengan temannya sementara dirinya harus memikirkan apa yang akan terjadi padanya selanjutnya.

Seharusnya Naya bisa menjaga dirinya agar hal ini tidak terjadi karena dilihat dari sudut mana pun pihak wanita lah yang selalu rugi dibandingkan pihak pria. Tapi semuanya telah terjadi dan terbesit rasa penyesalan dalam benaknya.

"Naya giliranmu, cepat maju. Dibelakang antrian masih panjang" tepuk Sora membuyarkan lamunan Naya. Naya segera maju untuk mengambil makanan.

Sora mengajak Naya untuk duduk ditempat Jungkook berada, Naya ingin menolak tapi dia bingung bagaimana jika Sora akan curiga dan bertanyan macam-macam lagi. Dan akhirnya Naya mengangguk pasrah dan mengikuti Sora.

"Boleh kita gabung?" Tanya Sora tersenyum lalu duduk disamping Taehyung yang kebetulan kosong dan Naya duduk tepat di depan Jungkook yang tiba-tiba diam.

"Naya apa kabar? Beberapa hari ini aku tidak melihatmu makan bersama dengan Jungkook" ucap Jimin tersenyum manis yang merupakan sahabat Jungkook selaiin Taehyung.

"Aku baik-baik saja" ucap Naya tersenyum tipis sesekali menatap Jungkook yang tampak diam saja tidak melihat kearahnya sama sekali membuat Naya sedih.

"Jung, pacarmu datang kenapa kau diam saja" celetuk Taehyung menggoda Jungkook dan lagi-lagi Jungkook hanya diam.

Suasana canggung tiba-tiba melanda di meja mereka. Dan akhirnya mereka lebih memilih untuk makan tanpa adanya percakapan. Tiga suapan masuk kedalam perut Naya dan tiba-tiba perut bergejolak. Rasanya makanan yang dia tepan tadi ingin keluar.

"Huekk… huekk…" Naya menutup mulutnya dan segera bangkit berlari kearah toilet untuk memuntahkan isi perutnya.

Jungkook yang melihat Naya pergi segera bangkit dan menyusul Naya dengan wajah khawatir meninggalkan teman-teman mereka yang bingung.

"Huek… huek…" Naya memuntahkan seluruh isi perutnya ke toilet. Setelahnya wajah Naya terlihat pucat pasih dan tubuhnya terasa ringan dan lemah.

Dari luar Jungkook menunggu Naya keluar dari toilet. Tidak lama Naya keluar memegangi perutnya berjalan gontai keluar. Jungkook yang melihat keadaan Naya sekarang membuat Jungkook merasa sangat bersalah karena membuat Naya hamil.

.

.

.

.

Mereka saat ini tengah duduk di bangku taman sekolah. Jungkook menyodorkan susu pisang pada Naya yang merupakan minuman kesukaan mereka berdua.

"Gumawo" ucap Naya pelan tidak menatap Jungkook.

"Apa kau sering muntah seperti ini?" Tanya Jungkook memulai pembicaraan.

"Kata dokter itu wajar saat awal kehamilan" ucap Naya pelan menundukkan kepalanya menggenggam botol susu itu erat.

"Itu pasti menyusahkan, miane" ucap Jungkook dan Naya hanya diam.

"Maaf karena diriku kau menjadi menanggung beban sebesar ini. Kita masih muda, kau pasti tidak ingin menjadi seorang ibu diusia semuda ini begitu juga denganku. Lebih baik…" ucap Jungkook menggangtung rasa sungguh berat untuk mengatakan kalimat selanjutnya.

"Apa kau berpikir untuk membunuhnya?" Tanya Naya menatap Jungkook dengan padangan sulit diartikan.

"Naya dengarkan aku. Jalan masih panjang aku tidak ingin kita hancur Naya. Jalan satu-satunya kita harus mengorbankan dia" ucap Jungkook memegang bahu Naya menatap lekat mata Naya dan turun kearah perut rata Naya.

"Apa pemikiranmu sependek itu, Jungkook-ah??" Ucap Naya tidak bisa menahan tangisnya.

"Yang sedang kau bicarakan itu adalah anakmu. Bagaimana bisa kau mau membunuh anakmu sendiri. Dimana hati nuranimu Jungkook-ah??!" Tangis Naya frustasi memukul dada Jungkook melampiaskan rasa kesal dan kecewanya.

Naya tidak menyangkah, Jungkook akan setega itu untuk membunuh darah dagingnya sendiri. Naya merasa asing dengan Jungkook dihadapannya sekarang.

"Dia hidup dalam rahimku Jungkook-ah, aku bisa merasakanya" tangis Naya masih memukul Jungkook.

"Naya dengar, aku tau. Aku juga tidak ingin ini terjadi tapi coba kau pikir orang tuamu, orang tua kita. Apa kau bisa melihat wajah kecewa mereka melihat masa depan anaknya hancur. Apa kau ingin melihat mereka sedih? Masa depan kita masih panjang Naya. Aku tau dia anakku, aku juga tidak ingin melakukannya tapi ini masa depan kita. Aku mohon" ucap Jungkook menatap Naya dengan mata memerah.

Naya semakin menangis keras dalam dekapan Jungkook. Kenapa ini harus pada mereka? Sungguh Naya tidak ingin membunuh calon anak mereka yang bahkn belum melihat dunia ini.

"Percayalah padaku Naya, semua akan baik-baik saja. kau tau kan aku sangat mencintaimu. Aku tidak akan meninggalkanmu" ucap Jungkook dengan air mata mengalir berusaha tetap tegar masih setia memluk Naya dalam dekapannya.

"Ini demi masa depan kita" lirih Jungkook.

###################################

Lanjut?

See you next part

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Young Marriage JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang