Shit!
"Kenapa telat?" tanya salah satu anggota OSIS kepada Sakata.
"Ck, telat sepuluh menit doang udah ditahan aja" Sakata berdecih dan menatap remeh kakak tingkatnya. Tentu saja yang ditatap marah, dia sedang malas mengurusi murid-murid yang telat. Tetapi ia malah bertemu dengan manusia menyebalkan seperti Sakata.
"Jawab! bukannya ngelunjak" Kakak tingkat itu menatap tajam Sakata, dirinya sudah kesal.
"Iya. ck, ditinggal birahi nih makanya ngamuk" di akhir kalimat Sakata mengatakannya dengan pelan, bibirnya berkedut menahan tawa. Walaupun suaranya pelan, namun masih dapat didengar oleh kakak tingkatnya. Karena sudah benar-benar kesal, kakak tingkat itu menarik kerah Sakata.
Sakata mengangkat kedua tangannya ke atas, "Wow wow, santai dong" ucap Sakata disertai seringai tipis di bibirnya. Melihat Sakata yang tidak juga membuat amarahnya mereda, membuat kakak tingkatnya dengan nekat mendorong kasar tubuh Sakata.
"Ck. WOI! lo gantiin gua ngurusin dia!" Teriak kakak tingkat itu pada salah satu teman organisasinya dan menunjuk Sakata.
Sakata hanya tersenyum dan melambaikan tangannya pada mereka. Tidak seperti kakak tingkat yang tadi, kali ini berjalan dengan lancar tanpa pertengkaran.
***
Esoknya, lagi dan lagi Sakata telat. Entah sudah hari ke berapa dia telat, baru saja dia MPLS sudah telat sebanyak ini. Tidak hanya telat, Sakata malas-malasan menjalankan tugasnya. Membantah dan membuat anggota OSIS kesal dan marah sepertinya menjadi hobi barunya.
***
"Urata, bantuin ya? plis" dengan wajah memelas Soraru-ketua OSIS menatap Urata-wakilnya.
Urata menggeleng tanda tidak mau, dia kesal. Kenapa harus Urata yang turun tangan, kenapa bukan Soraru saja?
"Ayolah, kali inii saja, ya?" Soraru masih setia menatap melas Urata.
Kesal ditatap seperti itu, Urata memukul wajah Soraru dengan berkas yang dia pegang. Dengan kesal dan tidak ikhlas ia mengiyakan permintaan ketua OSIS sekaligus temannya itu, tentu saja disambut baik oleh Soraru.
"YES! mulai hari ini ya? dadah.." Soraru berlari keluar kabur ke kelasnya. Mendengar hal itu Urata kaget, sudah mintanya mendadak diberi tugas yang sulit.
Urata menghela nafas kasar, "Bagaimana bisa orang seperti itu jadi ketua OSIS?" ia menggelengkan kepalanya.
***
Dilain tempat, Sakata kini tengah berdebat dengan kakak tingkatnya. Dia diomeli karena tidak memakai atribut lengkap, sedangkan yang diomeli hanya iya-iya saja.
Urata yang baru turun dari ruang OSIS langsung menyuruh anggotanya bubar. Seakan-akan mereka tahu apa yang akan Urata lakukan, mereka langsung menurut.
"Hm, kamu Sakata?" Urata menatap malas Sakata.
Sakata sedari tadi memperhatikan Urata, wajahnya kini melunak. Dia tertegun sebentar sebelum mengiyakan pertanyaannya.
"Ikut aku" Urata melirik sekilas Sakata dan membawanya ke ruang OSIS.
Sakata dengan senang hati mengikuti Urata. Selain senang karena tidak perlu berurusan dengan anggota OSIS yang lain, ia sekarang berduaan dengan pria manis dan lucu ini.
Dilain sisi, Urata bingung apa yang harus dia lakukan pada Sakata. Demi menghindari konflik dengan anggota OSIS lainnya, jadi dia membawa Sakata ke ruang OSIS yang memang saat ini sepi pengunjung.
Sesampainya di ruang OSIS, Urata duduk dan langsung fokus ke berkasnya. Sakata juga langsung duduk dekat Urata, matanya tak lepas memandang wajah serius Urata.