"Steve lihatlah!"
"Apa?" kataku sambil melihat kearah Faizi yang duduk di atas motor.
Saat ini kami tengah nongkong di warung dekat rumah, milik sahabatku Wahyuda.
"Wih itu dibelakangmu bidadari lewat," ucap Faizi seraya memberi isyarat mata agar aku melihat pada gadis yang baru saja lewat di belakangku, dia berjalan mendekati beberapa barang dagangan tempat kami nongkrong. "Langsung samperin bro, masak kau biarkan lewat begitu saja," katanya lagi sedikit berbisik di telingaku. "Selama ini kan cuma kau yang belum pernah pacaran, sampai kapan takut sama cewek?" Kali ini nadanya terdengar mengejek.
Aku tak memperdulikan temanku itu lagi, mataku langsung bergerak untuk bisa melihat gadis itu. Memang benar, gadis itu sangat cantik, dengan mukena hitam bergaris biru dipinggiranya. Sepertinya dia ingin membeli sesuatu di warung tempat kami nongkrong. Dia terlihat begitu indah, aku tertegun diam tak berkata, hanya jantung yang menderu semakin bergemuruh bagai genderang prajurit inggris yang akan pergi berperang,
"Woii , bengong aja terusss!" Tiba-tiba suara Faizi menyadarkanku dari lamunan yang aku sendiri tidak tau apa namanya. "Kalau bukan karna sudah punya pacar, bakal aku dekati dia." Lagi-lagi aku tak merespon perkataan Faizi, fokus mata kembali tertuju pada sosok cantik yang anggun itu. Kakiku terasa berat untuk mendekat, bahkan bibirku terasa kelu untuk bersuara. walau dalam hati aku sangat ingin sekedar menyapa.
Tanganku terkepal kuat kala dirinya berjalan kembali melewatiku, dengan senyum bak cahaya chandra yang begitu menyilaukan, ia membungkuk pada kami bertiga penuh penghormatan. "Permisi." Suaranya begitu merdu mendayu di telingaku hingga lagi dan lagi gemuruhan itu datang menggerogoti hati yang redum akan keberanianku sendiri.
"Ah, sungguh sial," umpatku memaki diri sendiri seraya menatapnya yang semakin jauh dari jangkauan pelupuk mata.
Entah berpa kali sudah handpone ku berdering, jam sudah menunjukan Pukul 11.14 malam, aku masih saja termangu sendiri diatas kursi kecil di kamarku, membayangkan pelangi malam yang indah, yang tadi kulihat. Dan sekarang membuat ku tak bisa tidur. Sama seperti si ikal yang jatuh cinta pada a ling pada pandang pertama, di novel laskar pelangi yang sering kubaca.
Tapi aku baru menyadari sesuatu. "Bukankah tadi dia berjalan kaki? Apa rumahnya dekat sini?" Kini rasa penasaran menggerogotiku. Ini pertama kalinya aku melihat dia, dari mana dia berasal sebelumnya? Apakah sebuah kerajaan indah yang menyimpan seorang Putri Mahkota yang juga indah seperti dia?
Sungguh, tidak pernah ku dapati diriku seperti ini. Bagaikan ku menukan nirmala yang langsung membuatku jatuh cinta. Bibirku tersenyum simpul setiap kali memikirkannya.
Ku pejamkan mata, dengan atma yang terhanyut ku rapalkan kalimat permohonan. "Semoga takdir mempertemukan kami kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Takdir, Tembok Dan Jendela
Short StoryIni tentang sebuah kisah cinta pemuda yang telah jatuh hati sejak lama. Namun, keberanian untuk mengungkapkan tak pernah ada. Hingga suatu waktu, entah bagaimana caranya. Ia bisa mendekati sang pujaan hati, walau hanya di jadikan pelampiasan oleh...