Part 1

48 3 38
                                    

                  "Nyatanya luka dari perkataan lebih menyakitkan daripada luka fisik"
                     ~Kinan~

"Assalamualaikum"

Sunyi. Itulah yang ia dapati, waktu yang masih sangat pagi membuat kondisi sekolah masih sangat sunyi.  Bahkan orang-orang yang ada pun bisa dihitung oleh jari. Bergegas gadis dengan hijab biru dongker itu menaikan semua kursi keatas meja, setelah selesai ia langsung menyapu lantai kelasnya yang berdebu dan bertebaran banyak sampah.

"Huft.... Akhirnya selesai juga," helaan nafas yang terdengar lelah dan berat itu berasal dari mulut Kinan lebih tepatnya Kinanthi Gusti Putri Pratiwi siswi yang duduk dikelas IX SMP itu baru saja menyelesaikan tugasnya untuk piket kelas. Ya, dia sudah biasa melakukan piket sendiri karena baginya jika menunggu kelompok piketnya yang lain itu akan sangat lama. Pernah ia menunggu kelompok piketnya tetapi itu malah membuat kelompok piketnya dimarahi habis-habisan karena saat guru datang kelas belum selesai dibersihkan. Biasanya teman-teman yang lainnya hanya membuang sampah, menghapus papan tulis, menyapu halaman depan kelas dan menurunkan kursi sebelum bel berbunyi.
"Ini udah dipiketin apa?" Tanya Hani Rahma--kelompok piket Kinan, "udah, kamu sapu halaman depan aja. Biar buang sampah, hapus papan tulis sama nurunin kursi nanti Sindi sama anak lakinya," ujar Kinan menjelaskan yang hanya diangguki oleh Hani Rahma.

"Rangga, Ibnu, Iqbal cepetan piket jangan malah duduk-duduk!" Ujar Kinan. "Iya loh ini mau piket. Nu, kamu sama Iqbal turunin kursi. Aku mau buang sampah," kata Rangga membagi tugas untuk teman piketnya dan langsung diangguki oleh kedua temannya.

~~~~

Kring.... Kring....

Suara bel masuk telah berbunyi pertanda pelajaran akan dimulai namun para siswa-siswi justru asik dengan kegiatan masing-masing. Ada yang sibuk membicarakan pacarnya, ada yang sibuk membicarakan game yang saat ini sedang booming ada juga yang berjalan kesana kemari tapi lain dengan Kinan. Buku dan alat tulis sudah tertata rapih dimeja miliknya.

"Assalamualaikum," ucap pak Salamun--guru IPS, "waalaikumsalam pak," jawab murid sekelas dengan kompak. "Baik, kita lanjutkan materi yang kemarin, buka buku paket kalian halaman 124," ujar pak Salamun memberi perintah setelah kelas selesai berdoa. Dengan sigap Kinan langsung membuka bukunya hendak mencari halaman yang disebutkan oleh sang guru namun sebelum ia membuka bukunya tiba-tiba Lulu--teman sebangkunya memegang tangannya sembari berkata "Nan, bukunya barengan ya? Aku gak bawa buku soalnya berat, aku gak kuat kalo bawa yang berat-berat," Kinan yang mendengar itu hanya menggeser bukunya ketengah meja agar mereka bisa membaca bukunya secara bersamaan walaupun begitu didalam hati ia sangat kesal.

Kring.... Kring.... Kring....
Bel tanda istirahat pertama telah berbunyi membuat seluruh siswa riuh dan berhamburan keluar dari kelas untuk mengisi perut atau bertemu teman yang berbeda kelas. Kinan dan teman-temannya menuju warung dekat sekolah, mereka membeli aneka snack dan minuman. "Nan, kamu beli jajan banyak banget uang darimana?" Tiba-tiba Zaki dan teman-temannya datang dan melontarkan pertanyaan yang membuat Kinan mengerutkan dahi, pertanyaan aneh batinnya. "Aku punya uang ya  dari dikasih orang tua lah, kok kalian tanya kaya gitu?" Sontak jawaban Kinan membuat Zaki dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak padahal tidak ada yang lucu "kamukan lonte, uang buat beli jajan itu pasti uang haram hasil ngelonte kan?" Lagi, Kinan dibuat mengerutkan dahi atas perkataan Zaki. "Kamu jangan sembarangan ngomong ya! Kalo gak tau gak usah sok tau!" Ujar Kinan sambil menunjuk wajah Zaki dengan telunjuknya dan menekan setiap kata yang ia ucapkan.
"Loh akukan cuma tanya, kok kamu marah? Jangan-jangan apa yang aku tanyain itu bener?" Tanya Zaki seraya tertawa merendahkan namun Kinan hanya diam tapi bukan berarti itu benar namun ia sadar jika ia terus-terusan meladeni Zaki yang ada ia akan tersulut emosi dan berakhir perseteruan. Teman-temannya pun hanya diam menonton perdebatan itu tapi ia tidak peduli, selama mereka mau berteman dengannya itu sudah lebih dari cukup baginya.

~~~~

"Huft... Akhirnya sampe juga, assalamualaikum," Kinan mengucap salam lalu membuka pintu rumahnya dan ia mendapati neneknya tengah tertidur. Ia pun langsung pergi kek kamar mandi untuk mencuci tangan dan kakinya setelah itu ia menuju kamarnya mengganti pakaian lalu mengambil ponselnya dan mendengarkan lagu menggunakan headset dan menangis. Jujur, kata-kata Zaki sangat menyakiti hatinya, menorehkan luka yang sukar untuk disembuhkan, meluruhkan benteng pertahanannya untuk menjadi gadis tangguh, merendahkan harga diri yang selama ini ia junjung tinggi-tinggi.

"Argh! Kenapa dunia ini gak adil sama aku?! Kenapa aku selalu dibully?! Hiks... Hiks..." Isak tangis dan kata-kata penuh keputus asaan itu terdengar dari mulut Kinan. Baginya dunia itu tidak adil, dunia selalu memihak mereka yang kuat dan selalu menindas orang-orang yang lemah sepertinya. "Tolong.... Siapapun tolong aku keluar dari lubang kepedihan ini," lagi, suara keputus asaan yang keluar dari mulutnya. Nafasnya tersengal, matanya sembab dan hidungnya yang memerah karena terlalu lama menangis. Sangking lelahnya menangis Kinan pun tertidur dengan air matanya yang mengering dipipinya dan isakan yang sesekali terdengar.

                              TBC

Cuma mau ngucapin makasih buat anak-anak DO dan kalian yang udah mau baca cerita aku yang amburadul ini😅

Jangan lupa tinggalin vote dan komen next, kalo ada yang mau kasih Krisan juga silahkan aku terima

See you next part everyone

Salam sayang dari author judes😅

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang