Prolog

290 34 30
                                    

Earth membuka matanya pelan, merasakan hangat tubuh dari kulit yang bersentuhan langsung dengannya. Ia tersenyum kecil. Rindunya pada sang kekasih pasti sangat besar sehingga terbawa mimpi. Tubuhnya kembali ia sandarkan. Earth menarik nafas panjang, namun ia terkesiap.

Ini bukan wangi tubuh kekasihnya.

Earth segera duduk, memastikan.. siapa yang ada di sisinya?

Betapa kagetnya ia saat melihat sosok yang tak ia kenal berbaring tanpa pakaian bersamanya di atas ranjang. Keadaannya tak berbeda jauh. Ia hanya mengenakan celana pendeknya. Siapa? Ini bukan kamarnya. Bukan pula kamar di apartemen sang kekasih.

"E...Earth?"

Kepala pria cantik itu mendongak segera menuju asal suara. Matanya membulat, melihat kekasihnya tengah menatapnya tak percaya.

"P'Kao...." Gumamnya kecil

Tidak. Kao pasti akan salah paham. Ia bahkan tak mengenal pria yang masih lelap itu. Apa yang harus ia katakana pada Kao.

"P'Kao. Ini bukan.."

"Bukan seperti yang aku kira?" tanya Kao datar, mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto di layar pada Earth, "Dengan manisnya kau tersenyum dan memeluknya.."

Earth tak bisa bersuara. Memang. Itu fotonya. Fotonya tersenyum pada pria yang ada di sampingnya. Tidak. Ia ingat mimpinya. Ia ingat tersenyum seperti itu pada Kao. Bukan orang lain."

"P'Kao. Aku dije.."

"Dasar pelacur."

Satu kalimat. Hanya satu kalimat berisi dua kata dari Kao berhasil membungkamnya. Meluluh lantakkan hatinya. Air matanya mengalir turun saat Kao berbalik pergi. Hatinya terasa seperti pecah berkeping-keping.

"P'Kao... Percayalah padaku..." isaknya, "Kumohon..."

Tangisannya terus terdengar, namun sepertinya sama sekali tak mengganggu pria di sampingnya. Earth menahan nagfasnya. Ia harus bagaimana?

Dering ponselnya membuatnya kaget. Ia segera mengambil benda berbentuk segiempat itu. berharap bahwa Kao akan meneleponnya. Tapi bukan.. itu bukan Kao.

*Earth? Kau dimana? Kenapa P'Kao meneleponku dan mengatakan kalau kalian berpisah??? Apa yang terjadi?*

Berpisah? Jadi Kao benar-benar tak menganggapnya lagi? Bahkan tak mau mendengar penjelasannya?

*Earth???*

Sahabatnya.. Earth membutuhkan sahabatnya yang selalu ada untuknya.

"Bom...." Isak Earth, "Tolong jemput aku...."

*Earth? Kau menangis? Kau dimana? Kirimkan lokasimu. Aku akan ke sana sekarang juga!*

...

Earth menarik nafas, melihat pada wajahnya di depan cermin. Ia tersenyum kecil, merapikan sedikit rambutkan.

"Hari ini juga, pasti akan lebih baik! Semangat, Earth!"

Earth mengambil ponselnya. Ia tersenyum melihat pesan dari sahabat yang selalu mendukungnya.

Bom : Kau luar biasa. Selalu ingat untuk tersenyum bahagia.

Earth mengambil tas lusuhnya, segera berjalan keluar kamarnya setelah melihat jam pada ponsel. Kakinya yang melangkah menuju dapur terhenti saat melihat sosok lelaki tinggi sudah berkutat dengan dapur.

"Pagi."

Earth tersenyum kecil mendengar sapaan pria tampan itu. Ia mendekat, mencoba membantu pria itu menyiapkan sarapan dan makan siang untuk bekal mereka.

TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang