00 || G E R H A N A

32 8 2
                                    

Ingatkah kalian dengan cerita GERHANA karya dari AnandaEkaFebriYanti? Yah itu ceritaku. Dan aku memutuskan buat update ulang GERHANA dengan alur dan cerita yang berbeda dengan sebelumnya. GERHANA yang ini sudah aku rombak total. Buat yang udah follow akun AnandaEkaFebriYanti silahkan di unfoll dan follow akun ini. Sekian terima kasih:)

Selamat Membaca💚

______________

"Ma, Pa, Sinar dapet peringkat dua lagi!"

Seorang bocah berusia 10 tahun berlari ke arah orang tuanya yang sedang berkumpul di ruang tamu.

"Benarkah?"

Denta Mahakarsa, sang papa mengangkat Sinar ke pangkuannya. Ia membuka map yang berisi nilai Sinar.

"Wah nilai kamu bagus semua, Sinar. Papa bangga sama kamu."

Sinar tersenyum lebar sambil mencium pipi papanya.

"Jadi, kamu gak ada niatan buat cium pipi Mama juga, hm?"

Sinar menepuk keningnya sambil tertawa kecil. Ia turun dari pangkuan papanya dan menghampiri mamanya.

"Sinar sayang banget sama Mama, sama Papa juga."

"Mama juga sayang banget sama Sinar." Disya memeluk putra kecilnya itu sambil sesekali mencium puncak kepalanya.

"Di mana Geran?" tanya Denta saat menyadari anaknya yang lain tidak ada.

"Geran di sini, Pa." Bocah yang juga berusia 10 tahun berjalan menghampiri Denta, Disya, dan Sinar.

"Bagaimana nilaimu?" tanya Denta tegas. Tak ada kelembutan seperti saat ia berbicara dengan Sinar.

Gerhana tak menjawab, ia hanya menyerahkan map yang berisi nilainya itu kepada Denta.

"Kenapa nilaimu tak ada perubahan? Kenapa ada penurunan dibeberapa mata pelajaran?" tanya Denta kesal. Ia baru saja selesai memeriksa nilai Gerhana, bukannya naik, nilai Gerhana justru banyak penurunan. Walau peringkat pertama masih milik Gerhana.

"Maaf, Pa. Gerhana gak tau soal itu."

"Sudah berapa kali Saya bilang, jangan keseringan main!" bentak Denta. "Kamu itu anak yang gak tau diuntung! Lihatlah nilai Sinar, semua nilainya ada peningkatan. Gak kaya kamu. Jangan buat Saya menyesal karena sudah memgeluarkan uang banyak hanya untuk menyewa guru les."

Gerhana hanya menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya. Yah, ia sadar akan kesalahannya.

Denta membuang napas kesal. "Masuk ke kamar dan belajarlah. Jangan keluar sebelum Saya suruh."

"Baik, Pa."

Gerhana pergi ke kamarnya. Tak lupa membawa map berisi nilainya.

Sesampainya di kamar Gerhana melempar map itu sembarangan, kemudian ia membersihkan badannya yang terasa lengket. Setelah selesai membersihkan diri, Gerhana kembali mengulang semua pelajaran yang telah ia pelajari. Yang ia pikirkan saat ini adalah belajar, belajar, belajar, dan belajar. Tak peduli dengan otaknya yang sudah lelah.

𝔾 𝔼 ℝ ℍ 𝔸 ℕ 𝔸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang