Ntah udah berapa lama Zion di dalam salah satu WC terminal, cowok itu terus ngucek kemeja kesayangannya yang kayaknya bakal dia mandiin kembang sesampainya di rumah nanti.
Jujur, Zion kesal pengen banget marah sama cewek sinting yang baru beberapa hari lalu bikin motornya mental, plus bikin dia mual karena bau jengkol,
Tapi Zion nahan semuanya karena mengingat wajah Zera tadi, cewek itu jelas malu plus takut,
"Hhh nyusahin."
Zion berhenti ngucek dan make kemeja yang pundak sampai lengan kirinya masih basah, ngak ada pilihan, Zion ngak ada baju bersih lain selain kemeja ini.
Saat keluar dari dalam WC umum, Zion langsung melihat Zera yang setia bersandar di dinding sebelah pintu keluar WC, keliatan banget cewek itu capek tapi rasa takut lebih mendominasi wajah cewek itu,
Zion menghela nafas, dia capek berurusan dengan cewek ini lagi, Zion memilih melewati Zera, tapi gagal Zera narik kemaja Zion kencang, sampai-sampai Zion yang cowok kalah dengan tenaga Zera.
"Apa?"
Dingin dan ketus.
Keberanian yang dari tadi cewek itu kumpulin mendadak sirna, Zera jadi takut buat sekedar natap muka Zion,
"Sorry"
Zion tetap ngeliat Zera dingin, cowok itu ngeraih tangan Zera yang masih megang ujung kemejanya dan ngehentak tangan itu sampai-sampai Zera kaget,
Zion langsung pergi setelahnya, ngebuat Zera makin pengen nangis sekaligus teriak kencang-kencang, dia malu, merasa bersalah, takut, sekaligus kesal.
Semuanya bercampur aduk, apalagi saat tatapan dingin Zion tadi, keliatan jelas cowok itu ngak suka keberadaan Zera di dekatnya.
"Anjir gini amat sih nasib gue."
乁( ⁰͡ Ĺ̯ ⁰͡ ) ㄏ
Kembali ke realita kehidupan yang menyeramkan.
Kini Zera terduduk di jok belakang mobil milik bunda nya sambil melamun memandang keluar, Zera benci keadaan ini, benci ketika harus kembali ke tempat yang mereka sebut rumahnya padahal bukan.
Benci ketika harus kembali bertemu dan mendengar segala hujatan itu kepada diri nya.
"Haduh macet! Gara-gara kamu ni! Lama banget keluar pake acara ketiduran segala!"
Zera menutup mulutnya rapat-rapat dan terus berkata meyakinkan diri sendiri bahwa seseorang di depan yang sedang mengendarai mobil itu adalah ibunya, orang dewasa yang tak seharusnya dia katai.
"Nyusahin aja setiap kali pulang pasti begini, kamu itu buat waktu saya habis tau tidak?!"
Zera tertegun, meski bukan pertama kali mendengar kata-kata seperti ini Zera tetap lah manusia yang hatinya belum tentu sekuat itu.
"Terus kenapa mama jemput aku?"
"Tidak tahu terima kasih! Kalau begitu beneran tidak saya jemput kamu!"
Merasa semakin ingin menangis, Zera mengambil earphone dari dalam tas kecilnya dan mulai menyetel lagu dengan sangat kencang agar suara ibunya tak kembali terdengar.
Benar-benar hari yang buruk...
─=≡Σ(╯°□°)╯︵┻┻
Tok tok tok
"Zion?"
"Ya ma?"
Zion memandang perempuan di depan pintu kamarnya yang sedang tersenyum senang melihatnya.
"Mau makan apa malam ini?"
Masih dengan senyum ceria, mama Zion, Davina memasuki kamar milik anak laki-laki satu-satu nya itu,
"Apa aja ma"
"Masih bete? Muka nya itu loh ditekuk mulu, masa sama mama aja ngak mau senyum sih?"
Davina duduk di sebelah Zion, mengambil buku novel fiksi ilmiah dari tangan anaknya itu,
"Zion bete kenapa sih? Cerita dong sayang"
"Ngak kenapa-napa ma."
"Mana ada orang bilang 'ngak papa' tapi mukanya ditekuk gini, hayu atuh cerita kenapa"
Mendadak jadi manja, Zion menyandarkan kepalanya ke bahu mama nya itu sambil memeluk lengan perempuan yang paling disayangi nya itu.
"Bete, motor Zion di rumah nenek rusak gara-gara nabrak sepeda tapi mama tau ngak yang lebih nyebelin?"
"Apa tuh?"
"Yang pake sepeda itu cewe, dia ceroboh bet maa, nyebelin tadi pas di bus pulang dia ngebuat kolam di baju kemeja Zion."
"Ha? Hahahaha, jadi ini yang bikin ini muka ditekuk mulu?"
"Jangan diketawain atuh, ma"
"Oke deh, tapi senyum dulu dong."
Dengan amat sangat terpaksa Zion menarik bibirnya untuk tersenyum.
"Davina?!"
Baru saja ingin melanjutkan pembicaraan dengan anak laki-laki nya itu, nama Davina sudah di panggil dari bawah, menandakan bahwa kepala keluarga di keluarga tersebut sudah pulang.
Davina menatap Zion yang mendadak cemberut lagi, kesel padahal masih pengen cerita tapi harus tertunda.
"Jangan cemberut lagi, mama ke bawah dulu ya ketemu papa sekalian masak, mama buatin makanan kesukaan kamu deh."
Zion ngangguk males aja, Davina berjalan menjauh dan bahkan sudah keluar menutup pintu, tapi beberapa detik kemudian pintu terbuka lagi,
"Oh ya mama lupa bilang, hati-hati loh ya kesel-kesel sama cewek terus kepikiran eh malah suka."
"Apaan sih ma"
Davina hanya tersenyum jahil melihat muka kesal Zion lalu menutup pintu dan kini benar-benar pergi ke lantai bawah.
Tbc
Jangan lupa vote and tinggalkan jejak ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun And Moon
Teen Fiction"Sun? Moon?" Iya. Matahari dan bulan. Ini kisah matahari dan bulan yang saling membutuhkan. Matahari dan bulan bukan nama, mereka sifat yang aku miliki dan dia miliki. Tapi, apakah sang matahari selalu yang memiliki sifat bersinar? Atau dia yang mem...