You'll Never Change

495 39 1
                                    

Halo semuanya! Pao dapet prompter challenge nih dari temen Pao, writer0799. Huaa cuman sedikit sih, karena memang oneshoot, tapi tolong dibaca yaa!

Character :

- Han Sanghyuk (VIXX - Hyuk)

- Park Sooyoung (Red Velvet - Joy)

Hope you like it!

.
Seperti impresi yang pertama kau ciptakan, manik itu selalu menyimpan misteri.

.

Tak ada bosannya bagi diriku untuk menatap parasnya. Parasnya yang bermandikan hujan sinar matahari pagi, membuatku tak dapat berpaling. Aku merasa ingin mengenal lebih dekat wajah manisnya dan mengenal lebih dalam sikap dinginnya. Dia adalah Han Sanghyuk. Lelaki yang sebaya denganku. Teman sekelasku. Teman sebangkuku.

Pagi ini kami sedang melakukan olahraga, lari jarak jauh. Aku memang tak pintar dalam olahraga, maupun akademik. Namun aku selalu mencoba semaksimal mungkin agar dapat bersanding dengannya. Ya, hidupku memang terdorong olehnya. Hidupku yang tak punya tujuan ini, tiba-tiba memiliki keingin tahuan akan seseorang. Bahkan lelehan hati yang sudah tak berbentuk ini, kembali terangkai karena senyumnya. Senyumannya yang sangat sulit diartikan.

Aku ingat saat pertama berjumpa dengannya. Berjumpa dengan kilatan mukanya yang dingin dan menyimpan banyak rahasia. Saat itu kami telah duduk sebangku dan akan saling berkenalan sebelum ia berkata, "Namaku Sanghyuk, Han Sanghyuk." Aku begitu terkejut saat tiba-tiba ia menolehkan tatapannya langsung menemui pandanganku. Bingung akan sorotan matanya yang menuntutku untuk membalasnya, menjadikanku bisu.

"Na-Namaku Sooyoung, P-Park Sooyoung," balasku terbata-bata pada akhirnya. Namun tanpa dapat diduga, ia berdiri dan pergi begitu saja. Meninggalkanku dalam keheningan sepihak yang membingungkan.

Hari demi hari berlalu. Aku dan Sanghyuk pun sekarang menjadi semakin dekat. Tak jarang ia menempel padaku, menggerayangiku dengan beribu kata yang sangat sulit untuk dicerna, dan membuatku terpaku di tempat. Ia begitu manis dalam berekspresi, membuat hatiku perlahan tergetarkan olehnya.

Tak dapat kupungkiri bahwa Sanghyuk juga memiliki sisi lain. Sisi dinginnya yang terkadang keluar tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Membuatku harus selalu terjaga akan serangan gerilianya.

"Sanghyuk-ah! Gwenchana?!" kudengar teriakan seorang murid lelaki yang bangkit berlari menuju track. Aku pun segera tersadar dari lamunanku dan dengan kilat memfokuskan sorotan mataku ke arah kerumunan, tersadar bahwa Sanghyuklah yang terbaring dengan pucatnya di sana. Tak dapatku bendung lagi emosiku, aku pun langsung berlari mengikuti kerumunan yang membawanya memasuki gedung sekolah.

"Apa yang terjadi padanya?" tanyaku penuh kekhawatiran saat seseorang telah selesai memeriksa Sanghyuk. Orang itu hanya diam tanpa sepatah kata berlalu melewatiku. Tanpa harus menunggu, aku langsung menghampiri Sanghyuk yang dengan santainya sedang membaca sebuah komik di atas tempat tidur.

"Oh, rupanya kau datang!" ucapnya saat menyadari keberadaanku. Ia segera mengesampikan komiknya tersebut dan membetulkan posisi duduknya.

"Apa yang baru saja terjadi?" tanyaku padanya dengan segera setelah duduk di pinggiran kasur. Menatapnya dari kepala hingga kaki. Mencari-cari suatu kesalahan padanya.

"Hanya kecelakaan kecil saat berlari," jawabnya ringan dengan senyumnya yang mengembang. Ia mengusak rambutku lembut, memaksaku untuk percaya padanya.

"Bila benar memang hanya sebuah kecelakaan, kenapa kau begitu pucat?" tanyaku lagi penuh dengan penekanan. Aku tidak dengan semudah itu percaya dengannya. Dia seakan sedang menggenggam sebuah rahasia besar di tangannya.

"Mungkin aku terlalu banyak berpikir belakangan hari ini," ucapnya memalingkan pandangnya menuju sebuah jendela. Senyumnya masih setia menemani wajahnya itu.

"Kau tahu? Aku berpikir dengan sangat teliti, haruskah aku menyatakannya atau haruskah aku memendamnya dalam diam," lanjutnya kembali menatapku. Menatapku dengan beribu arti tak terdefinisikan.

"Apa maksudmu?" Aku bingung dibuatnya. Senyum itu serta pancara matanya, aku tak mendapatkan jawabannya dari mereka.

"Menyatakan perasaanku terhadap dirimu," sebutnya pelan. Beribu pemikiran hinggap di benaku dengan deras. Membuatku teralihkan dari topik pertama yang sebenarnya aku angkat.

"Kau... Membenciku?" tanyaku kecewa setelah memilih kata yang tepat. Kusadari terlihat jelas guratan tidak nyaman dalam raut wajahnya. Apa aku benar?

Aku hanya dapat mempersiapkan diriku akan hal terburuk yang akan terjadi. Sampai ia kembali bersuara, "Tidak." Membuatku semakin dilanda kebingungan.

Aku hanya tak dapat menyimpulkan atas ketidak sesuaian perkataan mulut dan matanya, yang malah cenderung bertolak belakang.

Sunyi pun melanda ruangan tersebut. Aku bahkan dapat mendengar detak jantungku yang berirama cepat karenanya.

Tanpa dapat dibayangkan, ia meluncurkan serangan tiba-tibanya. Membuatku merasakan hanya suatu kehangatan menjalar dari keningku. Sanghyuk baru saja mengecupku.

"Aku mencintaimu. Walau sebenarnya aku tak dapat hidup lama di dunia ini, tapi biarkan aku jatuh cinta," ucapnya pelan dan lirih tepat di telingaku setelah ia berhasil membawaku dalam dekapannya.

Sentuhannya yang begitu nyaman, membawa tanganku terangkat untuk membalas dekapan tersebut. Ini tak dapat dipercaya.

"Kau aneh," ucapku tersipu dengan diiringi pecahnya bendungan air mataku. Aku semakin memperat tanganku. Seakan tak membiarkannya pergi dari sisiku.

"Tapi kau, tetap mencintaiku kan?" candanya diiringi tawa ringan. Ia melepaskan tautan kami sejenak, untuk melihat ekspresi wajahku.

"Aku juga mencintaimu," ucapku lalu kembali melingkarkan tanganku di sekitar lehernya, memeluknya erat.

-The End-

You'll Never ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang