Piano

1.3K 227 97
                                    

Hello

Aku cuma mau mengingatkan doang cerita ini yaoi/bl/bxb jadi bagi yang gak suka atau alergi sama yaoi silahkan tekan tanda kembali dari pada nanti nyesel.

Bagi yang gak suka sama kapal yang aku buat silahkan tekan tanda kembali juga tapi kalau mau baca silahkan siapa tau nanti oleng. Tapi ayo oleng saja aku maksa.

Dan hoonsuk shipper mari merapat.

P.s mereka semua seumuran oke!







Dia tidak akan bisa kau sentuh, ibarat alunan melodi yang hanya bisa di dengar tanpa bisa dimainkan.

Dia Choi hyunsuk sesosok namja cantik yang selalu membuat seorang park jihoon tidak bisa berfikir.

Entah sudah berapa kali namja tampan tersebut bertemu dengan namja cantik itu, berpuluh-puluh kali mungkin. Di sini, diruangan musik, mereka berdua berada. Hanya suara deruan nafas yang memenuhi ruangan yang sekarang tengah mereka tempati berdua.

Hyunsuk menggosok tangannya berkali-kali mengurangi hawa dingin yang semakin menusuk. Walau pun sekarang siang hari tapi cuaca yang mendung membuat hawa ruangan begitu dingin. Jika saja hyunsuk tidak mengejar jihoon mungkin sekarang dia tengah menikmati kasurnya yang empuk ditemani secangkir teh hangat. Disinilah Choi hyunsuk sekarang hanya ada alat-alat musik serta seseorang yang membuat hyunsuk mengejarnya, Park Jihoon.

"Sebaiknya kita kembali ke asrama." Jihoon akhirnya berdiri, membersihkan bagian belakang bajunya yang terkena debu

"Aku takut tidak bisa mengontrol diriku jika ada di sampingmu."

Hyunsuk tertegun, dia langsung menatap namja tersebut. perasaan bersalah ini muncul lagi, tapi dia tidak mengerti apakah perasaan ini hanya perasaan bersalah atau perasaan lain yang memenuhi rongga dadanya. Hyunsuk harus mengakui jika kini dia sedikit terjerat oleh tatapan seorang Park Jihoon.

Hyunsuk menahan tangan jihoon, menolak jika namja itu akan meninggalkannya. entah mengapa hyunsuk refleks menarik tangan namja tampan itu. Berkali-kali otak hyunsuk berteriak

APA YANG KULAKUKAN?

Namun, tetap saja dia sudah tidak mampu lagi menghentikan apa yang sudah terjadi.

Semuanya sudah terjadi, jadi hyunsuk membiarkan dirinya terlarut pada situasi ini. Ya untuk kali ini! Melupakan sosok haruto dan menjalani semuanya bersama namja di depannya. Dan untuk kali ini juga dia akan membiarkan dirinya menikmati alur yang sudah terjadi, bersama dia park jihoon.

"Jika kau bisa bermain musik, tinggallah disini dan bermainlah denganku?" ucap hyunsuk pelan.

Waktu berhenti sejenak. Belum ada jawaban dari namja di depannya ini. Dan tak ada satupun di antara mereka menyadari bahwa tawaran itu merupakan isi hati namja tersebut. Mereka benar-benar seperti dua namja yang tidak tahu harus melakukan apa, tenggelam dalam keheningan serta terombang-ambing dengan perasaan yang telah mereka ciptakan, atau bisa dibilang perasaan yang diciptakan oleh hyunsuk?.

Jihoon tersenyum, dia menatap balik namja yang telah merampas seluruh hati dan pikirannya. perasaan itu muncul kembali terus menerus, bahkan hanya dengan ucapan sederhananya mampu membuat hati seorang Park jihoon berwarna.

"Sepertinya sedikit menggerakkan jariku cukup menarik."

Jihoon kembali tersenyum, mendekati hyunsuk yang hanya mampu menunduk malu. Jihoon tidak membutuhkan sesuatu sekarang, tidak memerlukan kata-kata manis dari namja itu. Yang dia perlukan hanyalah namja yang ada dihadapannya saat ini. Mereka bertatapan sejenak, dan lagi-lagi pipi hyunsuk memerah hanya karena tatapan itu. Merasa tidak tahan, hyunsuk mengalihkan pandangannya ke piano berwarna hitam.

"Bagaimana kalau piano?" tanya hyunsuk.

"Hn.. tak masalah," jihoon melangkahkan kakinya menuju piano yang berdiri diantara alat-alat musik lain. Jihoon dapat mendengar hyunsuk berjalan di belakangnya. Langkahnya pelan namun tetap membuat darahnya berdesir. Jihoon menekan pelan beberapa tuts menimbulkan nada mengalun

"Apa kau bisa memainkannya?" Tanya hyunsuk sedikit tidak percaya.

