Tatapan manik biru-hijau itu tak pernah lepas dari gadis baru yang kini ikut tinggal di rumah Yamada. Kedatangan mendadak gadis dengan status yang mengejutkan itu membuat Saburo dan Jiro waspada. Siapa tau gadis itu suruhan pak tua yang mengaku ayah mereka untuk memata-matai mereka. Selama Saburo pantau, sikap gadis yang berstatus kakaknya itu biasa saja di rumah. Tidak ada hal-hal aneh yang dilakukan olehnya. Walaupun begitu, Saburo tak pernah mau menurunkan kewaspadaannya.
Tidak seperti Saburo, Jiro perlahan menurunkan kewaspadaannya terhadap [Name] begitu melihat sikap gadis itu yang tidak terlihat mencurigakan. Akhir-akhir ini juga Jiro cukup lengket kepada kembarannya itu, gadis itu memberikannya perhatian penuh. Pemikiran yang searah, serta pengetahuan [Name] yang lumayan di bidang sepak bola membuat pembicaraan mereka berjalan sangat lancar.
Tidak heran terkadang Jiro terlihat sangat nyaman berinteraksi dengan [Name]. Gadis itu juga sangat membantu saat ditanyai pendapat dalam beberapa hal. Terutama dalam pelajaran sekolah, sebagai siswi baru di sekolah, [Name] dapat dengan mudah mengejar ketinggalannya dalam masalah pelajaran. Gadis itu juga tidak pelit berbagi dan sangat nyaman dalam mengajarinya pelajaran, tidak seperti Saburo.
[Name] jadi ikut populer di sekolah Jiro karena wajah rupawan, kecerdasan serta keramahannya. Melihat keakraban keduanya membuat Saburo meradang. Kini perhatian Jiro tak sepenuhnya lagi terarah kepada si bungsu Yamada. Waktu beradu mulut mereka terpangkas karena Jiro lebih menempel pada kembarannya itu.
Bukan berarti aku cemburu, pikir Saburo. Ia hanya merasa bahwa tindakan Jiro itu sungguh semberono dengan orang asing yang baru dia kenal. Kalau Ichiro yang melakukan itu Saburo bisa menganggapnya wajar, kakaknya itu terkenal ramah dan baik terhadap orang. Meski begitu ia tetap bisa menyadari dan mengatasi orang-orang yang berusaha menjatuhkannya. Sedangkan Jiro, anak itu bodoh dan mudah tertipu. Wajar bila Saburo mengkhawatirkannya.
Yang sebenarnya, Saburo hanya cemburu Jiro lebih cepat akrab dengan [Name].
"Saburo~" Panggilan dengan nada berayun itu mengalihkan pemikirannya.
Saburo dengan enggan menatap gadis di depannya, "ada apa? N-Nee-san?"
[Name] tertawa pelan mendengar jawaban kikuk dari adik bungsunya. Gadis itu tahu bahwa Saburo masih tidak terbiasa dengan kehadirannya, jadi ia memakluminya. Gadis itu menyodorkan kantong plastik kecil. Dengan ragu Saburo menerimanya.
"Ku dengar Saburo sebentar lagi menghadapi ujian, jadi aku belikan itu sebagai penyemangat ...." ucap [Name].
Saburo mengangguk kecil. Matanya mengintip plastik yang ternyata berisi 2 buah ice cream cokelat kesukaannya. [Name] tersenyum kecil kemudian beranjak dari hadapan adik kecilnya itu.
"T-terima kasih!" Saburo membuang pandangannya saat [Name] menoleh menatapnya.
Tawa kecil terdengar, [Name] hanya membalas dengan senyum lalu kembali berjalan menuju kamarnya. Saburo rasa tidak buruk untuk mengenal lebih dekat dengan kakak barunya.
▨
▨Jam menunjukkan pukul 7 malam. Ke-empat bersaudara kini tengah duduk di ruang makan, menikmati pizza hasil meminta oleh [Name]. Siapa yang dimintai? Tentu saja Amayado Rei. Pria tua itu selalu menuruti permintaan gadis kecilnya itu. Mengetahui fakta itu membuat Ichiro dongkol setengah mampus.
"Omong-omong ...," Saburo membuka percakapan, "kenapa Nee-san harus tidur dengan Jiro?"
Ketiganya menoleh ke arah Saburo. "Karena tidak ada lagi kamar di rumah kita, toh [Name] kembaran ku. Jadi tak masalah, ya kan?"
[Name] hanya tersenyum saja. Saburo mengerutkan keningnya, "yakin Nee-san mau tidur dengan si bodoh ini? Dia itu kalau tidur seperti monyet pendengkur. Sudah begitu kakinya tidak bisa diam."
"Eh? Benarkah?"
"Heh! Jangn fitnah kau bocah!" Jiro menunjuk wajah Saburo dengan penuh amarah.
"Kenyataan bukan?" ejek Saburo semakin menjadi.
Ichiro menghela napas pelan. Kedua adiknya kembali ribut. Sepertinya mereka sudah berbaikan, dibandingkan beberapa hari yang lalu interaksi mereka yang terbilang irit. [Name] tertawa melihat kedua saudaranya.
"Lalu? Aku tidur dimana? Tempat Saburo boleh?" tanya [Name].
Saburo menoleh, wajahnya terlihat antusias, "b-boleh saja Nee-san!"
"AH, KAU INGIN MENGAMBIL KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN YA BOCAH?!"
"Apa-TIDAK!!"
"Mengaku saja! Pelukan [Name] kan rasanya hampir sama seperti pelukan Nii-chan!"
"Lihat, sekarang siapa yang terlihat ingin mencari kesempatan?!"
Pada akhirnya [Name] tidur di kamar Ichiro sebagai penengah. Dengan Ichiro tidur di bawah menggunakan futon.
Tbc ...
Hshshshs
Aku kena tagih rentenir aaaaaa /slap
Nyoh, semoga suka~30/1/2021
Aohitsugi Keyara
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin
FanfictionDi pagi minggu yang cerah, Jiro mendapatkan fakta bahwa dia tak dilahirkan sendiri ke dunia. "Jadi Ichiro tolong jaga dia ya." "[Name] disini!"