2. Strong Mother

21 1 0
                                    

"Kecewa sendirian, sakit sendirian dan berjuang sendirian." - Strong Mother

Kisah seorang single mother memang sering kali banyak di dengar di luar sana, banyak single mother yang merawat anaknya sendirian, berusaha sendirian dan berjuang sendirian.

Saat yang paling sakit ketika menjadi single mother adalah bukan saat pedihnya mencari uang mungkin ini bisa menjadi salah satu hal yang paling berat. Tapi bukan di situ point' utamanya melainkan ketika anak-anakmu beranjak besar dan mulai menayakan bahkan mengerti seperti apa keluarga utuh itu sebenarnya.

Percayalah itu adalah pertanyaan menyakitkan seorang anak polos belum tau apa-apa, belum tau masalah rumitnya dari orang dewasa. Itu menyakitkan.

Aku Arini Armeida seorang pengusaha kecil di Bandung salah satu kota yang terkenal di Jawa Barat. Hidup dengan 2 anak yang lucu dan mengemaskan, dengan jenis kelamin laki-laki menjadi anak pertamanya dan anak keduanya berjenis kelamin perempuan perbedaan mereka umur cukup jauh kira-kira sekitar 8 tahunan kurang lebih.

Arini sejak beberapa bulan lalu di tinggal suaminya yang lebih memilih perempuan lain dengan meninggalkannya serta anaknya begitu saja. Kecewa? Sakit hati? Jangan di tanya apalagi suaminya ini meninggalkannya tanpa memberikan uang sepeserpun apalagi untuk anak-anaknya. Memang dasar lelaki tidak tahu malu!!! Lelaki bajingan seperti itulah ia menyebutnya.

Arini dan anak-anaknya tingal di rumah mereka sendiri terbilang sederhana namun nyaman bagi mereka. Sekarang Arini harus berjuang lebih keras dari biasanya mencari banyak uang agar dapat memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Apalagi sekarang anak laki-lakinya sudah menginjak kelas 5 SD sebentar lagi akan menuju tingkat akhir dan lulus pastinya akan membutuhkan biaya yang besar sedangkan anak perempuannya masih sangat kecil.

Arini tahu anak laki-lakinya itu paham apa yang sedang di hadapinya, semenjak bapaknya pergi anak laki-lali Arini tak pernah banyak mengeluh ataupun rewel saat membantunya.

Anak laki-laki Arini bermana Araksa Abimanyu, yang sering di panggil Aksa ini dia yang sekarang selalu membantu Arini setiap pulang sekolah untuk berjualan di toko Arini atau terkadang menemani adiknya yang setiap harinya selalu Arini titipkan kepada adik perempuannya. Kebetulan adik Arini tinggal bersama Arini tidak jauh dari tempat tinggalnya. Adik Arini juga hingga saat ini belum di berikan keturunan oleh Allah jadi memutuskan untuk merawat anak perempuan Arini selama ia bekerja mencari nafkah.

Anak kedua Arini bernama Arania Abinaya, yang biasan di panggil Rara oleh orang-orang terdekatnya. Rara berumur 3 tahun pada tahun ini, dia adalah anak perempuan yang lucu menurut orang-orang. Pipi gembul, badan gendut dengan kulit yang berwarna agak gelap gampang tertawa, gampang bermain dengan orang-orang dan banyak yang mengidolakan Rara karena dia adalah anak yang sangat lucu.

"Ibu hari ini aku pulang cepat sepertinya nanti aku langsung ke tempat Ibu ya?" Kata Aksa saat masih pagi bahkan matahari saja belum muncul ke permukaan masih malu-malu.

"Kak Aksa nanti main sama adek Rara aja ya, gausah ke tempat Ibu." Arini tersenyum melihat bagaimana sudah mengertinya anak laki-lakinya saat ini. Di saat usianya masih menginjak 11 tahun yang harusnya menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan bermain. Aksa harus membantunya untuk berjualan usahanya, sebelumnya di rumah juga Aksa sering membantunya untuk membungkus semua jualan Arini yang akan dia jual ke tokonya.

Bagi Arini tanpa Aksa dan Rara saat ini mungkin ia sudah tidak bisa bertahan sampai detik ini.

Aksa dan Rara adalah matahari dalam hidupnya, awan yang selalu menemaninya di kala petang maupun terang. Baru Arini mereka adalah segalanya untuk dirinya.

"Adek Rara nanti di titip di rumah Tante Armia lagi ya Bu?" Tanyanya pada Arini.

"Iya nanti adek Rara di rumah Tante Armia seperti biasanya, nanti kakak Aksa langsung aja kesana ya gausah ngusulin Ibu."

"Baik Ibu, nanti setelah pulang sekolah ganti baju Aksa akan langsung ke rumah Tante Armia aja." Arini tersenyum mendengar jawaban anaknya yang mudah mengerti apa yang ia perintahkan. Bersyukur Arini punya Aksa yang bisa menemani adiknya saat Arini tidak ada. Beruntung juga Arini punya Armia beserta suaminya yang selalu membantunya dan menguatkannya.

"Aksa nanti kalau mau berangkat sekolah seragamnya udah Ibu siapkan ya, nanti makannya di sekolah aja Ibu ga sempat masak hari ini." Aksa hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban iya mengerti apa yang di katakan Arini.

"Ibu mau berangkat dulu ya Aksa, nanti mampir ke rumah Tante Armia juga mau menitipkan Rara. Aksa baik-baik ya di rumah jangan sampai nanti berangkat ke sekolahnya telat. Assalamualaikum nak."

"Waalakumsalam Bu, hati-hati di jalan ya Bu."

Selepas kepergian Arini yang masih tergolong pagi untuk saat ini membuat Aksa memutuskan untuk menonton kartun dulu di pagi hari sebelum ia berangkat ke sekolah.

Setiap pagi usai Arini pergi memang kebiasaan Aksa adalah menonton tv terlebih dahulu hingga jam menunjukkan pukul 6 pagi baru Aksa memutuskan untuk mandi. Setelahnya Aksa selalu memakai pakaiannya sendiri tanpa di bantu siapapun. Karena memang yang berada di rumah hanya dirinya seorang, adiknya sudah berada di rumah tantenya bertepatan saat Arini memutuskan untu berangkat kerja.

Kegiatan ini sudah lama Aksa lakukan sendiri, mandi sendiri, memakai pakaiannya sendiri dan berangkat sekolah sendiri. Tidak seperti anak kebanyakan di usianya masih di antarkan orang tuanya ke sekolah. Dalam hati kecilnya Aksa sangat iri ketika anak seusianya menerima itu. Tapi mau bagaiaman lagi kondisi keluarga tidak seperti kondisi keluarga orang-orang kebanyakan.

Aksa harus menelan rasa itu dalam-dalam karena tidak ingin menyakiti hati ibunya yang telah berjuang sendirian saat ini, Aksa juga tau jika bapaknya meninggalkannya karena ada perempuan lain. Aksa kecewa dengan bapaknya, mengapa begitu banyak menyakit ibunya beberapa tahun ini.

Jam menunjukkan pukul 06.00 pagi, Aksa harus bergegas untuk mandi agar nanti tidak telat saat sampai ke sekolahnya. Setelah beberapa menit Aksa menyelesaikan kegiatan mandinya, ia mengenakan pakaian yang disiapkan Arini, ibunya tadi yang tinggal ia pakai.

Setelah Aksa siap ia memutuskan untuk berangkat sekolah dengan jam sudah menunjukkan pukul 06.30 menit. Aksa bergegas mengunci pintu rumahnya berjalan menuju sekolahnya berada. Iya, memang setiap harinya Aksa selalu berjalan saat berangkat ke sekolahnya karena memang saat ini sekolah Aksa masih cukup dekat dari rumahnya mungkin sekitar kurang lebih 10 menit waktu Aksa tempuh dengan berjalan agar sampai ke tempat ia bersekolah.

Banyak memang teman-teman Aksa sekitar rumahnya juga memilih berjalan kaki untuk berangkat ke sekolahnya.

-To Be Continue -

STRONG MOTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang