Yang awalnya hanya dua menit diluar menjadi dua jam.
Akaashi berbagi bangku dengan Kenma. Mereka berdua sudah duduk disitu sejak lama, meninggalkan Bokuto dan Kuroo untuk urusan mereka sendiri saat mereka berjalan meyusuri taman sambil melambaikan tangan dengan gaya bicara mereka yang bersemangat. Akaashi merasa aneh, bagaimana Bokuto adalah salah satu yang berjalan di sekitar parkiran ketika ia adalah salah satu yang sakit parah dari sekian banyak orang, Dia mengerutkan alisnya dan menghembuskan napas berat, matanya melihat ke bawah. Dia menatap lututnya lama sebelum akhirnya Kenma angkat bicara.
"Kamu tidak suka melihatnya seperti itu, kan?"
Akaashi mengangkat kepalanya dan melihat ke samping. Dia menatap si pirang untuk beberapa saat. Kenma tidak memberinya kesempatan untuk merespons.
"Aku juga tidak suka melihatnya seperti itu. Itu sebabnya aku tidak mau ikut. Tapi Kuroo bersikeras." Kenma tidak peduli dengan nada suaranya yang bertentangan dengan kata-katanya, tetapi sesuatu memberi tahu Akaashi bahwa dia serius dengan apa yang dia katakan.
"Apakah kamu berteman dekat dengan Bokuto?" Akaashi mengangkat kepalanya dengan pelan
"Tidak,hanya sebatas kenalan. Tim kita akan sering saling berhadapan. Setiap kali kita melakukannya, Kuroo dan Bokuto akan bertemu setelah itu dan menghabiskan waktu bersama. Aku biasanya selalu bersama Kuroo, jadi ..." Dia mengangkat bahu dengan sedikit energi. "Aku agak mengenalnya melalui Kuroo. Dia pria yang baik, dan agak sedikit berisik."
Suara tawa tanpa sosok Bokuto, menggema di seluruh taman, seolah membuktikan bahwa Kenma benar.
Akaashi hampir tersenyum. "Jadi ... Bagaimana kamu bisa bersabar dengan semua ini, jika aku boleh bertanya?"
"Aku ..." Ucap Kenma sambil mengerutkan keningnya "Aku menerimanya dengan baik, atau setidaknya kurasa begitu. Aku mencoba menyesuaikan diri. Aku punya alasan lain mengapa aku tidak ingin mengunjungi Bokuto." Dia melihat ke bawah, rambutnya menggantung di wajahnya. "Ada sesuatu tentang Bokuto yang tidak cocok denganku."
Wajah Aakashi berubah menjadi bingung dan sedikit terkejut. "Apakah ada yang salah dengannya? Apakah dia pernah melakukan sesuatu yang buruk?"
"Setahuku tidak. Tetapi, jika ada pun,bukan hal itu yang kumaksud." Kenma menggosok hidungnya dengan lengan bajunya.
"Tidak masalah jika kamu belum pernah bertemu Bokuto sebelumnya, atau jika kamu belum pernah melihatnya dalam sepuluh hari, atau sepuluh minggu, atau sepuluh bulan, atau sepuluh tahun. Jika kamu pernah berinteraksi dengan dia bahkan dalam sedikit pun, kamu akan selalu sadar betapa baiknya dia sebenarnya. "
Akaashi menatap Kenma, terdiam.
"Dia tulus, baik hati, dan kadang-kadang, kekanak-kanakan, tapi itulah yang membuatnya begitu ... Menyenangkan, kurasa. Dia akan selalu menarikmu kembali. Dia memuji yang orang lain sambil berteriak bahwa dia adalah yang terbaik dalam segala hal yang dilakukannya. Dan itu sedikit konyol."
Akaashi Memalingkan wajahnya perlahan, melihat Bokuto dan Kuroo kembali dan muncul di kejauhan. Mereka masih sibuk dan asik sendiri dengan percakapan mereka.
"Kuroo terlihat bahagia sekarang. Tapi sebenarnya tidak." Kenma hampir menggumamkan kata-kata itu. Akaashi berbalik untuk melihat sekilas padanya, tetapi matanya menatap ke kejauhan, dan tidak fokus pada sesuatu hal yang khusus.
Akaashi kembali mengalihkan perhatiannya kembali ke arah Kuroo dan Bokuto.
KAMU SEDANG MEMBACA
In another life
FanfictionTidur tidak semudah dulu. Bokuto tahu ini, dan sekarang Akaashi juga tahu. - - *Ini adalah karya original by LittleLuxray diAO3 tentang kapal Haikyuu BokuAka shipper. Dan Ini adalah Terjemahan pertamaku,jadi ini masih kurang sempurna tapi semoga kal...