John hanya dapat menghela napas ketika mendapati kamar Sherlock kosong untuk ketiga kalinya hari ini. Ia mengambil ponsel dari saku jaketnya dan menekan nomor Lestrade. Selang beberapa kali nada tunggu, terdengar suara berat—dan sedikit kekesalan—dari seberang sana.
“Iya, Sherlock ada di sini dan ia masih memaksa masuk ke dalam TKP!”
“Ok, jaga ia agar tidak melakukan hal aneh. Aku akan segera ke sana.” John lalu keluar dari flat mereka dan segera menemui Lestrade.
Sebenarnya, tak ada yang salah dengan Sherlock yang pergi ke salah satu tempat kejadian kriminal di London. Tapi kali ini, kondisi kesehatan Sherlocklah yang salah.
.
Beberapa jam sebelumnya.
Sherlock terkena flu berat dan demam tinggi. Bahkan semalam, tiba-tiba ia mengigau cukup keras untuk membangunkan John. Oh tentu, Sherlock bersikeras tidak mengakui kejadian itu saat John bercerita di pagi harinya.
John sudah menyuruhnya untuk beristirahat di kamar sehabis sarapan. Tak ada nicotine patch, tak ada biola dan tak ada kasus! Sherlock terang-terangan mengeluh dan memrotes John. Ia mencoba berbagai alasan agar John mengizinkannya untuk keluar menyelesaikan sebuah kasus. Tapi, tak ada yang dapat menggugat keputusan John dalam hal merawat pasien dan Sherlock adalah pasiennya sekarang.
Tak putus asa, Sherlock berniat untuk kabur saat John sedang berada di kamar mandi.
Namun, usaha pertamanya gagal mentah-mentah karena John memergokinya sedang memakai mantel dan mengalungkan scarf ke leher. Tatapan tajam John memaksa Sherlock untuk melepas mantelnya dan kembali ke tempat tidur. Tak lupa menempelkan kembali plester penurun demam di dahinya—direspon dengan dengusan kesal “Aku seperti anak kecil, John!” namun tak dapat berbuat apa-apa.
Setengah jam berlalu, John yang sedang berkutat dengan laptop di ruang tamu dipanggil oleh Nyonya Hudson untuk membantunya membereskan sebuah kamar yang akan disewakan.
Mendengar langkah kaki menuruni tangga dari dalam kamar, Sherlock segera bangkit memakai mantelnya secepat yang ia bisa. Ia keluar dari flat secara perlahan-lahan dan berusaha tidak mengeluarkan suara sehalus apa pun. Namun, lagi-lagi upaya kaburnya ketahuan oleh John tepat ketika ia memutar knop pintu.
“Sherlock. Naik ke atas. Masuk ke kamar,” perintah John dengan nada militer yang tegas dan tak dapat dibantah.
Ah, Sherlock membenci intonasi perintah itu. John hanya menggunakan nada itu saat ia benar-benar serius dan pasti ia sangat tidak suka jika perkataannya tidak dituruti.
Lebih baik Sherlock menyimpan tenaganya—yang memang sudah lemah—dibanding harus berdebat dengan sang dokter.
Kali ini, sang dokter pun membawa serta laptopnya ke dalam kamar Sherlock untuk menjaga si detektif keras kepala ini agar tidak mencoba kabur lagi. Putus sudah harapan Sherlock untuk menyelinap pergi. Tiap kali Sherlock bergerak, mata John langsung terpicing tajam, mengunci semua gerakannya.
Setelah sedikit berdebat—Sherlock tak banyak membantah, tenaganya sudah cukup terkuras untuk menjaga suara seraknya tetap keluar—, John tetap bersikeras agar Sherlock harus beristirahat seharian dan tak ada kompromi lebih lanjut.
Dengan berat hati, Sherlock membungkus tubuhnya dengan selimut dan bergelung ke sisi tempat tidur. Ia sempat melayangkan pandangan sekarang-aku-akan-tidur-puas-kau-sekarang? dan John membalasnya dengan seringai kecil seolah menjawab keputusan-yang-bagus-sekarang-tutup-mulutmu-dan-cepat-tidur! sebelum akhirnya ia tidur memunggungi John.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extra Pill (a SHERLOCK BBC fanfic)
FanfictionSherlock sakit! Tingkah menjengkelkannya menguji kesabaran John sebagai dokternya. Dan John bersumpah tak ingin mengalami hal ini lagi. Disclaimer for Sir Arthur Conan Doyle (Sherlock Holmes) Steven Moffat and Mark Gatiss (TV Series SHERLOCK by BBC...