Rey menyeka keringat di dahinya, dua karung besar yang di angkatnya ke dalam bagasi mobil tadi cukup menguras tenaga.
Ia kemudian melajukan Honda Civic type R itu dengan kecepatan sedang ke arah jalan Jenderal Sudirman menuju ke rumah untuk segera menemui istrinya, Dela.
Dilirik arloji yang ada di pergelangan tangannya. "Masih jam sebelas. Aku akan bikin kejutan di jam setengah dua belas saja untuknya," ucap Rey dengan senyum mengembang di ujung bibirnya.
Saat melewati jembatan besar, Rey menepikan mobilnya. Kemudian menceburkan dua karung yang dibawa di bagasi mobilnya tadi.
"Sampah tak berguna," desisnya sembari berlalu menjauhi jembatan dan kemudian kembali melanjutkan perjalanan.
***
Tepat pukul 11.30 mobil Rey memasuki halaman rumah mewah miliknya. Dilihatnya Dela sudah menunggu di depan pintu dengan ekspresi wajah yang sulit di jelaskan.Ia hanya terkekeh. Selesai memarkirkan mobilnya, ia langsung masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan tatapan penuh tanya wanita yang sejak tadi menunggunya itu.
Ia segera membersihkan diri juga membilas beberapa bercak darah di baju yang di kenakannya tadi.
Dela yang kesal karna merasa di acuhkan, hanya memilih berbaring di ranjang king size sambil memainkan ponsel. Ia kesal dan juga khawatir lelaki yang sejak tadi di telfon dan di chat tak jua merespon.
"Hai, Sayang, kenapa wajahmu seperti itu?" tegur Rey yang tiba-tiba sudah ada di hadapannya.
"Enggak papa kok. Kenapa Abang pulangnya malem banget sih? Aku khawatir tau." Dela langsung menghampiri dan memeluk lelaki di hadapannya itu.
"Beneran khawatirnya buat aku, atau buat yang lain?"
Dela seketika menatap wajah Suaminya dengan ekspresi terkejut. Namun buru-buru ia netralkan kembali.
"Ih ... apaan sih? Ya buat kamu lah Suami terhebatku." Kecupan mendarat di pipi Rey.
"Selamat ulang tahun, Sayang." Rey membalas kucupan itu di kening wanitanya.
"Dela kira Abang lupa."
"Enggak dong, mana mungkin abang lupa ulang tahun Istri abang tercinta," ujar Rey sambil mengacak lembut rambut wanita di pelukannya itu."Abang ambil kue ulang tahun sama kadonya dulu ya di mobil". Lanjutnya.
Dela hanya mengangguk kemudian melepas pelukan membiarkan Rey melangkah keluar menuju bagasi.
Setelah Beberapa menit, Rey kembali membawa kotak kue yang sudah terbuka di sebelah kiri dan kotak kado yang masih tertutup di sebelah kanan.
Dela menutup mulutnya merasa tak percaya Suami yang selama ini cuek dan kurang perhatian bisa romantis malam ini.
"Tiup dulu dong lilinnya, jangan malah diem." Rey terkekeh pelan.
Dela melangkah menghampiri dan kemudian meniup lilin yang ada di atas blackforest yang di bawa lelakinya itu. Mereka kemudian tersenyum bersama saat titip itu redup.
Rey kemudian menjulurkan kado yang ada di tangan kanannya. "Di buka Sayang kadonya. Special pokoknya."
Dela menyambut kado itu dengan senyum mengembang. Segera di buka kotak berwarna pink dengan pita senada itu.
Setelah kotak terbuka, seketika ia melemparkan kotak itu. Keringat dingin mulai mengalir di sekitar wajahnya. Rey kemudian tertawa melihat reaksi Istrinya yang ia nikahin dua tahun lalu.
"Kenapa kaget, Sayang? Harusnya kamu seneng dong, aku bawa kepala selingkuhanmu yang bernama Sandy itu. Dia sepertinya juga ingin mengucapkan selamat ulang tahun untukmu."
Mulut Dela yang tadinya ingin berteriak tiba-tiba mendadak kelu. Tubuhnya bergetar hebat.
"Ma-maa-maaf, Bang. Ma-maaf." Hanya kata itu akhirnya yang mampu terlontar dari bibir pucat dan tubuh yang kini meringkuk di pojok kamar.