Luka

8 2 0
                                    

Kadang kala, manusia merasakan sakit. Mungkin juga, hampir setiap hari. Tak peduli sedang merayakan kebahagiaan, sekali pun memang sudah jatuh tertimpa tangga.

Kalau boleh mengutip kata-kata seseorang, maka akan kukatakan, bahwa aku lupa bagaimana caranya tuk bahagia.

Aku lupa cara tertawa seperti orang-orang di sekitarku. Meskipun itu palsu atau memang tulus dari hati.

Aku lupa bagaimana cara berjalan tanpa perlu mengangkat sebelah tumitku. Sakit. Aku tak tahu harus bagaimana lagi, karena yang bisa kulakukan saat ini hanyalah terbaring di atas ranjang rumah sakit sembari menunggu ajal menjemput.

Tidak! Harusnya ada yang masih bisa kulakukan. Namun ... apa itu? Otakku tak dapat berhenti berpikir, mencoba menggali memori sedalam mungkin. Aku hampir amnesia total. Kadang kepalaku terasa dipukuli saat memori lama kembali melintas singkat.

Saat serius berpikir, teman-temanku justru datang menjenguk dan mengacaukan ketenanganku. Sebentar ... apa aku punya teman? Mungkin, lebih tepatnya beberapa orang asing yang berseragam sekolahku dulu.

"Hai, apa kami menganggumu?" tanya seseorang yang sepertinya tokoh utama dalam kunjungan ini.

"Enggak, kok," balasku singkat.

"Syukurlah. Jadi, kami ke sini ingin menanyakan bagaimana kondisimu. Apa sudah membaik sejak turnamen bulan lalu?" tanya gadis cantik dengan name tag Naomi.

"Turnamen?"

Aku menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, bukan berarti aku idiot. Hanya saja aku lupa tentang hal itu.

"Kamu, 'kan, cedera setelah me-receive bola yang keluar lapangan."

Aku tidak paham apa yang gadis itu katakan. Bertemu dengan orang-orang ini membuatku semakin kesakitan. Lantas, aku menekan tombol darurat berulang kali.

Aku tidak ingin merasakan sakit lagi. Cukup fisikku saja yang terluka, mentalku jangan.

Dengan begitu, perawat dan dokter yang merawatku pun datang dengan napas tersengal-sengal. Mempersilakan mereka yang menggangguku untuk pergi saja.

Aku lebih suka seperti ini.

Aku takut untuk kembali merasakan sakit.

Aku takut jika aku terluka.

Aku ingin lari.

Meskipun nantinya akan berdampak pada kesehatan mentalku.

Aku terlalu takut dengan kenyataan.

×××

-END-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita MiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang