bagian dua

669 143 17
                                    





Selesai kuis, Zelisa memilih nongkrong sebentar di kantin fakultas ekonomi. Berniat menunggu temannya juga, Raisa.

Sebotol cola dipadukan dengan roti panggang tetap menjadi favoritnya.

Setelah menelan potongan terakhir rotinya, Zelisa menopang dagu menggunakan satu tangan, sedang tangan satunya digunakan untuk mengetuk-ngetuk meja kantin bosan.

“Kayaknya selain jadi mahasiswa kupu-kupu kerjaan lo cuma ngelamun, ya?”

Suara agak berat itu menghampiri gendang telinganya. Bahkan ia sudah tau siapa pemiliknya sebelum melihatnya.

Arjuna, pacar Raisa yang kebetulan temannya waktu sma dulu. Ia juga partner bertengkar Zelisa.

“Daripada berisik mending jualan kue putu. Lumayan duitnya bisa buat judi, ” Zelisa memandang sinis Juna, membuat laki-laki yang lahir empat hari setelahnya itu tertawa pelan.

“Haram njing,” balas Juna yang kini membuka satu persatu kulit kacang panggang yang tadi ia bawa.

Zelisa mencibir, “Elo pikir duit hasil korupsi sks halal? goblok.”

Kalo berhadapan dengan Juna, rasanya ucapan yang keluar dari mulut Zelisa itu penuh dosa.

“Halah, kayak lo kagak pernah aja,” Juna gantian mencibir, lalu membuang kulit kacang ke arah Zelisa.

“Monyet emang lo, Jun!”


Untung aja Raisa datang tepat waktu. Kalau tidak, tambah rusuh mereka.

“Sekalian sana saling banting. Jan cuma modal bacot!”

Zelisa dan Juna hanya sanggup meringis. Raisa itu adem, tenang. Tapi, sekali marah bikin mereka kicep ketakutan.

“Apa!? nggak diterusin lagi!?”

Dengan pelan seolah kena efek slowmotion mereka berdua menggeleng. Lalu berjabat tangan seperti anak kembar yang baru saja bertengkar dan disuruh baikan.

“Udah baikan, ay...” Juna berucap pelan. Di depannya Zelisa ikut mengangguk.

Raisa menatap keduanya tajam. “Bagus kalo gitu,” ucapnya lalu ikut duduk dan menyerahkan kunci kamar kos milik Zelisa yang tadi ketinggalan.

Thanks ya, Ra..”

“Hmm, langsung pulang?” tanya Raisa, pasalnya dia masih ada kelas setelah ini.

Zelisa agak bingung. Lalu menatap kembali ponsel yang sama sekali tidak ada notif.

“Mungkin...” jawab Zelisa akhirnya. Ia langsung bergegas keluar dari area kantin.


Langkah Zelisa agak tergesa menuju halte dekat kampus. Telat sedikit ia bisa tertinggal bus.


Entah kenapa Zelisa agak lesu karena beberapa kali ia melihat ponsel masih sama.

𝐛𝐨𝐜𝐚𝐡 𝐬𝐦𝐚!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang