1. Dream

1.5K 130 21
                                    

"NEWT!" Teriaknya.

Kelopak mata miliknya terbuka, dengan napas terengah bak baru saja berlari ia mendudukkan dirinya dan menyandarkan kepalanya pada kepala ranjang.

Terdengar suara langkah kaki yang mendekat, lalu muncul sosok yang sama persis dengan sosok yang berada di dalam mimpinya. Dengan raut wajah khawatir sosok itu mendekat, kemudian duduk di pinggiran ranjang. Mata kecoklatan itu menatapnya penuh tanya.

"Tommy, apa yang terjadi?"

Sosok yang dipanggil Tommy menggelengkan kepalanya lalu segera merengkuh tubuh kurus kekasihnya. Menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher dan menghirup aroma khas kekasihnya dalam-dalam, memastikan bahwa sosok dalam pelukannya nyata.

Yang dipeluk pun membalas dengan mengusap-usap punggung kekasihnya dengan perlahan. "Aku disini. Aku bersamamu, Thomas." Ucapnya, berusaha menenangkan.

Thomas menganggukkan kepalanya pelan lalu melepaskan pelukannya dan membawa kekasihnya mendekat. Ketika kedua bibir itu bertemu, ia memejamkan matanya. Merasakan bibir kekasihnya yang menghisap bibir bawahnya.

Ini nyata, batinnya.

"Thanks, Newt." Ucapnya ketika bibir mereka berjarak.

Newt tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. "Apa yang terjadi?" Tanyanya lagi.

Thomas hanya diam dan menatapnya lekat. Keheningan menghampiri keduanya sebelum Thomas memutuskan untuk membuka mulutnya.

"Aku bermimpi," Thomas menjeda. Ia memejamkan matanya beberapa saat sebelum melanjutkan kalimatnya. "Kita berada entah dimana dan kau terinfeksi sesuatu, entah apa namanya. Aku tidak mengingatnya."

"Lalu? Apa yang terjadi padaku?"

Thomas menatap wajah Newt yang terlihat ingin tahu. Ia merasa ragu menceritakan peristiwa yang terjadi dalam mimpinya. Itu bukanlah hal yang bagus untuk diceritakan. Senyuman yang terlihat sendu pun terukir di wajahnya.

"Kau meninggalkanku. Kau pergi selamanya. Dan aku yang membunuhmu."

Binar penasaran di dalam mata Newt menghilang. Thomas tahu, seharusnya ia tidak menceritakan mimpinya.

"Kau tahu, Tommy," Newt tersenyum, senyuman yang biasa ia perlihatkan ketika Thomas mengatakan bahwa ia mencintai pemuda berdarah Inggris itu.

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Setidaknya aku yang ada di dunia nyata," Jemari miliknya menggenggam tangan sosok yang telah mengisi hari-harinya beberapa tahun terakhir. "Aku tidak bertanggung jawab atas apa yang dilakukan Newt di dalam mimpimu."

Thomas melepaskan genggaman Newt lalu merengkuh tubuh kurus itu. Bibirnya menyunggingkan senyuman yang tak dapat ditahannya. Dalam hati ia memanjatkan kalimat syukur berkali-kali.

"Aku juga. Aku tidak akan meninggalkanmu, Newt. Tidak akan pernah."

"Ya, aku tahu," Balas Newt. Ia melepaskan pelukan Thomas lalu menangkup wajah kekasihnya yang dihiasi dengan bulu-bulu di sekitar rahang. "Sepertinya kau butuh bercukur." Lanjutnya.

Thomas tersenyum lagi dan menganggukkan kepalanya tanda setuju. "Keberatan jika membantuku?"

"Tidak sekarang. Ada Minho di bawah. Dia mencarimu."

"Terjadi sesuatu?"

Newt mengangkat bahunya. "Entahlah. Slinthead itu tidak mengatakan apapun padaku."

"Okay, aku akan turun." Kata Thomas.

Namun perkataannya berbanding terbalik dengan apa yang ia lakukan. Alih-alih beranjak menemui Minho di ruang tamu, ia justru mencium bibir kekasihnya lagi. Dengan badan yang menindih Newt yang kini terbaring pasrah di bawahnya, ia mengecup leher putih itu berkali-kali.

Tepat sebelum Thomas memberikan tanda di sana, Newt berhasil menjauhkan kekasihnya dari lehernya. Ditatapnya wajah tampan sang pemilik surai gelap, lalu ia mengecup hidungnya.

"Minho menunggu." Newt mengingatkan.

"Okay," Kata Thomas. Akhirnya ia bangkit lalu berjalan mendekati pintu kamar mereka. "Kita lanjutkan setelah aku dan Minho selesai." Lanjutnya sebelum keluar dari kamar.

Newt yang tengah duduk menyandar pada kepala ranjang hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian ia memutuskan untuk membersihkan dirinya di kamar mandi. Seharian berkutat di garasi mengurus motor kesayangannya ternyata cukup melelahkan dan membuat tubuhnya berkeringat. Sedikit berendam dengan air hangat terdengar bagus.

☄️🌠


Newt yang samar-samar mendengar suara kekasihnya, akhirnya mengakhiri sesi membilas dirinya dibawah guyuran air. "Aku tidak mendengarnya. Apa yang kau katakan, Tommy?" Teriaknya.

"Aku bertanya apakah kau membeli kondom?" Balas Thomas dengan berteriak.

"Sepertinya aku meletakkannya di dalam laci. Coba cari disana."

Setelahnya tidak ada balas dari Thomas. Ia sedang sibuk mengobrak-abrik isi laci meja untuk mencari benda yang dicarinya. Ia menelan ludahnya dengan sedikit susah ketika menemukan benda yang dicarinya. Memandangnya sejenak lalu mengalihkan pandangannya pada selangkangannya.

"Oh shit!" Umpatnya dengan suara yang cukup keras.

"Kau menemukannya?"

Thomas menoleh ke belakang dan mendapati kekasihnya yang setengah telanjang menyandarkan punggungnya pada pinggiran pintu kamar mandi. Ia mengangguk menjawab pertanyaan Newt. Tangannya mengangkat kotak yang berisikan pengaman itu.

"Xxl?" Tanyanya. "Apakah aku sebesar itu?"

Newt berjalan menuju ranjang dan duduk di sana dengan menumpukan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Dan hal itu membuat handuk yang membelit pinggangnya sedikit tersingkap.

"Terakhir kali kau mengeluhkan terlalu sesak," Newt memutar bola matanya sebelum melanjutkan kalimatnya. "Dan ya, kau sebesar itu hingga aku berpikir aku akan terbelah menjadi dua setiap kau memasukiku."

Thomas menyusul kekasihnya duduk di ranjang setelah melepaskan kaus hitam yang dipakainya. "Aku tahu kau menyukainya." Ujarnya dengan percaya diri.

"Yeah, aku tidak menyangkalnya." Balas Newt.

Setelahnya yang terdengar dari ruangan pribadi mereka hanyalah suara erangan dan desahan dari keduanya.


END

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NEWTMAS ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang