ZRASHHH...
BLEDARR!!
Lebatnya hujan dan angin yang ganas seakan menjadi iringan lagu yang mengalun mengiringi ketegangan ini. Dapat gadis itu rasakan bahwa Ayahnya menyetir dengan kecepatan yang sangat tinggi seakan tak peduli dengan apa yang terjadi nanti.
Ya tuhan, lindungilah kami, batinnya. Ia terus saja memanjatkan doa-doa kepada-Nya. Ia juga terlalu takut untuk bertanya apa yang terjadi. Ada firasat buruk yang sedari tadi menghantui. Dan benar saja, tak lama kemudian, tiba-tiba saja mobil mereka itu seperti di hantam sesuatu dengan sangat keras.
CKITTT...
BRAKKK!!
"Aaaaaaa....!!" Gadis kecil itu berteriak histeris ketakutan.
Mobil mereka terbalik, dan ia tak bisa merasakan apapun, selain air hujan yang mengguyur kian mengganas.
Tes. Tes.
Hening, ia tak mendapat reaksi. Bagaimana dengan orang tuanya? Apa mereka baik saja?
Anak perempuan berbaju putih dengan mantel merah itupun ingin membuka mantel dan tudung yang menutupi mukanya, namun urung ketika ia mendengar suara Ibunya. "Sayang? Kau tak apa?"
"I-ibu?"
"Ulurkan tanganmu, Nak. Ayo, ikut Ibu!" Kemudian ia menurut saja dan mengulurkan tangannya yang disambut dengan tangan hangat dari Ibunya. "Bagaimana dengan Ayah, Bu?"
Hening, lalu pegangan tangan Ibu pada tangannya mengerat. "Ayah akan menyusul. Ayo! Kau siap?" Sang gadis pun ikut mengeratkan pegangannya. "Ingat. Jangan melepaskan tudung ini," ia mengangguk sebagai jawaban.
Di detik selanjutnya, gadis berambut coklat yang kini perlahan berubah menjadi putih itu di ajak berlari. Oh, bagaimana mungkin ia berlari dengan mata tertutup tudung begini? Bahkan tak jarang ia terjatuh akibat lubang maupun ranting di perjalanannya.
"Ibu, bisakah kita berhenti?" Ujarnya menghentikan laju larinya. Gadis kecil yang baru berumur 11 tahun itu merasa sangat lelah, sungguh.
"Tidak, sedikit lagi! Ayo,"
"Tapi bu, hosh ... Aku tak sanggup,"
Seperti tak mendengarkan, sang ibu masih saja menariknya agar ikut berlari bersamanya. Merasa tak punya pilihan lain, akhirnya sang ibu menggendongnya. Sampai akhirnya,
BRUKK!!
"Bu...." Mereka terjatuh. Kaki kecilnya pun sudah menyerah. Ia merasa tak sanggup lagi,
"Sayang, maafkan Ibu..." Ibu ikut terduduk dan menangis di depan anak kecil yang kini merintih kesakitan, saat melihat luka-lukanya akibat terjatuh saat di perjalanan tadi. Ia merasa perih yang sangat hebat ditambah dengan nyeri akibat luka itu diguyur air hujan terus menerus.
SRAKK,
"I-ibu?"
"Sstt..!" Sang ibu mendesis syarat diam. "Sayang, dengarkan ibu. Apapun yang terjadi, kau harus tetap diam disini, dan kepang rambutmu selama mungkin."
"Jika kau melihat seseorang dengan sembilan ekor di tubuhnya, maka ikutlah dengannya, kau boleh pergi tanpa ibu. Jika bukan, kau boleh melepas kepanganmu dan tatap saja matanya, kau mengerti sayang?"
Gadis itu mengangguk, dengan tudung yang masih menutupi sampai mukanya.
Dirasakannya sang ibu akan beranjak, ia kemudian bertanya. "Ibu mau kemana?"
Sang ibu tersenyum kecut, dan mengecup puncak kepala sang anak. "Menyusul ayahmu,"
• • •
Halo, ini adalah sebuah cerita yang akan menemani masa quarantine kalian🥰
Semoga suka, dan jangan lupa untuk:
🌼VOTE🌼
🌼COMENT🌼
AND
🌼SHARE🌼
AGAR TEMAN-TEMAN KALIAN JUGA TAHU CERITA INI😊STAY SAFE🤗
Salam, Author.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINE
FantasyKarena dipaksakan oleh kedua makhluk terlarang yang bersatu, salah satu keturunan bangsawan terlahir dengan ketidak seimbangan alam. Ia terlahir dengan penuh kebahagiaan dan juga penuh ketakutan. Ia dipercaya akan menjadi kunci yang juga akan menjad...