Lucas tidak tahu berapa lama waktu telah berlalu sejak dia terbangun dari tidur panjang di dalam menara hitam miliknya. Selama terlelap, dia memang menyembunyikan menara hitam di dalam dimensi antara kehidupan dan kematian. Sehingga tidak ada yang dapat melihat menara hitam lagi, baik itu miliknya ataupun kerajaan.
Yang dia tahu, saat dia membuka mata, tidak ada lagi kerajaan Obelia. Tempat ini menjadi dunia tanpa sihir yang semuanya serba diluar akalnya. Kendaraan tanpa kuda, gambar bergerak tanpa batu sihir, bangunan menjulang pencakar langit, serta orang-orang yang sibuk dengan alat digenggaman tangan mereka.
Lucas kira, dia berada di dimensi yang bukan miliknya, namun nyatanya tidak. Dia masih berada di dimensi yang sama seperti sebelum dia tertidur.
Generasi telah berubah, Obelia telah menghilang. Dia terkejut menerima kenyataan bahwa kenangan tentang Obelia, menghilang tanpa jejak. Tidak ada sisa bangunan yang ditinggalkan Obelia, seakan negara itu hanyalah fantasi belaka.
Mungkin, dia tidur lebih lama dibanding dengan saat dia tidur untuk pertama kalinya.
Selama dia sadar, dia terus berkelana. Menjelajahi setiap sudut dunia dengan matanya sendiri. Menggunakan sihir transparan dan memperhatikan bagaimana dunia bergerak.
Disinilah dia sekarang, duduk di salah satu kursi taman kota tanpa ada yang menyadari keberadaannya. Irisnya menatap dua wanita muda yang berjalan beriringan sebelum mendudukan diri di kursi tepat dihadapannya. Mereka hanya dipisahkan dengan jalan setapak panjang tempat para pejalan kaki berlalulalang.
"Kau tahu, musium Emerald. akan dibuka minggu depan." Seorang wanita muda yang duduk di sebelah kanan berkata pada temannya seraya menunjukkan benda persegi ditangannya.
Temannya mengangguk. "Ayo kesana, kudengar itu hadian triliuner untuk putrinya. Aku penasaran Obelia itu seperti apa."
Dia menganggukkan kepalanya penuh semangat. "Aku tidak menyangka bahwa dongeng Obelia menjadi nyata."
Lucas menyipitkan mata, menatap dua orang yang duduk bersebelahan dengan penasaran. Nama Obelia yang disebut-sebut membuatnya terggerak untuk mendekat pada mereka. Lalu Lucas berdiri di belakang dalam diam, menatap layar ponsel yang masih memperlihatkan sebuah gambar bangunan yang tidak asing untuknya.
Matanya membola kala menyadari bahwa gambar yang terlihatlah adalah Istana Emerald. Dengan sihirnya, dia menggerakkan layar tersebut hingga menampilkan lebih banyak informasi mengenai musium yang dibicarakan.
"Apa ini? kenapa layar ponselku error?"
"Sepertinya kau harus ke gerai untuk memperbaikinya."
"Kau benar,"
Setelah mendapatkan cukup informasi, Lucas segera menghilang dari sana.
Bangunan megah bewarna putih dengan tiang-tiang emas terlihat dimatanya. Bangunan yang tidak asing dengan kepingan kenangan bersama satu-satunya orang yang dia kasihi.
Istana Emerald.
Lucas berdiri di depannya dengan tatapan kosong. Serpihan kenangan terbang di depan matanya, membawanya pada masa dimana gadis itu masih berada disampingnya.
Bangunannya yang dijaga oleh beberapa orang berjas hitam, dengan senjata api ditangannya berdiri gagah di depan pintu utama. Orang-orang berpakaian formal keluar masuk ruangan, seperti memeriksa keadaan di dalam.
Mungkin mereka dalam tahap final untuk memeriksa keadaan musium sebelum dibuka untuk yang pertama kalinya. Tanpa kata, Lucas segera melangkahkan kakinya memasuki ruangan dengan jantung yang berdebar.
Setiap langkah seperti berdiri di atas tumpukan jarum yang menusuk kakinya begitu dalam. Tidak ada yang melihat, eksistensinya tidak diketahui oleh orang-orang ini, dia hanyalah orang yang seharusnya tidak berada disini. Setidaknya, tidak dalam kehidupan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Potret (Oneshot)
FanfictionRatusan tahun? ribuan tahun? Aku tidak tahu berapa waktu telah berlalu untuk menantimu kembali. . . . Karakter milik plutos/spoon