DO

27 1 0
                                    

"Kamu yakin, Kan?" Tanya Putra ke Arkan.

"Put, menjalani apa yang bukan kesukaan kita itu nggak enak betul rasanya. Sumpah!"

"Selesaikan apa yang sudah kamu mulai sebagai seorang laki-laki dong" celetuk Putra lagi.

"Iya, Put. Iya. Aku selesaikan ini semua dengan berhenti!"

Mulai hari itu, Arkan men-drop out dirinya sendiri dari kampus. Kuliah yang tidak sesuai passion adalah bencana baginya. Manajemen adalah jurusan yang dia ambil karena terpaksa. Atau lebih tepatnya, karena hanya lulus di jurusan itu, maka itu yang ia ambil.

Saat memilih berhenti, ia baru semester satu mendekati UAS. Pilihan yang tepat untuk berhenti sekarang. Secara administrasi, ia masih terdaftar sebagai mahasiswa di kampusnya. Secara kemauan hati, ia sudah melepaskan kata 'mahasiswa' dalam dirinya.

"Apa bilangnya bosmu pas tau kamu berhenti?" Tanya Putra. Bos yang dimaksud di sini adalah orang tua. Begitulah kebiasaan Putra, memanggil orang tua dengan sebutan bos.

"Nggak ada sih, mas. Aku cuman bilang mau lanjut kuliah desain nanti di jawa" jawab Arkan.

Putra hanya mengacungkan jempol, tanda oke.

...

Penerimaan mahasiswa baru kembali dibuka. Arkan kembali menjadi maba, Mahasiswa Baru. Tapi itu jika ia diterima di kampus barunya.

Arkan mendaftar di Telkom University, Bandung. Mengambil jurusan DKV, Desain Komunikasi Visual. Ia mengikuti seleksi yang kebetulan dilaksanakan di Samarinda, jadi tak perlu repot-repot harus ke Bandung.

Pengumuman sudah bisa dilihat di website resmi. Dag dig dug Arkan menunggu hasilnya. Ini akan menjadi hari yang hebat untuknya jika diterima masuk ke Telkom University. Jika diterima, impiannya kuliah di jurusan DKV akan segera terwujud.

Sebuah pepatah mengatakan, jangan terlalu tinggi mencintai. Sebab jika kehilangan, rasa sakitnya akan teramat sangat. Itulah pesan yang disampaikan Putra saat Arkan sedang ingin melihat hasil pengumuman.

"Aih, nggak lolos aku, mas" Ucap Arkan lesu ke Putra.

"Ya, sabar, mas. Jadi selanjutnya apa?"

"Aku sih sudah rencanakan kalau nggak diterima di Telkom, mau coba daftar di IKJ"

"Oiya, Mantap itu" Balas Putra.

Di IKJ, Institut Kesenian Jakarta, seleksi mahasiswa baru dilaksanakan secara langsung di kampusnya, yakni di Jakarta. Mau tak mau, demi bisa kuliah di jurusan DKV, Arkan harus datang ke Jakarta.

Setelah administrasi dan segala berkas pendaftaran sudah siap, Arkan tinggal menunggu jadwal keberangkatan. Masalahnya adalah, Arkan akan ke Jakarta bersama Bapaknya. Karena bersama bapaknya, terpaksa Arkan harus berhenti dulu menghisap rokok selama di Jakarta. Terlalu nekat ia jika merokok di depan Bapaknya. Bisa-bisa, tangan kekar Bapaknya melayang bebas ke mulutnya.

Tak habis akal, Arkan merayu Putra untuk ikut menemaninya. Apalagi Putra sangat senang jika diajak jalan-jalan.

"Gimana, put? Temani aku nah" rayu Arkan.

"Nggak ada uangku, mas. Pengin betul aku sebenarnya" jawab Putra.

"Gini aja, mas. Tiket pulang mu aku yang tanggung. Gimana?"

"Skuylah"

Pergilah mereka ke Jakarta, dengan Arkan yang tak takut lagi merokok di tempat umum. Kecuali di dalam pesawat. Bisa-bisa tangan kekar pilot melayang bebas ke mulutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BenduanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang