Sejuta Takdir - 1

6 1 0
                                    

Aku tidak pernah berfikiran untuk menikah di usia yang kebanyakan orang menikah. Aku bukan wanita yang ingin berkarir hingga menjadi pemimpin, sederhana emang cita-citaku yaitu cuman pengen mastikan kedua orang tuaku bahagia sebelum anaknya di ambil lelaki yang akan mengambil tanggung jawab penuh. Salah satu miris memang hingga usia matang ini tidak ada seseorang yang dekat dengan status yang sering dengan nama PERNIKAHAN. Aku hanya bisa menertawai diri sendiri.

Setiap orang mendampakan kehidupan yang bahagia dengan rumah tangga yang indah tanpa adanya permasalahan. Namun nyatanya sang kuasa selalu tahu akan kehidupan setiap hambanya. Dimulai dari seseorang itu lahir, menikah dan meninggalkan dunia. Semua itu sudah digariskan. Pernah tahu bahwa doa bisa mengubah takdir? Pasti semua sudah mendengar bukan? Karena hal tersebut sudah ada di ayat suci Al-Quran jika engkau beragama muslim. Semua terasa mimpi ketika ada seseorang datang kerumah kalian dengan kedua orangnya yang berkata ingin meminang seorang wanita. Semua ini bukan hanya aku yang kaget tapi kedua orang tua terkejut. Bagaimana tidak terkejut anaknya yang tidak pernah membawa laki-laki ke rumah, tidak pernah telfonan dengan laki-laki kalau bukan masalah pekerjaan, tidak pernah keluar rumah ketika weekend, karena dia mempunyai rumah sendiri disamping orang tua nya meskipun punya apartemen studio di dekat tempat kerjanya.

Drrrtttttttt

"Halo, kenape?"

"pulang ada tamu yang nyari"ucap dari sang penelpon

"dua jam nyampe rumah kalau gak molor"jawabku

"jangan lama-lama, kesian sama orang tuanya."ucapnya lagi

"hmmmm"kututup telepon dengan kesel. Aku mulai berfikir siapa gerangan yang datang kerumah di jam pagi-pagi mengganggu waktu santaiku.

Hari sabtu biasanya memang hari libur di tempat kerja yang sekarang ku tempati, karena akhir bulan di dengan terpaksa lembur hingga malam dan sudah biasa akhir bulan ketika sudah mau weekend ku habiskan tidur di apartemen yang setahun yang lalu ku beli. Setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya sampai lah dirumah. Kulihat ada sepatu yang ku tafsir harga nya mahal, kenapa aku berfikiran seperti itu? Karena kerja yang ku alami bertemu dengan orang yang tajir-tajir yang menawarkan pembiayaan akan usaha mereka.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Karena sudah terbiasa menghadapi orang-orang baru tidak pernah aku merasa canggung dengan ketiga orang yang di depanku.

"Halo selamat siang, saya amanda ada yang bisa saya bantu?"

Kulihat ketiga orang tersebut tersenyum dengan apa yang aku ucapkan. Otak ku mulai berfikir apa ada yang salah dengan yang kuucapkan sehingga bukan jawaban yang ku terima tapi hanya sebuah senyuman. Aku mulai berfikir ini orang kayak sudah tidak waras. Bodohnya aku tak menanyakan ke keluarga terlebih dahulu tujuan dari ketiga orang ini ke rumah.

"Tidak perlu formal nak"ucapnya yang bisa ku tafsir umurnya 45 Tahun

"oh iya mohon maaf bu"ucapku lagi

"Panggil tante nami aja nak"ucapnya lagi

"perkenalkan saya Rahman dan ini istri saya Namirah dan disebelah saya lagi anak saya Raka"ucap salah satu lelaki yang di tengah-tengah antara wanita dan lelaki

"saya disini mewakili anak saya raka ingin meminang nak amanda untuk menjadi istri Raka"ucapnya lagi

Bukan jawaban ini yang ku inginkan, bukan ini yang ku harapkan, aku berharap mendapatkan target untuk pekerjaan yang dua tahun ku jalani. Bukan penawaran pernikahan yang tidak ada di jadwal listing aku di bulan depan. Aku merenung merangkai jawaban yang akan ku sampaikan agar tidak menyakiti. Namun sesaat ini otak ku terasa ingin berhenti berfikir.

"oh ya sebelumnya mohon maafpertanyaan saya lancang, atas dasar apa Bapak Rahman ingin saya jadi menantu bapak atau bukan bukan emmmm mas Raka kenapa ingin meminang saya. sepertinya kita belum pernah bertemu atau mengenal. Benar bukan?

Ekhemmmm

"Sebelumnya kita sudah pernah bertemu nda"

"Panggil man saja mas biar lebih enak mas Raka"ucapku dengan senyuman. Enak saja memanggil nda nda bikin banyak orang salah paham saja. Panggilan nda seakan-akan memanggil kata BUNDA.

"Oh ya dimana ya?"

"Pertama di cafe pas saya minta tolong kamu bayarin makanan saya gara-gara dompet saya ketinggalan, yang kedua kamu nolongin saya pas kecelakaan motor"

Aku mencoba mengingat-ingat kejadian tersebut namun aku cuman mengingat waktu di cafe doi minta tolong bayarin makan. Bagaimana mungkin tidak ingat uang langsung terkuras sejuta hanya untuk makan. Miris memang sehari langsung ilang begitu aja. Tapi aku percaya ketika seseorang membutuhkan bantuan kita meskipun orang tersebut tidak kita kenal suatu saat nanti pasti ita membutuhkan uluran tangan orang lain yang mungkin tidak kita kenal untuk membantu kita. Hanya pedoman itu yang aku jaga supaya kebaikan terus aku lakukan.

"Oh I see"

"terus kenapa bisa melamar saya dan apa alasannya?" aku masih tidak faham dengan jalan fikiran orang yang ada di depan hanya sebuah pertolongan bisa bisa melamar. Dari segi wajah sepertinya lebih tua dari aku dan jangan-jangan sudah meikah itu orang. Banyak fikiran negatif yang menghantuiku.

Pertanyaan hingga pertanyaan telah terlontar dengan sendirinya. orang di depanku bukan orang yang kaku dalam mengobrol dengan orang baru. Hingga suara Adzan menyadarkan obrolan kami. Setelah mengobrol cukup lama akhirnya tante Nami dan keluarganya pamit untuk pulang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sejuta TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang