"Karenamu aku kembali."
«Zico»---Destiny---
Dahi Alexa mengernyit bingung melihat orang di depannya ini. Orang itu baru saja dia temui, tapi dia bersikap seakan-akan sudah mengenal lama Alexa.
"Bagaimana kau bisa mengenalku?" tanya Alexa.
Cowok itu tersenyum. "Kau? Sejak kapan lo ngomong pake kata aku-kau bukan lo-gua?" tanyanya melihat Alexa.
"Kita gak kenal, jadi buat apa aku jawab." ucap Alexa acuh. Dia berbalik meninggalkan cowok itu.
"Ternyata sikap lo gak berubah ya, masih tetep acuh sama orang." Alexa tetap diam, tidak menanggapi. Dia terus berjalan hingga kata-kata cowok itu membuatnya terkejut.
"Dulu ada yang bilang sama gua, kalau seorang Alexa gak akan pernah lupa sama cowok culun ini, padahal gua gak culun, tapi lo suka ngomong gitu ke gua." ujar cowok itu mengingatkan Alexa.
Keningnya semakin mengerut, mengingat-ingat apa masa lalunya yang sudah terlupakan. Karena masa lalu yang buruk tidak perlu di ingat, itu sebabnya Alexa membuang jauh-jauh memori itu.
"Zico?" ucap Alexa memastika. Gadis itu memutar tubuhnya kembali menghadap cowok yang sudah berjalan mendekat ke arahnya.
"Seperti yang lo pikirin," menyombongkan diri dengan kepala terangkat angkuh. Seketika buku yang Alexa pegang melayang ke wajah cowok itu.
"Sombong banget. Muka pas-pasan gitu, juga."
"Awww! Gila lo, baru juga ketemu udah main tabok aja." gerutu Zico mengusap keningnya yang perih terkena ujung buku yang keras. Memang, Alexa itu temen gak ada Akhlak.
"Bodo, gak duli gua." acuh Alexa.
"Muka perawatan nih, emang lo yang gak pernah feminim dikit. Dahal cewek, tapi gayanya kaya cowok." Tidak mau kalah Zico balas menyentil kening Alexa.
Karena suara Alexa yang memang tidak bisa dikondisikan, gadis itu memekik keras di koridor. Siswa/i yang ada di koridor langsung menoleh pada mereka, tapi Alexa dan Zico sama-sama acuh. Tidak peduli. Lebay? Alexa tidak lebay, hanya saja dia memang suka menjadi pusat perhatian.
Zico melirik rambut Alexa, tangannya terulur menyentuh helai rambut itu. "Lo mau sekolah atau begaya, ni rambut napa jadi gini warnanya?" Mereka terus berjalan sambil Zico memegang helai rambut Alexa.
"Seperti yang lo pikirin aja." acuh Alexa.
"Anak ini, bener-bener. Minta di sekolahin lagi ya lo, kalau ketahuan guru bisa dihukum lo." ucap zico menasehati, tangannya sudah berpindah merangkul bahu Alexa.
Alexa tidak mempermasalahkan itu, karena itu memang sudah biasa dilakukan Zico.
Zico melihat wajah Alexa dari samping. "Biarin lah, udah biasa gua dihukum." ucapnya ada jeda. "Oiya, Zi. Lo kok bisa sekolah di sini? Bukannya lo di Jerman ya?" tanya Alexa menoleh sebentar ke arah Zico. Kemudian kakinya berbelok ke warung mbok Cen. Mumpung jam istirahat, jadi sekalian makan saja. Pikir Alexa.
Lagipula otaknya habis berperang dengan mata pelajaran pak Bandi, belum lagi bu Khadija tadi menyuruh Alexa ke perpustakaan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya di sana. Karena bu Khadija sedang ada tugas, jadi dia menyuruh Alexa.
"Ooh, yang itu. Sorry sorry, gua lupa kabarin lo kalau gua udah balik ke Indonesia." Mereka duduk di kursi kosong bagian sudut. "Jadi tu, urusan papa udah selesai di sana, makanya kita balik lagi ke sini." jelas Zico.