prolog

7 3 0
                                    

"Raka!! Bakal gue buktiin ya, kalo cowo setia itu kalo marah pasti ga cuma diem doang kaya lo!!" teriak Carla dengan lantang disebuah jalan yang ia tengah lewati bersama Raka.

Jauh dibelakang Raka, Carla berjalan. Sejak pulang sekolah tadi, Carla selalu mempermasalahkan Raka yang selalu diam kalau sedang marah. Seperti saat ini, perihal kaos kaki Carla yang lupa ia simpan dimana membuat mereka berdua harus telat. Akibatnya Raka dan Carla harus membersihkan seluruh toilet sekolah.

Hampir 2 jam mereka membersihkan toilet sekolah dan hampir mata pelajaran pertama Raka dan Carla lewatkan. Untuk Carla ikut belajar dikelas atau tidak itu tidak masalah. Namun untuk Raka, laki-laki yang kelewat rajin itu pasti akan mempermasalahkan sampai sepuluh tahun ke depan.

Raka menghentikan langkahnya. Ia lalu memutar tubuhnya hingga menghadap Carla. "Gue kasih lo waktu satu tahun." Ucap Raka.

Carla lalu berlari kecil mendekat ke arah Raka. "Oke!!" Setuju Carla saat sudah sampai di depan Raka.

Raka langsung merangkul leher Carla dengan sedikit kasar dan menariknya. Mereka berjalan beriringan tak lupa juga lengan Raka yang masih merangkul leher Carla.

Umpatan-umpatan Carla saat Raka masih saja mengeratkan rangkulannya kala Carla mencoba melepaskan diri.

Hari sudah mulai sore, langit semakin lama semakin menghitam. Cahaya matahari mulai diganti dengan cahaya bulan dan ribuan bintang.

Sesekali Raka tertawa karena tingkah gemas Carla. Mereka berdua sudah berteman sejak masih bayi, walaupun rumah mereka tidak sampingan, setidaknya mereka masih dalam satu blok di perumahan.

"Raka ihh gue mau dibawa kemana, itu kan rumah gue." Rengek Carla, tak lupa tangannya masih saja aktif melepaskan lengan kanan Raka yang melingkar di lehernya.

"Berisik!!" Raka terus saja membawa Carla sampai melewati dua rumah disamping rumah Carla.

"Raka!!" Carla masih terus saja merengek.

Sampai akhirnya didepan rumah Raka. Raka melepaskan lengannya. Tanpa dosa Raka langsung mendorong tubuh Carla pelan.

"Thanks, udah nganterin." Ucap Raka datar. Sebenarnya ia menahan tawanya karena melihat raut wajah Carla yang terlihat kesal.

"Siapa juga yang nganterin lo, lo-nya aja yang narik gue." Kesal Carla. Matanya menatap Raka tajam.

Raka langsung masuk dan menutup gerbangnya yang tidak terlalu tinggi dan masih menampakan kepalanya itu. Raka langsung melambaikan tangan yang masih dilihat oleh Carla.

"Raka lo tuh---" Raka langsung membalikan tubuhnya tidak peduli omelan-omelan yang Carla berikan. Raka masih terus saja senyum-senyum tidak jelas. Sesekali melirik kepergian Carla dengan kekesalan.

"Ngapain lo senyum-senyum ?" Sania baru saja mendudukan bokongnya di kursi teras, menyadari adik bungsunya, Raka, senyum-senyum sendiri setelah menutup gerbang rumahnya membuat Sania paham akan sesuatu.

Raka melewati kakak perempuannya begitu saja. Tanpa ada niatan mau menjawab, lagian jika ia menjawab pun yang ia dapat pasti godaan.

《《《》》》

Hai guys semoga suka. Maaf ga bisa bikin prolog :(

Semoga suka sama cerita aku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang