SABAR (eps.2)

18 7 0
                                    

Setelah adanya kejadian kebakaran rumah , kami dengan dalam waktu singkat kami menjadi keluarga yang miskin . Harta kami dan uang tabungan kami yang ingin digunakan untuk membayar hutang-hutang kami semua sudah hadis terbakar . Kami pun merasa sangat senang , karena tanpa diduga dengan kebaikan warga setempat mereka memberi bantuan kepada keluargaku sejumlah uang .

Dengan bantuan itu pun kami dapat memiliki sebuah rumah , meskipun rumah tersebut dapat dibilang kecil , kami masih tetap bersyukur karena masih bisa memiliki tempat tinggal dan sejumlah makanan .

(5 bulan kemudian)

Akibat dari kejadian itu , keluarga kami selalu mendapat sebuah musibah , seperti di datangi oleh penagih hutang dan lain-lain . Kami pun sampai tidak bisa berkata-kata , karena kami belum mempunyai cukup uang untuk membayar hutang yang berjumlah cukup besar . Aku pun selama ini hanya dapat menerima keadaan seperti ini .

Pada esok hari , ada penagih hutang yang menagih hutang kami yang jumlahnya cukup besar , penagih hutang itu tidak seperti biasanya karena ia membawa 2 orang yang tidak kami kenali .

(Tok tok tok....) suara ketukan pintu

Aku pun membuka pintu itu , setelah kubuka aku pun memanggil ibu

"Ibu.." kata Fazra

"Iya.. tunggu nak ." sahut ibu

"Iya ada apa... ?" sembari ibu berjalan

Dan ibu terkejut , saat melihat siapakah tamu tersebut . Yang ternyata itu adalah penagih hutang

"Ibu , ini sudah saatnya membayar hutang ibu !" ucap sang penagih hutang dengan tegas

"Ma , maaf pak sebelumnya . Kami belum memiliki uang pak untuk membayar hutang saya pada bapak ." jawab ibuku sembari meminta maaf

"Aaah... sudah ." bentak penagih hutang

"Rumah ini kami sita !" kata penagih hutang , karena sudah tidak sabar menunggu

"Pak , mohon pak . Saya akan membayarnya ." Kata ibuku dengan memohon kepada penagih hutang

"Jangan sita rumah kami pak ." kata Fazra

"Iya pak , kami tidak punya tempat tinggal selain rumah ini ." sahut Nendra

"Aaaah.... Saya sudah muak !" pergi kalian

Kami pun diusir oleh penagih hutang . Kami hanya bisa makan dengan uang sisa kami yang sangat sedikit . Kami pun terpaksa untuk tidur di pinggir jalan dengan alas koran .

(esok hari)

Kami pun segera mencari kerja di sebuah tempat makan tradisional , karena dulu ibuku membuka sebuah warteg di sebuah desa .Setelah kami mencari sampai siang hari , kami menemukan sebuah tempat makan yang membutuhkan pekerja untuk memasak . Dan beruntung , karena pemilik tempat makan tersebut adalah seorang warga di desa kami tinggal dan pemilik tempat makan tersebut bernama ibu Tika . Ibu Tika adalah salah satu warga yang sangat menyukai masakan ibuku yang dijual di warteg ibuku . Dengan itulah kami langsung diterima oleh bu Tika sebagai pemasak .

SABARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang