Jangan Lupa Vote, Komen dan Share
Maaf Typo bertebaran
Enjoy
...
..
.Dunia ini sungguh kejam, di saat hanya ada dua lilin yang menerangi, Tuhan memadamkan keduanya.
Tiba-tiba hidupku yang mulai cerah kembali menggelap.
Aku kehilangan lagi, setelah kehilangan harapanku, sekarang kedua orang tuaku.
Aku tau ini pasti akan terjadi, Pekerjaan mereka sebagai ketua tim detektif dan kepala dokter otopsi sangat berpotensi untuk hal-hal semacam ini.
.
.
.Brraakkk
Semua orang yang ada di ruangan itu menatap ke pintu.
Ya, aku yang mendobrak pintu kepala polisi dengan amarah yang menggebu-gebu
" Kalian keluar dulu, kecuali Aska !" Ujar Kepala Polisi
Semua sudah keluar menyisahkan kami bertiga, aku menatapnya dengan penuh amarah.
Sudah cukup. Beliau sudah terlampau kelewatan dengan ini.
" Hei tua Bangka ! Senang kau sekarang ? Kurang puas kau renggut impianku ? Sekarang kau juga renggut kehidupanku? KAU GILA HAH !" bentakku di ujungnya
" IVONA ! DIA KAKEKMU !" ujar Aska
Aku hanya menatap Aksa -tangan kanan kakek-
" Diam kau budak ! Kau sama sekali tidak tau apa-apa!" Sinisku
Aku melihat jelas rahangnya mengeras
" Karena uji coba gilamu kau membuat satu-satunya keluarga yang ku punya lenyap ! Kau sungguh tua Bangka yang menyebalkan ! Kau pikir aku bodoh tidak mengetahui ini !" Bentakku
" HEI JAGA UCAPANMU ! PADA YANG LEBIH TUA !" bentak Aksa
" Persetanan dengan usia ! Nyatanya umur yang kau banggakan tak menjamin kedewasaanmu bodoh !" Balasku
" Kau lihat dia !" Ujarku menunjuk Bagaskara
" Walau usianya sudah bau tanah dia seperti anak kecil ! Kau kan yang kirim ayahku untuk memata-matai grub mafia bagian selatan ! Padahal kau tau grub itu dilindungi oleh pemerintah yang sama bodohnya denganmu ! Kau pikir aku tidak tau, bahkan mayat yang kau suruh otopsi oleh ibuku juga kerjaan brandal dari Selatan kan ? Kau tau semua tapi kau tetap melakukannya ! Sekarang kau puas membunuh ayahku ? KAU PUAS MEMBUNUH ANAK DARI NENEKKU DAN MENANTUNYA ! TUA BANGKA LEBIH BAIK KAU YANG ENYAH ! SIALAN !" umpatku
Tanpa pikir panjang Aksa langsung menaparku, itu membuatku menatap tajam dirinya dan Bagaskara yang sama sekali tidak bergeming.
Aku menghela nafas, mencoba mengikuti permainan liciknya. Beliau salah bermain denganku.
Aku melangkah mendekat mejanya, menatapnya dengan tatapan datar dan seringai yang terpajang.
" Dan kau pikir orang tuaku bodoh? Bahkan mereka selangkah lebih maju dari mu tua Bangka !" Ujarku mengejek
Terlihat jelas perubahan mimik wajahnya
" Dan aku yang akan melanjutkan langkahnya ! Want a play ?" Ujarku tersenyum remeh
" Apa mau mu !" Ujarnya
" Tak ada ! Hanya keadilan dan.." ucapku menggantung
" Pembalasan permainan licikmu, kau kira aku tak tau semua kebusukanmu ? Mereka terutama budak kesayangmu ini ! Hanya melihat topeng sok baikmu saja, bahkan nenekku juga salah menikah denganmu ! Dan kau lihat saja apa yang akan terjadi kedepannya !" Lanjutku
KAMU SEDANG MEMBACA
IVONA
RandomIni kisah seorang gadis berusia 17 tahun, dimana banyak remaja yang memikirkan melaniut kuliah dimana, indahnya bersama teman dan kekasih atau yang lainnya. Namun gadis ini berbeda, dia istimewa di usia 7 tahun dia sudah bisa menguasai teknik menemb...