Sudah lebih dari 5 hari sana di dalam kamar ini, ia di rawat cukup baik walaupun ia tidak boleh menginjak kan kaki keluar, ada beberapa pelayan memberi dia makan dan baju.
Sana bingung sampai kapan ia harus disini? Sana rindu kedua orang tuanya dan sekolah.
Tapi disini tidak ada pintu keluar sama sekali, hanya ada pintu hitam yg mendominasi ruangan hanya itu salah satu pintu keluar, tidak ada sama sekali jendela di sekitar sini.
Lama sekali berlamun sampai pintu utama terbuka menampilkan beberapa orang berjas hitam yang memakai kaca mata.
Sana mundur sedikit namun ia di tarik oleh salah satu dari mereka, sana meronta namun melihat tatapan tajam dari salah satu mereka ia terdiam, sana memang penakut namun keras kepala.
Ada salah satu dari mereka ia paling berbeda mungkin dia adalah orang yg menyuruh sana keluar, "jangan membantah, kau adalah uang kami menurutlah kepada tuan mu"
Suara bariton itu membuat sana takut, ia menunduk bibirnya kelu tadinya ingin bertanya menjadi kaku, ia di tarik dan menuju kebawah.
Ia dinaikan ke dalam mobil saat di depan tempat penyekapan nya ? dan dibawa pergi, ia masih berfikir di bawah kemana.
20 menit perjalanan dengan sangat gugup akhirnya mereka sampai di sebuah gedung tinggi yang pasti pemilikny adalah orang sangat amat sukses.
Mereka berjalan melewati pintu samping, mereka tidak ingin nama pemilik perusahaan menjadi jelek karena membeli seorang remaja mungil yang cantik.
Atsmofir saat berjalan kearah tempat tujuan sangat mencekam, kakinya lemas bahunya turun ia benar-benar takut apa yang terjadi.
Pintu terbuka menampilkan sosok pria yang sedang duduk di meja kerjaanya, pria yang manis dengan gagahnya menatap kearah mereka semua.
Salah satu dari orang yang tadi berbicara dengan Sana maju dan menyambut pria yang sedang duduk di meja dengan ramah.
Saking bingung dan melihat berbincang apa, bodyguard sebelah sana berbisik "jangan bermacam-macam denganya"
Sana meneguk ludah karena takut, setelah perbincangan lama mereka pergi dan meninggalkan sana dan pria tadi di ruangan yang besar ini.
Sana masih terdiam dia tidak tau harus apa, ia terlalu takut untuk bertanya.
Pria itu menatap sana dengan menyunggingkan senyumnya, ia tau bahwa gadis kecilnya ini takut dan gugup.
Sana melihat sebentar pria tadi, dan ia sedang menatap sana dengan tersenyum.
Sana membola dan menunduk kembali, sial senyumnya sangat manis.
Sampai lama menunduk, sana melihat sepatu yg lumayan mahal harga berada di depannya ia menutup matanya, namun pria itu memegang dagu sana dan membuatnya menatap pria itu.
"nama"
"minatozaki sana"
"umur"
"18"
Namjoon meraup bibir mungilnya yang sedari tadi ingin ia lahap, sana terkejut dan mendorong si pria, tentu saja namjoon tidak ingin kalah di rengkuh si gadis mungil yang membuat dibawahnya sedikit menyesak.
Sial bibirnya sangat manis.
bibir sana sedikit di gigit oleh Namjoon agar ada celah lidah pria itu masuk, ia mengabsen semua bibir sana, ia semakin menekan tengkuk sana dan memperdalam ciumanya.
Sana mendorongnya hampir ia mati karena ciuman tadi, Namjoon terkekeh dan mengusap bibirnya.
sial dia tampan.
Lalu ia menatap Sana sambil memegang bibirnya, "ternyata kau keras kepala" ujarnya dengan lesung yang manis
Sana sempat terpukau dengan senyuman manisnya, namun ia sadar "aku ingin pulang" sentak sana
Namjoon tidak marah, ia malah tersenyum manis dan sedikit terkekeh, coba lihat si manis sedang merajuk seperti meminta sesuatu.
"Kenapa kamu tertawa"
"aku ingin pulang" ia melangkah pergi dari hadapan Namjoon namun tangan kekar namjoon memegang pinggangnya.
"i am your home babe"
Sana menatap pria itu dengan heran, "kamu gila, aku masih sekolah dan aku ingin pulang"
Pintu terbuka menampilkan sosok pria sambil membawa berkas, "emm maaf tuan mengganggu"
"batalkan semua jadwal sampai besok" ujar Namjoon sambil menatap sana
"aku ingin bermain dengan si kecil"
🪐🪐
Tangan sana di genggam oleh Namjoon menuju mansion mewahnya, sana sempat berfikir seberapa kaya pria yg sedang berada di genggamannya.
Pintu rumah terbuka oleh beberapa pelayan, dan ia segera membawa sana masuk kedalam kamar.
Ia masuk kedalam kamarnya yang berdominan putih dan abu-abu, "ini kamar mu"
"aku hanya ingin pulang"
"jangan mencoba kabur honey, i am your home babe" ujarnya keluar dari kamar
Saat pintu tertutup sana mengunci pintu dari dalam, ia menangis di kasur dengan sedih, apa tuhan sedang mencobanya ? dia hanya ingin pulang tapi ia terlalu takut untuk melangkahkan kakinya.
Tapi setidaknya ruangan ini ada kaca walaupun untuk kabur tak bisa karena lumayan tinggi.
Sana ingin membasuh diri ia membuka lemari pakaian, dan baju sudah terdapat disana.
Ia pun segera mandi dan cepat-cepat ingin keluar untuk makan.