Hujan di bulan Juni pada langit sore Jakarta, tidak biasanya. Langit yang sebelumnya berwarna lembayung, kini gelap disertai kilatan cahaya membelah langit, menakutkan. Angin pun terlalu kencang berhembus, hawa dinginnya tertinggal dan menusuk tulang hingga menyisakan rasa menggigil. Sebagian orang tidak suka perubahan yang tiba-tiba, seperti hujan yang turun di bulan Juni.
Sosok manis dengan orbit mata hazel ini tersenyum merasakan rintik hujan dengan tangannya sambil menengadahkan kepalanya. Ia berada di depan salah satu gedung perkantoran, kebetulan hari ini adalah hari pertamanya bekerja di tempat baru sebagai senior akuntan. Ia cukup senang sampai ingin rasanya menari.
Raganya masih ditempat, namun pikirannya melayang dan beranda-andai jika ia benar-benar menari di bawah hujan saat ini. Gila, pikirnya, ia bukan anak kecil lagi. Apabila hanya tertinggal beberapa orang yang menyukai hujan dimuka bumi ini, lelaki manis ini adalah salah satunya.
Tuk, tuk, beberapa kali ia mengetukkan sepatunya ke lantai. Setengah jam berlalu, rinai hujan masih bergerumul turun, tak kunjung mereda. Bosan, ia ingin pulang. Ah masa bodoh, pikirnya sesaat sebelum ia mewujudkan angannya beberapa waktu lalu, menari, atau lebih tepatnya berlari di bawah hujan.
Dengan tergesa-gesa lelaki manis ini berlari menuju parkiran mobil. Pandangannya yang terbatas membuat langkahnya tidak seimbang hingga ia tidak sadar menabrak seorang di depannya dengan cukup keras sampai keduanya terpental. Kedua mata lelaki itu bertemu, meskipun sedikit kabur terbias rintik hujan. Keduanya mengernyitkan dahi sambil tersenyum tipis, tidak jadi marah.
"Tay?"
"New?"
Keduanya terkekeh, mereka bertemu kembali. Entah, hanya kebetulan atau semesta memang menunjukkan kuasanya, sekali lagi, untuk mempertemukan dua manusia yang Ia kehendaki.
Tay membantu New bangkit dengan mengulurkan tangannya yang disambut dengan lembut oleh si empunya. Keduanya masih saling tersenyum, sedikit melupa bahwa hujan masih turun semakin deras. Tatkala salah satunya tersadar, ia menarik tangan lainnya untuk menghindari hujan dengan membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.
Hening sejenak. "Bisa bawa mobil sekarang?"
Yang ditanya terkekeh. Seharusnya bukan itu pertanyaan pertama orang yang baru kembali bertemu setelah sekian lama. "Bisa, aku ambil les empat kali." Tay membenarkan kemejanya yang kusut dan basah karena hujan, sambil menatap mata indah itu, "Kamu apa kabar?".
Aneh rasanya, sudah lima tahun lama tidak bertemu. Namun ternyata mereka masih dapat mengenali dengan baik satu sama lain. Sambil membenahi posisi duduknya dengan baju yang masih basah kuyup, New membalas tatapan Tay yang sulit diartikan. "Baik, juga."
Hujan masih cukup deras di luar, mereka masih berada di parkiran sambil menimang percakapan apa yang baiknya dilontarkan sepasang mantan kekasih.
"Kok kamu bisa disini? Jangan bilang kerja di perkantoran sini juga, di kantor yang mana?" Cerocos Tay yang niatnya dilakukan untuk membuka topik agar tidak terlihat awkward, namun ternyata malah terkesan menuntut jawab. New menyunggingkan senyuman tipis dari balik bibir merahnya.
New mengangguk, "Baru hari pertama, aku baru pindah kerja hari ini. Akuntan publik disitu." New menoleh ke belakang sambil menunjuk gedung yang merupakan kantornya. Tay mengikuti arah pandang New, dan mencuri waktu untuk memandang orbs mata yang ia cukup rindukan, "Goodness, kantor aku di samping gedung kamu, persis."
Mereka berada di kawasan dengan beberapa area perkantoran yang menyatu dan berdekatan. Dari seluruh kemungkinan semesta, ini yang paling sulit dipahami.
Rasanya waktu berputar cukup lama saat ini. Mereka bukan teman, mereka mantan sepasang kekasih yang kembali bertemu. Agaknya ini yang membuat mereka tidak dapat berceloteh lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Into Love
RomancePertemuan keduanya di bawah hujan bulan Juni, membawa Tay dan New, sekali lagi, mengulang kisah mereka. ps: hello it's pindimailie but changed my username to daissiesun. enjoy!