Kalian tau apa yang paling sakit dari sebuah penghianatan, yaitu penghianatan yang dilakukan sosok yang namanya IBU. aku bahkan membenci ibuku karena kebohongan kebohongan yang selalu ia katakan kepada keluarga ku. Aku bukan anak bodoh yang dengan gampang nya percaya dengan alasan alasan tak logis itu. Kadang aku berpikir apa tuhan tidak ingan memberikan sedikit saja rasa simpati terhadap diriku? Tapi setengah dari diriku mengatakan aku percaya jika tuhan itu adil. Rasanya pingin kulampiaskan semua isi pikiranku kepada Ibuku tetapi aku terlalu takut jika semua orang membenci ibuku. Di satu sisi aku sangat-sangat membenci Ibuku tapi di sisi lain aku tidak ingin ibuku terluka, Aku tidak ingin semua orang membenci Ibuku dan aku juga tak ingin semua orang mengucilkan ibuku. Tetapi kelakuannya kali ini sudah keterlaluan, Aku hanya bisa meratapi sampai di mana kebohongan ini akan berlanjut. Aku benci kebohongan kebohongan yang selalu terucap di bibirnya Aku merindukan sosok ibu di mana dia melindungi kami anak-anaknya bukan malah membohongi kami. Rasa kecewa yang dulu aku rasakan tidak ingin ku ulang lagi tetapi perasaan kecewa itu muncul kembali, Aku Ingin Hidup di keluarga bahagia bukan di keluarga dengan orang ketiga. Apa kalian tahu aku pernah berpikir untuk menjadi seorang psikopat dan mendoakan ibuku yang tidak-tidak. Tapi aku berpikir kembali Jika dia tidak ada bahkan bisa setetes darah Aku pun tak ada. Kupikir orang ketiga itu sudah tidak ada lagi di tengah keluarga kami tapi kenyataannya berbanding terbalik dia masih berkeliaran di lingkaran keluarga kami. Aku adalah sosok yang selalu menyembunyikan semua kebohongan ibuku agar semua orang tidak merasakan apa yang aku rasakan. Semakin hari luka yang hanya sebesar titik ini makin melebar merusak isi pikiranku, di mana Aku sulit menerima kenyataan yang terjadi. Aku menjadi pendiam bukan karena Bulian tapi karena keluarga aku tertawa di lingkaran teman-temanku tapi menangis di malam hari. Ibuku adalah sosok yang aku bangga banggakan teman-temanku karena dia adalah panutanku Tapi semua itu telah hilang aku membenci ibuku. Kalian tahu ucapan Maaf Dari seorang musuh lebih mudah diterima daripada ucapan Maaf dari anggota keluarga. Begitu juga dengan sosok Ayah yang disebut sebagai pahlawan dalam keluarga aku tidak menyalahkan Ayahku dalam hal ini tetapi aku membenci perubahan sikap ayahku di mana Iya yang awalnya penyayang malah jadi emosian. Aku tidak mengenali lagi sosok yang dikatakan Cinta Pertama dari seorang anak perempuan itu. Aku merindukan ayahku yang dulu yang penuh dengan kasih sayang dan juga belum bukan bukan dengan emosi dan suara besar. Aku benci semuanya mereka memandangku sebagai anak yang sangat melawan orang tua tetapi aku punya alasan dibalik itu aku tidak pernah menyukai sifat orang tuaku lagi ibuku. Aku tidak pernah keluar dari rumah agar aku bisa menghabiskan waktu untuk keluarga tetapi yang kenyataannya merupakan sebuah luka.