"Asal kau tau aku sangat hebat memainkannya" jawab jihoon sedikit sombong.

"Aku perlu bukti." Hyunsuk duduk di samping jihoon.

"Kau meragukanku, baiklah kau lihat saja bagaimana caraku memainkan tuts ini dan jangan tepesona denganku?"

"Ayo mainkan, kau banyak omong!"

"Jeongmal."

"Jihunnie" hyunsuk merajuk dan mempoutkan bibirnya.

Entah mengapa perasaan mereka akan semakin kuat, sadar atau tidak kedekatan mereka mulai terekam di hati mereka masing-masing. Cinta, apakah mereka benar-benar merasakannya atau hanya sebuah perasaan kagum tanpa ada getaran cinta?

"Baiklah, apapun untukmu." Jihoon memulai menggerakkan tangannya di atas tuts-tuts piano, memainkan sedikit jarinya pemanasan. Sebuah melodi merdu hasil sentuhannya membuat hyunsuk terbawa arus permainannya, pelan namun tepat terarah di hati. Alunan itu mengisi seluruh penjuru ruangan hatinya.

Jihoon mulai bernyanyi.

Suara jihoon dipadu dengan permainan jemarinya membuat hawa romantis tercipta.

Ketika jemari jihoon yang berlarian di atas tuts, hyunsuk menatap namja itu. Jihoon benar, dia sangat mempesona ketika memainkan piano.

Jihoon berkonsentrasi menyelesaikan permainannya.

Bait terakhir dimainkan jihoon dengan sukses, permainan jihoon telah berhenti.

Hyunsuk tertegun dia tidak mungkin bisa menolaknya, menolak perasaan yang sedikit demi sedikit masuk ke dalam rongga hatinya yang terdalam. Seolah pikirannya sedang melayang dan tenggelam dalam pesona namja tampan tersebut. Park jihoon, namja yang begitu pandai meluluhkan perasaan hyunsuk hanya dengan tatapan matanya.

Mereka kemudian mendekat mencari posisi nyaman, saling menatap hingga hampir tidak ada lagi yang menghalangi di antara kedua namja itu. perlahan namun pasti keduanya semakin mendekat, sangat dekat hingga keduanya merasakan hembusan nafas satu sama lain. Hyunsuk meraba pelan dada bidang namja tampan itu, dia merasakan detak jantung pemuda itu tidak beraturan seperti dirinya saat ini. Kemudian dia mendongakkan kepala, melihat namja didepannya.

Pelan namun mempunyai makna yang sangat dalam, tidak menuntut. Hanya ada cinta bukan perasaan saling mendominasi yang menuntut. Pelan dan tidak menuntut, membiarkan mereka mengeksplor apa yang terjadi. Mereka menutup mata mereka merasakan sapuan lembut yang membuat mereka seolah-olah tengah melayang. Tidak ada hal lain yang dapat  mereka pikirkan, hanya ada sentuhan dan cinta.

Mereka benar-benar hanyut dalam keadaan ini, tidak peduli bahwa mungkin saja setelah ini akan berakhir. Yang ada dipikiran mereka hanya perasaan saling membutuhkan. Tidak ada lagi keraguan bagi kedua namja tersebut, seolah telah melupakan semua hal yang telah terjadi.

Jihoon dan hyunsuk, sepertinya benang takdir telah memilih kalian menjadi pasangan yang tak akan terpisahkan dan piano adalah hal yang membuat keduanya menyatu dalam kisah penuh drama ini.








Jihoon tersenyum, melangkah sambil menyampirkan mantelnya di bahunya. Dia tidak peduli hawa dingin dan hembusan angin yang senantiasa membelai kulit. Malam ini, dia sangat bahagia. Tidak perlu ditanya apa yang menyebabkan dia menjadi sebahagia ini. Berkali-kali dia menyentuh bibirnya dan seketika itu pula wajahnya memerah.

Dia membayangkan kembali kejadian itu, kejadian yang membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Park jihoon, pemuda tampan yang sukses terpikat oleh seseorang.

Namja tersebut berjalan melewati kegelapan malam, hening dan sudah tidak ada lagi seseorang yang berkeliaran pada jam semalam ini. Dia melangkah melewati lorong-lorong gelap yang merupakan jalan menuju asramanya.

Biarlah park jihoon dengan segala pemikirannya.








TBC

Oke cukup sampai disini.
Maap garing dan kaku wkwk aku gak gak bisa bikin yang bagus-bagus mianಥ‿ಥ
Apa yang aing ketik sih astaghfirullah.
Dan hoonsuk shipper mari merapat.
Sampai ketemu taun depan wkwk.

Salam manis

Dari human manis/mian jangan digebuk

Love in academy [ Hoonsuk ] [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang