0

2.5K 300 39
                                    

 
0. Prologue

Desember, 2019.

Gadis itu mengulas senyum seraya menempelkan tangan hangatnya pada permukaan wajah pria yang berada di atasnya. Sesekali dia melenguh tertahan kala pria itu mempercepat gerakan penyatuan mereka dengan intens.

"Tae... Hhh." lirihnya, dengan mata yang mengerjap sayu.

Yang mana hal itu sukses memicu sang pria berbuat hal lebih. Maniknya menatap manik kucing milik gadis itu dengan napas memburu. Sebelum mendekatkan wajahnya sesenti lalu memagut lembut bibir ranum kemerahan gadis itu kemudian. Seiringan dengan ia menghujamnya dengan tempo tak beraturan di bawah sana.

Lagi-lagi, gadis itu hanya bisa melenguh tertahan. Tangan mungilnya berusaha untuk mencengkram kuat pundak pria itu, saat dirasakannya puncaknya akan tiba.

"T-Tae... a-akuuh... nghhh..." Gadis itu memejamkan matanya, tak sanggup untuk melanjutkan racauannya. Ia lalu mengalungkan kedua lengannya pada leher pria itu, yang membuat tubuh keduanya kian menempel erat. Membiarkan kulit telanjang mereka bersentuhan selama penyatuan panas itu berlangsung.

Sebelum akhirnya, mereka saling menjeritkan nama satu sama lain setelah mencapai gelombang kenikmatan, bersama.

Gadis itu lantas semakin mengeratkan pelukannya. Memejamkan matanya sesaat untuk menikmati sisa-sisa kehangatan yang melebur di dalam rahimnya sembari menarik napasnya yang terasa berat, sebelum berbisik pelan. "Kita tidak akan pernah berpisah." ucapnya sambil melepaskan pelukannya dan menatap wajah pemuda itu dengan segaris lengkungan di bibirnya. "Tidak akan, bukan?"

Gadis itu masih tersenyum, menatap sorot mata pemuda itu untuk mendapatkan jawabannya.

Tetapi, pria itu hanya terdiam sesaat, sebelum mengusapkan jemarinya pada setiap lekuk garis wajah gadis itu dengan lembut. Lalu memasang senyum tipis setelahnya. Seolah hal itu bisa menjadi jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan gadis itu padanya.

Tindakannya sukses membuat gadis itu ikut menarik sudut bibirnya. Tangan mungilnya kemudian mendarat di sisi wajahnya, sebelum berkata. "Aku mencintaimu, Taehyung." Gadis itu berbisik lirih. "Aku sangat mencintaimu, Kim Taehyung." ulangnya dengan penuh penekanan.

Mendengarnya, Kim Taehyung---pemuda itu, lantas terdiam.

Detik berikutnya, pemuda itu malah mengalihkan pandangannya dengan tatapan yang bergetar menahan air mata di pelupuknya. Dia menggigit permukaan bibirnya kuat-kuat sebelum membantingkan tubuhnya ke samping gadis itu lalu menatap atap langit kamar dengan perasaan berkecamuk.

Yang mana hal tersebut membuat gadis itu mengerutkan keningnya, bingung. "Ada apa?" tanyanya pelan sambil memiringkan posisi tubuhnya untuk bisa menatap pemuda itu dengan jelas.

"Tidak." Taehyung menarik napasnya perlahan. "Tidak apa-apa. Aku hanya..." Taehyung menggantungkan kalimatnya sejenak sembari menoleh pada gadis itu. "Aku juga benar-benar mencintaimu... Kim Jennie."

Kim Jennie, gadis itu, lantas mengembangkan senyumnya saat mendengar jawaban yang memuaskan dari pemuda itu.

Mendecih pelan, ia kemudian menepuk lengan Taehyung dengan pelan sambil terkekeh geli. "Jadi, kau tiba-tiba mengeluarkan air mata karena kau sangat mencintaiku, oh?"

Taehyung hanya mengulas senyum tipis sebagai respon. Walau kini ia tengah mati-matian untuk menahan air matanya, ia tetap mencoba untuk memandang gadis itu di keremangan kamar.

"Kau benar-benar berlebihan." Jennie terkekeh, lagi. "Aku tahu. Kau memang sangat mencintaiku. Karena itu, kita tidak akan pernah berpisah, bukan?"

Kali ini, Jennie menatap lekat manik cokelat Taehyung yang tampak mengkilap di kegelapan. Seolah hanya dengan menatap sorot matanya saja, ia bisa membaca kesungguhan pemuda itu.

 Scarlet LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang