Arthur berjalan menunduk, mungkin dia berharap koin logam terjatuh dari kantong belanja orang-orang. Ya, jika saja anak ini punya hal yang bisa membuatnya bahagia hari ini. Sayang sekali, perasaanya sudah tidak bersemangat perihal tadi.Lalu lalang, dan senyum penuh arti dari si tukang penjual dan pembeli. Memenuhi area sekitar, ada beberapa yang sibuk dengan memilah apa yang ingin mereka beli. Ada pula yang hanya menatap, kemudian berlalu. Apa yang bisa membuatnya bahagia, dia tidak tau. Apa lagi, selanjutnya.
Pemuda dengan rambut hitam, baju cokelat polos. Dan beberapa item, layaknya orang yang akan berangkat sekolah. Hanya berjalan, menyusuri jalan tanpa niat ikut memonopoli pasar.
Tanpa sadar, satu orang bertubuh lebih besar sedikit darinya. Berlari hingga membuat Arthur hampir tersungkur.
Dugh
Itu rasanya sangat, "Aw!". Desah Arthur.
"Ahhhh maaf maaff, aku buru-buru maafkan aku!!". Kata si pemuda yang menabrknya, hingga membungkuk beberapa kali.
Arthur mengernyit melihat pemuda itu, seperti pernah lihat. Tapi, entah dimana.
"Aku akan membayarmu , jika kita bertemu lagi, selamat tinggal!". Setelahnya dia berlari kembali.
Pemuda robot itu hanya diam, memperhatikan baju si anak yang beberapa menit lalu menyakiti bahunya. "Apa yang dia katakan? Hampir terlambat???!!". Dia membelalakan mata seketika, dia ingat. Ternyata pemuda yang tengah berlari itu, memiliki pakaian cokelat sama sepertinya. Tanpa larik, apapun di bajunya. "Apakah dia anak baru?".
Oh tidak!
Arthur berlari tunggang langgang, dengan beberapa buku di tasnya. Berat sekali, beginikah menjadi anak sekolah yang selalu di eluh-eluhkan oleh Somi itu? Tidak di sangka...
.
.
."Somi!". Jinan berteriak, membuat gadis itu menghentikan langkahnya di sana. "Berhentilah".
Somipun berhenti "Paman, kau juga tau bukan?". Somi berbicara, tanpa berbalik menghadap ke arah pamannya. "Kau tau aku berusaha keras, bukan?". Suaranya sedikit serak, membuat Jinan tidak tega membentak ataupun bersuara.
"Aku belajar dan berlatih siang dan malam". Suaranya sedikit pilu,kemudian Somi berbalik."Mengapa bukan aku?mengapa harus Arthur?semua orang tau,dia tidak bisa menggunakan sihir!!".
Jinan tersenyum tipis,dia berjalan mendekat."Kau tau,ada alasan setiap keputusan!kau akan mengerti nanti,Somi".
"Lalu bagaimana ini,bagaimana dengan aku paman?di Endelsia hanya aku yang tidak bersekolah!apakah itu layak?mengapa aku di diskriminasi?Kau tau paman,ayah dan ibu Arthur adalah sahabat Ayahku... Kalian juga teman ayahku!tapi kenapa,hanya aku yang tidak punya kesempatan".Dia menangis,meraung-raung di depan Jinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arthur : Open Your Magic
Fanfiction[Next project] di publikasi jika all capt sudah di selesaikan Kecintaan Jeonsh, terhadap anak nya yang hampir meninggal. menggiringnya, pada fase dimana dia pantas di teriaki jenius gila. Kerajaan Endelsia yang penuh sihir, harus di selami dengan si...