Part 1

2.1K 95 2
                                    

Krystal pov

Krystal Jung, itu namaku. Aku saat ini duduk tegang didepan laki-laki yang masih tampak gagah yang tidak lain adalah Papaku.

Bukan main!
Katakan padaku apa yang lebih buruk dari Ibu tiri dengan dua anak hasil dari pernikahan sebelumnya?
Tentu itu sudah jauh lebih buruk dari
kegagalanku masuk ke agency model bergengsi keinginanku.

"Pah, janda dua anak?" Tanyaku tak percaya.

Apasih yang difikirkan papaku itu, baiklah papa masih cukup mampu untuk menikah lagi dan membangun pernikahan yang dulu pernah dia lakukan dengan almarhum mama, tapi janda dua anak.

Malaikat pun tahu seberapa manja, nyaman dan sempurnanya hidupku menjadi anak satu-satunya tanpa saudara, sehingga sepanjang hidupku hingga umurku ke 24 tahun aku tidak diharuskan untuk berbagi pada siapapun. Tapi pernyataan mengejutkan papa berpotensi menghancurkan hidup tenangku.

"Dia orang yang baik Krys, cinta pertama papa." Sahut papa lirih.

Oh ayolah pah jangan gunakan senjata wajah memelas itu.

"Aku tahu pah, tapi janda dua anak. Kenapa papa tidak mencari janda tanpa anak atau bahkan gadis?" Tanyaku berusaha setenang mungkin.

"Papa tidak berniat untuk menikah lagi, kamu tahu dengan jelas fakta itu."

Ya betul, aku tahu fakta itu.
Setelah sepanjang hidupku tidak ada sosok mama, aku tidak pernah mendengar mengenai papa menjalin hubungan dengan siapapun, dia bahkan tidak pernah meminta dengan sefrontal ini untuk
menikahi seseorang. Ini pertama kalinya Papa bertanya mengenai seseorang yang mungkin akan menggantikan tahta mama dirumah Jung.

"Papa mengerti apa yang kamu takutkan. Dia sepandan dengan kita Krys. Dia sama seperti papa, memiliki bisnis properti di Bali, dia independent women dia tidak berniat untuk mengambil sedikit pun milik papa. Kami hanya tidak sengaja bertemu
lagi dan kembali merasakan apa yang kami rasakan dulu."

Papa meraih tanganku, menghelusnya singkat, "kamu tidak perlu khawatir. Jika kamu mau, dia tidak merasa keberatan untuk melakukan perhitungan harta sebelum pernikahan"

Setidaknya bukan karena uang, ada rasa lega didalam diriku. Ayolah aku tidak takut jatuh miskin mengingat seberapa banyak harta yang papa wariskan padaku, hanya saja aku tidak mau papa dikhianati atau dimanfaatkan. Aku tidak mau ada drama-drama perebutan harta waris nantinya.

Selanjutnya, anak dari calon papa.

"Lalu bagaimana anaknya?" Pertanyaanku
selanjutnya.

"Sebelumnya Mama Victoria menikah dengan Pria asal California yang menetap di New York dan memiliki 2 anak laki-laki, Josh dan Jeno. Josh masih di New York dengan Ayah-nya dan Jeno di Bali dengan Victoria. Josh baru selesai study-nya, Josh juga sibuk mengurus bisnis Clothing Brand miliknya sendiri, dia anak yang mandiri, sedangkan Jeno ia baru mau lulus SMA."

Jadi blasteran, ok. Pertanyaan selanjutnya,
pertanyaan seribu dolar yang mungkin akan menjadi kunci hatiku.

"Apa papa mencintainya?"

Aku mencoba mempekakan segala inderaku untuk mendeteksi apa yang papa rasakan didalam lubuk hatinya. Mata papa membalas tatapanku dengan lekat, seakan tahu jika aku mencari kebenaran dari matanya, dengan yakin papa mengatakan.

"Ya, tanpa mengurangi hormat kepada mendiang mama, papa mencintainya."

Kebenaran.
Papa sedang jatuh cinta.

Aku menarik nafas, "Baiklah Papa Donghae Jung, apapun demi kebahagian Papa."

Aku mengenggam tangan papa, "Aku lega, dia tulus mencintai papa dan tidak berniat buruk pada Papa."

Setelah sekian lama, aku kembali melihat senyum tulus papa yang dulu sempat kufikir pergi terkubur bersama tubuh mama.

"Terimakasih Krys. Kamu dan Mama tetap akan ada ditempat khusus hati Papa."

"Aku tahu."

Kelegaan yang luar biasa yang aku rasakan saat ini.

•••••

So far I know, Tante Victoria sama persis dengan yang Papa deskripsikan. Cantik, Elegan, dan Keibuan, mengingatkan diriku pada sosok Mama.

Seperti sekarang, Tante Victoria sibuk mengambilkan lauk pauk untuk Papa.

"Krys, mau tante ambilkan?" Tanya Tante Victoria setelah meletakkan piring penuh lauk pauk didepan papa.

"Gak perlu tante, aku makan salad aja." Tolakku halus, memilih untuk menyantap salah buah dihadapanku, well aku masih dalam masa diet.

Tante Victoria tersenyum, "Aku jadi ingat Jeno dan Josh, mereka benci banget sama yang namanya salad, sama sekali gak suka sayuran, sedangkan tante senang banget sama anak muda yang suka makan sayur."

Jeno dan Josh calon saudara tiriku. Mereka
masih dalam penerbangan kurang lebih 1 jam 50 menit dari Bali ke Jakarta dan 20 jam 30 menit dari New York ke Jakarta.

"Aku gak pernah punya saudara sebelumnya tapi aku excited untuk ketemu mereka." Sahutku jujur mengenai apa yang aku rasakan.

"Dia mengatakan hal yang sama padaku saat ditelpon. Jeno bilang dia tidak sabar untuk bertemu calon kakak perempuan-nya mengingat gimana jahilnya Josh kalau lagi pulang ke Jimbaran." Tante Victoria memulai makan siangnya.

Aku bisa membayangkan bagaimana
menyebalkannya punya saudara laki-laki,
mengingat sifat jahil dan menyebalkan adalah sifat asli yang tertanam pada setiap laki-laki dipermukaan bumi ini.

"Josh baru akan sampai besok pagi." Tambah Tante Victoria

"Kayanya mereka akan langsung dateng sendiri ke hotel, soalnya tante masih harus siapkan tiket untuk kerabat untuk ke Bali."

Ya, pernikahan Papa dan Tante Victoria akan dilaksanalan di Bali, lebih tepatnya salah satu hotel bintang lima di Jimbaran.

"Nanti biar Krystal aja yang jemput mereka tante, kan kasihan juga Josh kalau masih harus cari angkutan sendiri buat ke hotel, New York kan jauh, pasti dia capek." Sahutku.

Ya aku gadis yang baik walaupun kadang egois tapi aku tahu bagaimana caranya
bersikap welcome terhadap orang lain.

"Beneran nih gapapa? Kamu gak ada kuliah?" Tanya Tante Victoria melirik Papa sekilas.

"Gak ada kok Tante, aku habis semesteran jadi masih libur."

"Ya sudah kalau gitu, terimakasih ya."

"Iyah, enggak usah sungkan Tante" Jawabku sambil tersenyum

Papa tersenyum padaku, sudah lama tidak melihat senyum itu. Papa, dia benar-benar bahagia.

TO BE CONTINUED..

Weird Step Brothers [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang