18+
Jeongguk menoleh ketika mendapati Arthur, tunangannya yang baru saja pulang dari pekerjaannya. Pria itu terlihat sangat lelah dengan wajah yang tertekuk lesu. Ia tersenyum manis, lalu menghampiri Arthur yang sedang menaruh tas kerjanya di atas sofa.
"Lelah?" Ia bertanya, memeluk leher Arthur dari belakang yang sudah terduduk di sofa itu. Pria bertubuh besar itu menengok ke belakang dan memberikan senyum letihnya yang masih terlihat manis.
"Ya. Kau tahu, deadline ini seakan-akan membunuhku." Keluhnya agak kesal. "aku jadi sering pulang terlambat dari biasanya. Maafkan aku, ya?"
Jeongguk menggeleng, "No. Untuk apa kau meminta maaf?" Ia berpindah untuk ke depan, menjatuhkan dirinya di sisi Arthur dan memeluk tubuhnya lembut. "You did well, Arthur. Kau tidak perlu untuk meminta maaf padaku. Itu adalah tuntutan pekerjaan dan aku tidak berhak untuk menghentikanmu, oke?"
"Thank you." Balasnya pelan. Arthur menjauhkan tubuh mereka dan membawa punggung tangannya untuk dikecup.
"Sama-sama." Ia menyengir, memperlihatkan deretan gigi rapinya. Jeongguk mengelus pipi Arthur dan mendekatkan wajah mereka, "Kau mau mandi bersama?"
"Kau belum mandi?" Tanyanya balik. Jeongguk menyeringai tipis, "Sudah sih... tapi, apa kau yakin tidak mau mengiyakan tawaranku?"
Arthur menangkap kilatan nakal dari mata Jeongguk saat menatapnya. Ia mendengus geli, lalu memutar matanya malas. "Kau benar-benar."
Jeongguk tergelak, "Come on, daddy... it will be fun!"
Setelahnya, Jeongguk memekik kaget saat tubuhnya digendong oleh Arthur tanpa aba-aba. Pria itu menepuk bokongnya dan Jeongguk memeluk lehernya manja, "Kau tahu aku, baby."
•••
Tubuh Jeongguk ditaruh di samping wastafel. Arthur membuka keran bathup dan membiarkan air itu mengalir untuk mengisi tempatnya. Ia berbalik, memandang Jeongguk yang hanya memakai kaus putih kebesaran dan yang ia yakin, anak itu tidak memakai celana apapun selain dalamannya. Ia bisa merasakannya saat menggendongnya tadi. Jeongguk memang memiliki kebiasaan itu dan ia masih belum bisa untuk menerimanya dengan baik. Karena itu, hormonnya sering tidak stabil jika di dekat anak itu.
Jeongguk tidak menggodanya, namun ia yang tergoda. Bagaimana bisa ia diam saja saat paha sekal itu terumbar bebas di matanya? Apalagi, bokong bulat miliknya sering tercetak oleh pakaian yang dikenakannya. Kaus itu terlalu longgar untuk tubuhnya, kerahnya kadang akan merosot dan berhasil memamerkan tulang selangka dan bahu Jeongguk.
Arthur dibuat gila oleh tunangannya itu. Jeongguk begitu indah dan tidak tergantikan. Semua yang ada dalam diri Jeongguk, baik luar dan dalam, ia menyukainya. Jeongguk adalah makhluk terindah yang pernah ia temui selama ini.
Ia jadi ingat dulu, saat itu keduanya bertemu karena Yoongi, Kakak dari Jeongguk mengenalinya padanya. Jeongguk masih kuliah ketika itu. Terlihat cantik sekali dengan kacamata yang bertengger di hidungnya serta rambut ikal hitamnya yang terasa lembut saat ia menyentuhnya. Ia merupakan salah satu teman dekat Yoongi, sudah setidaknya tiga tahun mereka berteman karena urusan pekerjaan dan ia tidak menyangka jika Yoongi mempunyai adik seindah Jeongguk.
Jeongguk masih malu-malu untuk menanggapi ucapannya. Anak itu hanya membalasnya sesekali dengan semburat merah di pipinya. Arthur sungguh ingin memeluk Jeongguk jika saja tidak ingat kalau si Jeon bukan siapa-siapanya. Lantas, entah bagaimana mereka menjadi lebih dekat hingga ia menemani anak itu untuk mengurus skripsi dan tetek bengeknya.
Si Jeon lulus dengan nilai memuaskan dan ia bangga karenanya. Hingga sekarang, mereka sudah mengambil jenjang yang lebih jauh dan sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan di akhir tahun. Arthur dan Jeongguk sudah berhubungan selama 4 tahun, dan ia tidak pernah merasa bosan dengan anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
fiance [artkook]
FanfictionArthur dan Jeongguk sudah bertunangan. Mereka juga sudah tinggal bersama. Satu hari, Arthur pulang dengan keadaan lelah dan hal itu membuat Jeongguk ingin memberi Arthur lelah yang tidak sia-sia.