2.

272 55 14
                                    


Jangan lupa vote coment nya ya!





Hari pertama kerja di MK group ternyata cukup melelahkan bagi Alen. Karena terbiasa hidup mewah dan serba ada tanpa bekerja keras, kini dirinya cukup sadar diri kalo ternyata hidup nggak semudah itu.

Bersyukur memang mudah kalo hanya sekedar omongan orang kaya yang serba ada dan tanpa susah mencari pundi pundi uang ke sana-sini, tapi nyatanya hidup tak semudah apa yang orang manja dan berkecukupan pikirkan.

Alen berjanji, untuk sering bertandang ke panti asuhan dan memberikan sedikit perhatian dan mainan untuk anak-anak di sana. Karena kebetulan Mama Sandara termasuk ibu-ibu sosialita yang berhati baik dan suka membantu sesama dengan mendirikan panti asuhan bersama teman-teman sosialitanya.

Setelah memasukkan beberapa berkas dan merapikan sedikit barang berserakan di mejanya, Alen beranjak dari kubikel tempat dia bekerja. Tak lupa mengeluarkan ponsel dan mengecek apakah supir yang tadi siang mengantarnya sudah menunggu dirinya didepan.

Kebetulan Jennifer pulang duluan, jadi terpaksa sekali Alen pulang sendiri dengan supir dan tidak quality time dengan para sahabatnya dulu.

Gedung ini masih lumayan ramai, ada beberapa pekerja yang belum pulang, mungkin harus lembur untuk keperluan deadline yang mepet. Sebenarnya, jam kerja operasional sudah habis sejak dua jam yang lalu, tapi entah kenapa hampir semua karyawan disini masih betah untuk duduk manis dan menatap laptop yang mereka bawa.

Workaholic sekali.

Menanti lift yang belum terbuka, Alen menunggu dengan memainkan ponselnya. Mengecek beberapa pesan yang masuk, dan membalasnya. Suara lift terhenti membuat Alen mendongak dan menghentikan kegiatannya bermain ponsel.

Oh, sial! Padahal ini baru hari pertama dia bekerja. Catat! Hari pertama! Dan dewi keberuntungan nya seolah menghilang dan mempertemukannya dengan sosok yang dia bicarakan dengan teman-temannya tadi siang.

Sial sial sial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sial sial sial. Fero Mikalo memang sempurna. Di lihat dari manapun, dia tetap tampan dan berkharisma. Alen cukup ragu untuk melangkah masuk kedalam lift yang hanya ada Fero Mikalo di dalamnya. Ini menakutkan. Dengan perasaan was-was, akhirnya dirinya melangkah masuk kedalam. Berduaan dengan orang yang paling Alen takuti adalah pilihan terakhir dalam hidupnya.

"Cepat masuk dan pencet lantai berapa yang mau kamu tuju."

Hanya satu kalimat dan tangan Alen bergetar karenanya. Sambil memencet tombol lantai satu, Alen melangkah menjauh, menjauh dari tubuh tegap menjulang disampingnya.

Tak ada obrolan, dan hanya ada kesunyian di ruangan kotak bergerak tersebut. Terasa lama padahal hanya beberapa detik yang Alen rasakan. Ini pertemuan pertamanya dengan Fero Mikalo setelah delapan tahun tak bertemu. Banyak perubahan signifikan pada fisik Fero Mikalo, tapi wajahnya tetap tampan bahkan semakin berwibawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bossy! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang