Chapter 3

4 1 0
                                    

"Baikalah semuanya. Sebelumnya saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Karena kalian menunggu lama sekali di lapangan ini. Ini bukan dari kelalaian pihak kami, melainkan ada beberapa masalah yang harus kami hadapi ___"

Bibir Kenzo mengikuti salah  satu panitia yang sedang mengoceh di depan.

Karena tidak mau ada yang melihat Kenzo seperti itu, dengan cepat Ara membungkam mulut pria menyebalkan satu ini. "Kalo lo mau senam bibir, lakuin nanti. Jangan sekarang." peringatan Ara, yang sama sekali tidak Kenzo gubris. Kenzo tetap berusaha untuk melakukannya lagi, ini ia lakukan karena ia sangat kesal sekali diperlakukan seperti itu oleh panitia tadi.

Ara sudah hampir habis kesabaran dengan perilaku Kenzo, ia mengambil tongkat, kemudian ia mencoba untuk mengarahkan tongkat itu ke pantat Kenzo.

Ketika Ara berpikir rencananya akan terlaksana dengan mulus tanpa halangan, Kanha datang dan berdiri di belakangnya dengan memegang ujung tongkat yang sedang di peganv Ara. "Lo anak cerdas, gak mungkin lo lakuin ini."

Ara menghela napasnya, gadis itu memelas ke Kanha,  supaya Kanha bisa membantunya agar mengurusi Kenzo terlebih dahulu, sebelum pria itu membuat masalah baru.

Kanha mengangguk mengerti. Dan setelah itu, ia menarik Kenzo agar duduk di sampingnya, dengan dihalangi oleh Arlan dan Riko.

Kenzo yang tidak mengetahui apapun, akhirnya berontak. "Lo demen banget kayaknya buat narik-narik orang!" untung  saja omongan Kenzo tidak terlalu terdengar.

Ara bisa tersenyum kembali, ketika melihat Kanha, Arlan dan Riko, bisa memberesi sahabatnya yang lain.

"Hari ini pukul 09.34 Pm, jadi kita akan mulai agenda untuk menjelajahi alam setelah jam 13.00, jadi bersiaplah. Kalian boleh istirahat sekarang."

Para murid merasa lega, ketika mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh ketua Osis. Begitupun dengan Ara dan kawan_kawan, setidaknya mereka masih bisa istirahat setelah ini.

Para murid segera melaksanakan aktivitas di luar perkemahan, ada yang bermain di sekitar lapangan, dan sisanya berada di dalam tenda.

Sebelum Ara dan kawan-kawan pergi. Ada salah satu panitia yang menghampiri mereka.

"Kalian bisa istirahat saat ini, tetapi tidak untuk malam."

***

Setelah mendengar ucapan panitia tadi, ketika mereka bilang jika Kenzo dan Ara akan menjalani hukumannya pada malam hari, Kenzo nampak tidak terlalu khawatir, begitupun dengan Ara. Gadis itu hanya santai-santai saja.

Mungkin, mereka lupa dengan satu hal.

"Reynand!"

Teriak Arlan.

"Kita harus susul dia!" timpal Riko, yang diangguki setuju oleh Kanha dan Riko.

Kenzo terdiam sebentar, bersama Ara. Keduanya saling beradu tatap. "Reynand?"

"Emang apa yang terjadi sama dia?"tanya Kenzo dan Ara bebarengan.

"Ciee satu frekuensi." Arlan dan Riko menyembunyikan tawa mengejeknya, sedangkan Kanha, ingin sekali ia menampar Arlan  dan Riko saat ini.

"Serius gua nanya. Dia kenapa?"

"Dia dihukum karena belain Arlan sama Riko. " kali ini Kanha yang menjawabnya, ia tidak ingin Arlan dan Riko mencocokan Kenzo dan Ara lagi.

Karena mendengar jawaban Kanha. Ara ikut mengangguk, dan mereka mulai menyusun rencana untuk membebaskan kawannya dari hukuman.

"Lo yakin ini rencana gak bakal bikin kita dapet masalah lagi?"

Ara mengangguk pelan. Semuanya akhirnya setuju dengan ide Ara, barulah mereka memulainya.

Mereka menjalankan tugasnya untuk menolong Reynand yang masih ditahan oleh para panitia. Ara yang mengajukan idenya tersebut, namun ketika di perjalanan, Ara meninggalkan teman-temannya di depan. Ketika ia melihat sesosok pria yang ingin sekali ia temui saat ini.

Pria itu sedang asik menyusun kayu bakar dan membuat tungku  dari batu, bisa dibilang pria itu sedang melakukan sesuatu, mungkin ia akan memasak.

Ara menghampiri pria itu dengan langkah secepat kilat.

"Arka!" panggil Ara, sambil menunjukan senyumannya yang paling manis itu.

Pria yang dipanggil Arka itu  diam sejenak, dan menatap Queen sekilas. "Ngapain?"

Ara beringsut mendekati Arka yang akan memasak. "Lo mau masak? Apa yang bisa gua bantu?"

Arka menggelengkan kepalanya tanda tidak ada yang perlu Ara bantu, namun Ara tidak menyerah hanya karena gelengan kepala dari Arka.

"Gua masakin lo sesuatu deh." Ara mendekat ke api yang telah dibuat Arka barusan.

"Gua bakal masak makanan yang paling enak sedunia." ucap Ara penuh semangat, yang disambut dengan anggukan saja oleh Arka.

Setelah Arka setuju, Ara menyuruh Arka duduk dan melihatnya saja. Kali ini hanya Ara yang akan memasak, dan Arka tidak perlu membantunya. Dan sebenarnya, Arka pun tidak punya niat seperti itu sama sekali.

Ara menaruh periuk kecil itu di atas tungku, gadis itu kemudian menuangkan dua gelas air ke dalamnya, sambil menunggu air itu supaya mendidih. Ara mengupas mie nya, dan menaruh bumbu pada mangkok yang telah disediakan Arka.

Ara berkali-kali mengusap wajahnya, matanya perih sekali ketika asap dari api tersebut melewati dirinya.

"Demi bebep."

Berkali-kali Ara mengucapkan dua kata itu, tetapi tidak sama sekali dihiraukan oleh Arka.

Setelah airnya mendidih, Ara memasukan mie itu ke dalam periuk, ia menunggu mie itu agar lunak, kemudian setelah lunak. Ara membawa mie buatannya itu ke Arka.

"Ini dia. Masakan paling enak yang udah dibuat sama Ara. Pokoknya di jamin, ini adalah makanan paling enak dari makanan lain yang pernah Arka cobain."

Pria itu tidak menghiraukan perkataan gadis tersebut. Ia sedikit terkejut ketika Ara hanya memasak mie instan saja, dan ia bilang jika ini adalah makanan terenak, dengan menggunakan kata  'sedunia' pula.

"Ini mie instan, gua pun sering makan. Rasanya pun sama seperti mie lainnya."

Ara menggeleng cepat. "Lo salah. Lo tau kan ini mie rasa apa?"

Arka mengangguk ingat, tentu saja ia tahu. Karena dirinya sendirilah yang sudah menyiapkan mie  instan tersebut.

"Ini mie indomie rasa soto."

Ara tersenyum, ia kemudian berpikir sejenak. "Tapi masih ada yang beda."

"Apa?" Arka bertanya tanpa basa-basi.

Ara mengedipkan sebelah matanya, menatap Arka dengan tatapan menggoda. "Ciee pangerannya Ara gak sabar banget kayaknya, buat denger jawaban peri kecilnya."

"Cemara Freya Sabrina!"

"Iya sayang?" Arka memalingkan wajahnya, ketika Ara mengatakan hal seperti hal itu padanya.

Ara kemudian semakin menggoda Arka, gadis itu masih memegang mangkuknya. Ia mengambil sendok  dan melayangkan satu suapan ke depan mulut Arka.

"Indo kan berarti campur ya? Nah gua bikin mie ini dicampur sama sesuatu, yaitu cinta. Mangkanya kalo lo makan ini, kerasa nya kayak bakal enak banget lah."

"Dan satu lagi. Mie inikan, rasa soto ya? sama seperti kuahnya. Asam, gurih, asin gimana gitu. Jadi, seperti jalan cinta kita. Cinta aku ke kamu."

"Jadi kenapa mie nya bisa enak sedunia, itu karena mie ini adalah mie buatan cewek cantik yang jatuh cinta sama babang Arka yang amat-amat tampan. Direbus dengan air yang menyejukan seperti cinta, dipanaskan oleh api yang membara, seperti hangatnya cinta. Dan ada tambahan bumbu, yang diracik atas nama cinta."

Mendengar penuturan Ara. Arka justru terdiam, entah apa yang barusan Ara katakan, gadis itu pandai sekali membuat gombalan. Dan menurut Arka, itu hanya sebuah bualan.

"Lalu?" tanya Arka.

"Mie sedap rasa soto yang dibuat dengan penuh cinta." ucap Ara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Sweet MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang