Pagi ini Mark bangun sambil tersenyum. Tidurnya nyenyak dan nyaman. Mimpinya juga Indah -emm, sebenarnya, Mark tidak ingat apa yang dia mimpikan malam tadi sih-. Lalu cahaya matahari pagi yang hangat seperti memberinya energi tambahan. Saat ia membuka pintu balkon kamar apatermennya, angin sejuk menerpa wajahnya hingga beberapa anak rambut yang masih berantakan miliknya melambai manja. Awal hari yang berkesan, pikirnya.
Sambil bersiul riang, Mark menuju pantri mini di sudut kanan apatermen kecilnya. Kalau tidak salah ia masih memiliki persediaan pasta di lemari atas pantri. Serapan dengan pasta sepertinya tidak terlalu buruk dan lagi, Jus jeruk kemasan kotak yang ia beli kemarin malam juga bisa menemani pastanya pagi ini. Sempurna! Mark jadi merasa lapar sekarang.
Mark mulai lelah bersiul saat pasta saus instannya sudah selesai. Ia memilih memutar lagu kesukaannya melalui speaker bluetooth hadiah dari senior terbaiknya. Berdendang kecil -yang lebih terdengar seperti gumaman dari radio tua rusak-, Mark mulai menyuapkan pasta yang ia lilit di cela garpu. Lalu matanya dengan dramatis membulat penuh binar. Mulutnya mengunyah pasta dengan penuh bahagia seakan itu adalah makanan paling lezat di dunia.
"Wah, ini terbaik!" rancaunya kembali melilitkan pasta itu pada cela garpunya.
Ketika akan menyuap untuk kedua kalinya, suara bel berbunyi. Seketika ia menghentikan pergerakan tubuhnya. Mulutnya menganga dengan garpu penuh pasta di depan mulutnya. Matanya melirik pada pintu yang kembali memperdengarkan suara bel. Kemudian ia melirik pasta lezatnya yang sudah berada di depan mulutnya.
Ok, tidak sopan menyapa tamu dengan mulut penuh makanan.
Ia meletakkan garpunya dengan tidak iklas lalu meneguk kilas jusnya sebelum akhirnya bergerak menuju pintu utama. Dalam hati merutuki siapapun yang datang di pagi hari seperti ini.
"Hai Mark!" seorang wanita keturunan Thailand menyapanya dengan senyum lebar yang manis. Badannya yang kecil dan ramping mengelabuhi banyak orang tentang status dirinya yang sudah bersuami. Oh ya, bahkan mereka sudah memiliki seorang anak laki-laki -kalau tidak salah umur anaknya sekitar satu tahun.
"Hai Ten, hai John" sapa Mark mencoba tersenyum pada keduanya. Mereka adalah sepasang suami istri yang menjadi tetangganya sejak lama. Sepasang suami istri yang menurut Mark cukup unik. Yang satu dari Amerika, yang satunya dari Thailand namun mereka berjumpa di Korea dan sekarang menjadi warga negara Korea Selatan. Yang lebih unik adalah perbedaan tinggi dan bentuk badan yang kontraks. Sang suami bertubuh tinggi dan berbadan tegap sementara sang istri bertubuh kecil dan ramping. Tinggi sang istri hanya sebatas dada sang suami. Itupun jika ia menggunakan sepatu dengan sol tinggi.
"Apa kami mengganggu?"
"Tentu saja, aku belum menyelesaikan sarapanku"
"Tidak John, ada apa?" tanya Mark menanggapi omongan sang suami. Mark tersenyum paksa pada keduanya. Matanya melihat kepada dua orang di depannya yang sedang saling pandang seakan mereka sedang berkomunikasi dengan tatapan satu sama lain.
"Begini," kata Johnny sambil meletakkan tas bayi yang ia pegang sejak tadi ke lantai di dekat kaki jenjangnya. "Aku dan Ten harus pergi ke Jeju untuk satu hari ini, perusahaan tempat Ten bekerja membuat suatu acara yang mengharuskan kami berdua datang."
"Ya lalu?" saut Mark masih dengan tersenyum paksa. Dalam hati berdoa semoga hari minggunya tidak menjadi buruk.
"Haechan baru saja sembuh dari demamnya kemarin, jadi kami khawatir perjalanan ini akan membuat sakitnya kambuh," cukup sampai di sana, Mark sudah mengerti arah dari ujung kedatangan tetangganya ini. Ia menatap bayi dengan baju beruang coklat yang sedang berada di gendongan ibunya yang bertubuh kecil. Pasti bayi itu berat, badannya terlihat gembul -apalagi pipinya-, mungkin pinggang Ten akan sakit jika terlalu lama menggendong Haechan -sang bayi-
KAMU SEDANG MEMBACA
All Day with Baby Bear
FanfictionApa jadinya jika akhir pekan Mark harus dihabiskan bersama si Baby Bear Haechan yang rewel??