• The Sterblich • | - Prolog

9 3 2
                                    

****

New York City, AS

***

"Kau benar-benar akan pindah ke asrama? Lawrenceville School, really? Wah! Kau sangat beruntung sekali, Sis."

Aku mendengus teringat kepindahan mendadak yang dilakukan ke dua orang tuaku, "Kau sangat berlebihan, Anne. Jujur saja aku tidak suka di asrama. Aku sudah nyaman di sekolah lamaku bersamamu."

Terdengar decakan yang keluar dari mulut Anne - sahabatku sejak kita masih dalam rahim. Orang tuaku dan orang tuanya sangat dekat sekali.

Saat ini, Anne sedang membantuku mengepak barang-barang yang akan ku bawa untuk ke asrama-ah, ralat sekolah baruku. Whatever.

"Kau ini! Seharusnya kau bersyukur. Kau tahu, disana banyak sekali cowok-cowok tampan dan tempatnya juga sangat-sangat bagus. Juga lebih unggul dari pada sekolah lamamu."

Aku menoleh kearah Anne yang tengah membayangkan sesuatu, dan aku tidak peduli apa itu. "Sudahlah, An! Hentikan anganmu itu dan cepat bantu aku atau Mama ku akan memarahi kita."

Dia terlihat murung, lalu mendesah. Setelah itu aku kembali mengepak perlengkapan pribadiku kedalam koper yang ukurannya lumayan besar. Sebenarnya tidak banyak yang akan ku bawa, karena aku yakin sekali di sana nanti akan diberi kesempatan untuk sekedar ke mall. Semoga saja.

Setelah memastikan koperku lengkap sesuai keperluanku, aku menutupnya dan menegakkannya dilantai.

"Kau sudah selesai An?" Aku menolehkan kepalaku ke arah Anne.

Dia sepertinya terlihat kesal.

Dan benar sekali! Gadis itu menatapku dengan tatapan kesal andalannya. Dengan dahi mengkerut dan bibir nya yang maju mengerucut. Lucu, pikirku.

"Kau! Sebenarnya akan pameran buku atau apa?" Anne mengangkat setumpukan buku juga novel di kedua tangannya. "Oh, ayolah Cassie. Hidupmu itu terlalu membosankan dengan setumpuk buku yang -ewwh." Lalu dengan enggan dia letakkan -ralat, lemparkan kedalam boks kardus yang berisi novel-novel ke sukaanku.

Aku melotot ke arahnya dan dia terlihat tidak peduli. Sialan! Awas saja kalau novel kesayanganku rusak.

Anne terlihat bingung saat menemukan sebuah buku berbentuk seperti jurnal berwarna navy -kesukaanku . Mataku memincing.

"Apa ini, Cass?"

Jangan-jangan -dengan langkah cepat aku menghampiri dan langsung merebut buku itu dari genggamannya sebelum Anne membukanya. Lalu, menyembunyikannya di tas selempang yang ukurannya untung saja muat dengan ukuran bukunya.

Saat di rasa my secret book sudah aman, aku melirik kearah Anne yang tengah menatapku dengan penuh tuntut. Matanya menyipit penuh curiga.

Gadis cantik berambut sebahu itu menatapku dengan tajam, hingga membuat tubuhku menggigil. Berkeringat sekaligus.

Apa-yang-tengah-kau-sembunyikan-dariku. Kira-kira seperti itulah yang aku tangkap -artikan dalam tatapannya itu.

Aku menelan ludah, menatap takut-takut kearahnya, "I-itu-"

"Itu apa?!"

Nadanya terdengar menuntut dan aku tergagap. Sialan!

I hate it. Oh, God. Help me please!

Batinku berharap-harap cemas.

Baru saja ingin membuka mulut, suara Mama mengalihkan perhatian kami. "Cassie, Anne sudah selesai berkemasnya? Kita akan berangkat sebentar lagi."

Thanks, God. To Mama too. I love you so much!

Dengan gerakan secepat mungkin, aku langsung mengambil tas ku dan menyampirkan kepundak ku lalu menghampiri Mama yang tengah menyender di pintu kamarku.

Senyumku tersungging lebar saat berhasil keluar dari persidangan dadakan Anne.

Aku mengait lengan Mama dengan manja, "Hanya tinggal box kardus itu, Ma." Aku menunjuk sekotak kardus yang berdiri di samping Anne -yang tengah melipat tangannya di depan dada dengan dengusan yang keluar dari mulutnya. Aku tau dia kesal saat ini.

Bibirku berkedut menyaksikan ekspresi Anne yang gagal mengintrogasi diriku -yang sebelum-belumnya tak pernah gagal.

Mama menepuk pelan tanganku yang mengait di lengannya.

"Biar Papamu yang menyelesaikannya, sekarang kita turun kebawah. Kau juga Anne."

Dengan sigap aku mengambil koperku yang sudah aku letakkan di samping pintu. Astaga, kopernya lumayan berat. Setahuku barang yang ku bawa tak lebih dari setengah lemari ku. Tapi, ini benar-benar diluar ekspektasi ku. Untung saja koperku ada rodanya.

Menyusul Mama yang lebih dahulu, aku menggeret koperku dengan cepat. Namun, tarikan di bajuku membuatku memberhentikan langkahku. Ulah Anne tentu saja. Dia tidak akan berhenti mengusikku sebelum aku memberinya jawaban yang memuaskan untuknya.

Kenapa hari ini dia sangat menyebalkan, padahal hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengannya. Seharusnya aku dan Anne tengah bercanda gurau untuk menutup waktu terakhir kebersamaan kita.

Aku mengerang pelan.

Dengan malas aku menoleh ke arahnya dan berusaha bersabar mungkin untuk tidak mencubit pipi chubby nya dengan keras.

"Oh, Anne. Buku tadi adalah buku harian ku. Tak mungkin aku memperlihatkannya padamu. it is a book containing my personal diary and secrets of course. Aku harap kamu mengerti. Walaupun kamu adalah sahabatku, aku tak akan mengijinkan kamu melihat dan membaca isinya. Itu akan sangat aneh bagiku."

Aku menjelaskannya dengan sejelas mungkin dan berharap dia tidak tersinggung.

Dia tidak berbicara apapun, tapi langsung memelukku hingga membuat tubuhku sedikit terhuyung. Aku memeluknya kembali. Aku pasti akan merindukan momen seperti ini.

Setelah mengurai pelukannya, aku menangkup kedua tangannya, "I'm sorry. I -i just-"

"It's okey, Cassie. Seharusnya aku yang meminta maaf padamu. Well, itu privasi mu dan aku menghargai nya. Harusnya tadi kau mengatakannya langsung padaku tanpa mengundang kecurigaan untukku. Kau hanya perlu bilang 'it's privacy, Anne' dan aku tidak akan menuntutnya lagi."

Dia benar. Aku yang bersalah sepertinya. Kita hanya kurang komunikasi.

"I'm sorry."

"Not your fault. Aku harap, tidak ada lagi rahasia selain your privacy."

Aku mengangguk mantap.

"I promise."

"Sudahlah, ayo turun ke bawah. Aunty Cath, pasti sudah menunggu."

Aku mengangguk.

Aunty Cath adalah panggilan dari Anne untuk Mamaku-Catherine Britt. Dan Uncle Sam, untuk Papaku-Sammuel Britt. Aku anak tunggal dari pasangan Britt.

Sudah jelaskan nama lengkapku. Tidak ada nama tengah yang diberikan orang tuaku. Hanya Cassie Britt-gadis yang tak kalah cantik dengan rambut Brunette -kesukaanku.

****

To be Continued!

I hope you like it!

Jangan lupa tinggalkan jejak~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The SterblichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang