Rangga

28 4 1
                                    

Suatu pagi hari yang indah di kediaman sebuah keluarga kecil. Di mana ayah akan bekerja, dan ibu akan mengantar anaknya yang masih sekolah dasar kelas tiga.

"Ade nanti belajarnya yang bener, nanti kalo nilainya bagus nanti ayah beliin mainan deh."

"Yey asik."

"Atau kita main ke dufan aja ? Kan lebih seru kita bisa main banyak wahana."

"Ke dufan, aku mau ke dufan aja ayah."

"Ke dufan ya kita, yaudah makanya nanti dede belajarnya yang bener." ucap sang ayah kepada buah hatinya, sedangkan sang istri hanya bisa tersenyum mendengar wacananya.

"Yaudah, yuk sekarang kita berangkat, bisa terlambat lo kalo gk berangkat sekarang." kata sang ibu. Lalu sang ayah pamit dengan istri dan anaknya untuk bekerja.

Selepas sang ayah berangkat kerja, sang ibu mengantar anaknya kesekolah. Sang ibu mengantarnya dengan berjalan kaki, karena memang tak jauh sekolah buah hatinya.

Sesampai di sekolah sang ibu berpesan pada anaknya agar belajar dengan benar agar bisa menikmati wacana ayahnya.

"Dede belajarnya yang bener ya, supaya nanti kita bisa jalan-jalan ke dufan bareng ayah ya."

"Iya bunda."

Lalu sang ibu memeluk anaknya, lalu sang anak masuk ke area sekolah. Setelah itu sang ibu pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan untuk makan siang dan malam nanti.

Siang hari

Sang ibu menjemput buah hatinya yang baru saja pulang dari sekolahnya. "Dede gimana hari ini nilainya bagus-bagus gk ?

"Bagus bun, semuanya dapet seratus."

"Emm pinter anak bunda, yuk pulang sekarang." kata sang bunda sambil menggandeng anaknya.

Perjalanan pulang mereka berdua begitu riang, penuh canda dan tawa. Sang ibu selalu pulang dengan riang bersama anaknya. Walau anaknya mendapatkan nilai yang tak bagus sekalipun. Tetapi sang ibu tahu bahwa anaknya sudah melakukan yang terbaik.

Setelah cukup lama berjalan kaki, akhirnya mereka sampai di rumah, sang ibu dan anak beristirahat untuk beberapa saat. Setelah itu sang ibu ke dapur untuk memasak. Tetapi ia melupakan suatu bahan makanan. Ia memutuskan untuk kembali ke pasar.

"Dede ikut bunda yuk sebentar ke pasar, ada yang harus bunda beli." sang anak lekas bangkit dari duduknya di kasur mendengar itu.

"Nanti kita jalan-jalannya kalo udah liburan ya, atau nanti kalo ada waktu libur panjang ya."

"Iya bun."

Siang itu mereka berjalan ke pasar dengan tenang. Walau sinar matahari cukup menyengat, tetapi mereka terlihat tak mempermasalahkan itu.

Sesampai di rumah sang anak segera memasuki kamarnya dan tidur siang. Sedangkan sang bunda memasak untuk makan siang dan malam.

Malam hari.

Sang ayah belum kunjung kembali. Sang ayah juga telah mengabari karena ada kerja lembur yang menumpuk, kerjaan itu bisa berimbas pada hari di saat liburannya. Sehingga sang ayah memilih mengerjakannya sekarang. Tetapi sang istri bimbang memikirkannya karena telah pukul 22.00 malam.

Sang istri memilih untuk tidur. Mengingat anaknya sudah tidur juga. Sang suami pasti akan datang nanti.

Pukul 02.00 dini hari.

Seorang pria terlihat berjalan membawa parang, memasuki rumah seseorang, rumah itu adalah rumah istri dengan satu anak tadi. Ia masuk ke dalam rumah dengan paksa menggunakan parang.

Begitu ia masuk, ia membuka kamar, yang ternyata kamar itu adalah kamar di mana suami dan istri itu tidur. Begitu pria itu melihat seorang wanita tertidur, ia masuk ke dalam kamar itu, lalu ia mencoba membungkam mulut wanita itu.
Bisa di tebak bahwa sang istri akan di perkosa oleh pria itu.

Wanita itu melawan dengan cukup keras, hingga ia tal tahu bahwa itu membangunkan anaknya.

"Bunda! Jangan ganggu bunda!" ucap sang anak.

"Lari nak, lari!" tetapi anak itu tak menuruti ibunya.

Karena pria itu panik, pria itu membacok anak itu di pundaknya, tak hanya sekali tetapi berkali-kali. Mengetahui anaknya tewas, sang ibu menangis, lalu pria itu melancarkan aksi bejatnya.

Pukul 03.00 pagi rumah wanita itu di penuhi warga, wanita itu juga telah membeberkan apa yang terjadi, dan ciri-ciri fisik pelaku. Di saat yang bersamaan. Sang suami baru saja kembali. Ia mendapati rumahnya penuh dengan warga.

Ia pun segera masuk ke rumahnya mendapati istrinya menangis tengah di tenangi oleh warga sekitar.

"Kamu kenapa ? Anak kita, anak kita meninggal. Anak kita di bunuh di saat itu ia mau menolong aku di saat aku akan di perkosa seorang pria yang menyusup rumah ini." mendengar itu, sang suami pecah air matanya.

Hingga siang hari, pasangan itu tak berhenti bersedih. Warga sekitar hanya bisa menolong dengan mencari pelaku, kejadian ini pun sudah di katakan kepada pihak berwajib.

2 hari setelah kejadian itu pihak berwajib menemukan jasad sang anak dengan lupa bacokan di punggungnya, dengan tidak mengenakan baju mengenakan celana pendek hitam.

Di saat bersamaan pelaku di temukan tak jauh dari di temukannya sang anak. Pelaku di amuk oleh warga sekitar dan di ikat di pohon. Setelah itu pelaku di bawa ke kantor polisi untuk di tahan.

Malam hari.

Di malam hari sang suami sudah mendapatkan kabar bahwa pelaku dari kejahatan itu telah di temukan dan tengah di tahan di kantor polisi. Sang suami memutuskan untuk mendatangi kantor polisi.

Tanpa basa-basi sang suami berkata ingin menemui pelaku, dan ini adalah masalah pribadi, polisi sempat menghalau, lalu sang suami berkata bagaimana bila peristiwa serupa terjadi pada polisi itu. Polisi itu pasti tak mau, maka polisi itu memberikan pelaku pada sang suami.

Sang suami meminta di tunjukkan di mana rumahnya. Lalu ia akan melakukan hal serupa pada pelaku. Begitu ia menemukan rumahnya, sang suami mengikat pelaku di kursi di kamar di mana pelaku tidur bersama istrinya.

Sang suami melakukan hal yang sama atas apa yang terjadi pada istrinya. Pelaku terpaksa menyaksikan hal yang telah ia lakukan pada korban.

Setelah ia menyaksikan istrinya di perkosa, lalu sang suami menyayat tubuh pelaku dan istrinya terpaksa menyaksikannya dalam keadaan telanjang.

Sayang kecil pada tubuh pelaku, di paha, dada, perut, pipi, dan pelipis. Lalu sang suami memukul korban hingga berdarah dan hampir tak sadar.

Setelah itu sang suami mencari sebuah pisau, pisau yang tak tajam. Lalu merobek kerongkongan pelaku di depan istrinya. Setelah itu, ia memutilasinya. Setelah itu sang suami membakar rumahnya.

Lalu sang suami kembali ke pads istrinya. Untuk beberapa lama mereka berdua kembali menangis. Sang suami menyesal campur puas atas apa yang ia lakukan, sedangkan sang istri menangis mengingat buah hatinya.

Esok paginya, mereka mengunjungi makam sang anak. Isak tangis mereka kembali pecah, mereka berharap bisa kembali bersama, tetapi Tuhan lebih sayang terhadap buah hati mereka. Rangga, nama buah hati mereka. Seharusnya anak seusianya menikmati dunia anak, ia harus pergi menghadap sang pencipta.

Seusai mereka pulang dari makam, ia bersama sang istri ke kantor polisi. Ia menyerahkan diri karena telah membakar rumah pelaku. Tetapi polisi mengerti apa yang terjadi pada korban. Polisi tak menahan suami.

Rangga. Kelak nanti kau bertemu dengan kedua orang tuamu di kehidupan selanjutnya. Selamat jalan, wahai pahlawan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang