1

824 58 25
                                    

Beratus-ratus tahun lalu tepat sebelum perputaran reinkarnasi itu dimulai.

Seorang pria dengan tubuh tinggi tegap, berdiri didepan gerbang tinggi menjulang dengan lambang kipas didepannya. Saat gerbang itu terbuka, baju kebesarannya bergemerisik ketika ia melangkah masuk diikuti oleh kasim setianya dan para dayang dibelakangnya.

Ini merupakan paviliun Ryu yang ditempati oleh selir tercintanya, lambang kipas dari klan-nya menghiasi setiap sudut dari paviliun ini untuk membuat sang selir nyaman dan merasa seakan ia berada dikediamannya yang dulu.

Pria itu bernama Naruto Namikaze, Kaisar dari kerjaan terbesar, penguasa seluruh daratan negara api. Memiliki rupa yang tampan nan menawan, hingga setiap wanita dan pria yang melihatnya rela tertekuk lutut dibawah kakinya. Walaupun jarang sekali orang-orang bisa melihat wajahnya secara langsung.

Namun dari kesempurnaan sang kaisar, ia memiliki hati sedingin es, dan harga diri setinggi langit. Apa yang diinginkannya, maka akan ia dapatkan. Siapa yang menentangnya maka akan dia lenyapkan.

Seperti yang telah ia lakukan pada selir tercintanya itu.

Tepat ketika dua penjaga pintu dari paviliun hendak menyerukan kedatangannya, Naruto pun mengangkat sebelah tangannya, menyuruh diam dan mundur.

Keduanya menurut dengan perlahan menyingkir dari jalan sang kaisar, dan Naruto pun kembali melangkahkan kakinya, membuka pintu itu lebar-lebar dengan kedua tangannya.

Dibalik topeng rubahnya mata sapphire blue tajam itu meneliti setiap sudut ruangan luas tersebut dengan perlahan, mencari-cari keberadaan sang selir tercintanya yang ternyata tengah tertidur pulas di kasurnya.

Sudut bibir yang jarang tersenyum itu kini perlahan tertarik, sebuah senyuman yang tidak cocok dengan tatapan tajamnya yang malah terlihat seperti seringaian.

Naruto kembali melambaikan tangannya, mengusir kasim dan para dayang yang hendak mengikutinya masuk. Walau enggan, sang kasim akhirnya memilih menurut dan menutup pintu itu dengan pelan. Meninggalkan Naruto dan seseorang yang tengah tertidur pulas diatas kasur empuk.

Hari sudah malam, dan sinar rembulan yang masuk melalui jendela menyinari sosok yang tengah tertidur itu. Terlihat cantik, terlihat anggun dan terlihat menawan.

Naruto selalu bertanya-tanya, apa sosok didepannya ini manusia sungguhan? Ataukah sebuah boneka porselen?

Kulit putihnya terlihat bersinar dibawah cahaya bulan, rambut hitam legamnya terurai rapih diatas kasur dan beberapa helainya membingkai wajah kecil sosok itu.

Naruto mendekat setelah sebelumnya melepaskan topengnya dan mendudukkan dirinya dengan perlahan di samping sosok yang tertidur itu. Matanya tidak berkedip ketika menatap sosok yang masih setia menutup matanya itu, bahkan sesekali Naruto meneguk ludahnya dengan tidak sabar ketika pandangannya tertuju pada bibir tipis dan berwarna merah muda milik sosok tersebut.

Namun belum sempat Naruto memagut bibir yang menggoda itu, sosok tersebut pun membuka matanya dengan perlahan.

Kelopak mata itu terbuka perlahan, menampilkan iris mata hitam legam yang seakan menghisap Naruto kedalam lubang tak berdasar. Mata yang sangat disukai Naruto.

Tidak ada sapaan hangat selamat datang dari selir yang seharusnya menyambut kedatangan sang kaisar, tidak ada senyum manis, tidak ada kalimat manja ataupun menggoda, bahkan tidak ada rasa bahagia karena dikunjungi sang kaisar ke paviliunnya.

Sosok itu hanya berwajah datar, terlihat tidak tertarik, bahkan sorot matanya lebih dingin dari ekspresi Naruto saat ini.

Dia bernama Sasuke Uchiha, anak bungsu dari Raja Amegakure, kerajaan dibawah kepemimpinan kaisar Naruto.

REINCARNATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang