Flowers

263 40 12
                                    

Kepala ditengadahkan; kedua netra beriris coklat menatap hamparan langit yang telah berubah warna menjadi jingga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepala ditengadahkan; kedua netra beriris coklat menatap hamparan langit yang telah berubah warna menjadi jingga.

Lee Jeno sadar bahwa hal itu merupakan pertanda dirinya harus pulang ke rumah.

Pandangan teralihkan pada hamparan rumput yang berayun senada dengan hembusan angin. "Besok aku akan kesini lagi," gumamnya pelan, membuat catatan mental, kemudian bangkit dari tempatnya duduk dan bersiap melangkah pulang.

Namun, getaran ponsel pada saku menghentikan sementara niatnya.

"Ayah?" pemuda tersebut mengangkat panggilan.

[ "Kamu dimana, Jeno? Sudah sore. Sebaiknya kamu pulang sekarang. Ibu sudah memasak banyak makanan dan jjajangmyeon kesukaanmu." ]

"Benarkah?" Segaris senyum terulas lebar. Kedua mata langsung berbinar saat mendengar makanan favoritnya disebut.

[ "Iya. Makanya, cepat pulang. Kami menunggumu. Tidak ingat sekarang hari apa?" ]

"Hari pernikahan ayah dan ibu."

Jeno langsung terdiam.

Tunggu dulu...

'HARI PERNIKAHAN AYAH DAN IBU—'

—DIRINYA BELUM MEMBELI HADIAH APAPUN!

"Ah—iya! Sudah dulu, ayah. Aku akan segera pulang sekarang!"

Panggilan terputus sepihak.

.

.

.

"Toko bunga—!"

Sepasang mata bergerak cepat; fokus mencari targetnya ketika kedua kaki Jeno berlari cepat menyusuri jalan pedesaan.

Benarlah apa yang dikatakan ayahnya tadi; semua toko sudah hampir tutup ketika matahari semakin terbenam.

"Gawat jika tidak ada...," ia berhenti sejenak, mengatur napas, tetapi mata masih tidak lelah mncari. "Ayolah, pasti ada satu yang masih—"

Pandangannya terpaku pada suatu papan nama dari sebuah toko di sebelahnya.

"—BUKA!"

Bak kesetanan, dirinya berlari lagi menghampiri toko tersebut, tepatnya ke arah seseorang yang sedang merapikan etalase.

"Toko ini masih buka, kan? Tolonglah! Aku butuh bunga sekarang juga!"

Sosok pemuda asing di depan Jeno langsung menatapnya khawatir. "Maaf, kami sudah hampir tutup hari ini. Lagipula, beberapa bunganya kurang segar, aku takut jika bunga yang kau inginkan dalam kondisi seperti itu—"

"Bunga apa saja!"

Jeno tahu ia tidak seharusnya lancang memotong penjelasan, tetapi ia benar-benar harus mendapatkannya saat ini.

FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang