Sunaryo sang seniman

3 0 0
                                    

Mentari mulai tenggelam diantara mercusuar yang tak pernah hilang cahayanya. Aku masih menikmati secangkir kopi sembari menyanyikan lagu tentang senja. Dunia yang syahdu ini bergandengan denganku dan ombak-ombak yang menggulung selaras genjrengan gitar tua pemberian pak sunaryo.

pak sunaryo seniman jalanan yang setiap hari merangkul asa membawa suara rakyat tuk didengar oleh PNS hingga parlemen digedung kura-kura

"pak sunaryo!, mengapa kau setiap hari selalu menenteng gitar tua itu?" teriakku dari kapal nelayan.

"biarkan saja aku begini nak!" jawab dia diujung batu karang.

"memangnya apa guna semua itu pak sunaryo?!?" teriakku lagi sambil menarik jala

"aku ini seniman jalanan nak, biarlah semua itu menjadi kenikmatan abadi yang menghiasi masa senjaku ini nak" jawab dia sambil tertawa dan memperlihatkan giginya yg ompong itu

"jika begitu, aku ingin ikut denganmu pak sunaryo" masih teriakku dengan semangat

"ikut saja, biar jalanan menjelaskan sebuah arti kehidupan wahai anak muda!" teriak dia dengan semangat yg meledak-ledak

keesokan harinya aku membawa sebuah tas selempang dan membawa beberapa buah pipa paralon untuk dijadikan alat musik. aku berdiri berjam-jam untuk menunggu pak sunaryo. lama -lama aku bosan menunggunya, aku memutuskan untuk pergi ke kota sendirian.

Dari sudut kesudut aku mulai nyanyikan lagu yang sering pak sunaryo nyanyikan.

Eyyy hidup hanya panggung sandiwara~
bila tak sanggup kau pergilah~
eyy lihatlah dewan kita~
korupsi tapi tak merasa bersalah~
hohohoy aku hanyalah seniman jalanan~
politik aku tak mengerti~
yang kutahu hanyalah tangisan rakyat~

Dari satu gang ke gang lainnya kulihat manusia berseragam rapih yang menatapku sinis, Hingga diantara selokan yg dihiasi sampah yang menggunung langkahku dihentikan oleh sesosok pria tua berambut kriting

"kau tau lagu itu darimana anak muda?" tanya pria itu padaku

"aku ini nelayan yang mencari jawaban dari ucapan pak sunaryo" ujarku dengan lantang seolah mengajak bertempur pada orang itu

"pak sunaryo si seniman jalanan itu yaa?, ucapkan salam ku dari kawan perjuangannya" ujar pria itu dengan lantang

"bapak kawan seperjuangannya sunaryo?" tanyaku terheran-heran

" yaa kau benar anak muda, kami adalah 2 seniman jalanan yang akan melegenda ditanah ini" Ujar pria itu dengan semangat yg membara

"memangnya bapak dan pak sunaryo sudah melakukan apa saja?" tanyaku yg masih terheran-heran

"kau ini!, tadi kau sudah terjun dijalan mengapa kau belum juga merasakan sebuah arti dari semua itu?" teriak pria tua itu dengan tatapan tajamnya yg mengarah padaku

"aku belum tahu arti semua itu" ujarku yg kebingungan

"huhh dasar anak zaman sekarang, bukalah matamu anak muda!, lihatlah sekelilingmu. Rakyat-rakyat sengsara karna ulah mereka yg mengemis saat pemilihan dan sekarang menindas ketika sudah diatas" ujar pria tua itu secara lantang dan keras

"banggalah kau pada dirimu sendiri anak muda, dan banggalah pada pak sunaryo yang telah mengajarimu pelajaran baru" sambung pria tua itu

aku mencoba mencerna setiap katanya. Akupun merenung dan diam dibuatnya.

"kau hebat karena berani menyuarakan suara rakyat lewat nyanyian itu, ketahuilah anak muda bahwa mereka bisa membungkammu tapi tidak dengan kata-kata yang kan abadi diantara sajak-sajak hitam" ujar pria itu

usai perkataan itu aku berpamitan dan segera lari secepat yang aku bisa. Hingga aku sampai ditempat aku berdialog dengan pak sunaryo, dan aku menemukan sebuah gitar milik sunaryo yg disampingnya ada sepucuk surat.

Hai anak muda!, jika kau menerima surat dariku, terimalah gitar tua milikku. Lantangkanlah suaramu hingga berterbangan diangkasa. Bantulah mereka yang lemah dan lawanlah yang setara denganmu. lawanlah mereka yang menindas rakyat kecil. ketahuilah suara bisa dibungkam tapi kata-katamu kan abadi bersemayam diantara sajak-sajak kelabu.

sunaryo sang seniman

usai membaca surat itu aku memegang gitar tua pak sunaryo yg kini menjadi milikku. aku berteriak sekencang yang aku bisa

"pak sunaryo, terimakasih untuk semuanya, saksikanlah wahai pak sunaryo! aku akan menjadi legenda ditanah ini!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang