prolog

15 2 0
                                    

"Tolong jangan usir kami dari sini tuan"

"Dengar ya kami tidak mau disini ada penyihir menjijikan seperti kalian" sahut orang-orang yang berada disitu

"Tapi saya tidak pernah  melakukan apa yang seperti selama ini beredar di desa"

"Jelas-jelas kami melihat dengan mata kepala kami sendiri bahwa kau berusaha membunuh tuan Gaius menggunakan racun yang kau buat sendiri, dasar monster" sahut mereka lagi

"Tidak, tolong percayalah aku tidak akan melakukan hal keji seperti itu"

"Tapi tetap saja kau adalah penyihir, dan penyihir adalah musuh utama manusia, tidak mungkin kalian datang kesini tanpa ada maksud apa-apa" jawab kepala desa yang tadinya masih berusaha netral tapi sekarang dengan cepat mengubah haluan lebih condong ke para warga desa

"Tidak ada tuan, saya dan keluarga saya murni hanya ingin menjalani hidup kami dengan tenang tanpa mencelakai satupun warga desa yang ada disini"

"Maaf Celso, aku tidak bisa membantumu kali ini, suaraku kalah banyak dengan para warga yang menginginkan kau keluar dari desa," ucap tuan Kasino sang kepala desa sekaligus sahabat Celso Daxterv karena mereka bekerja memantau pembangunan gedung gereja di desa Lascaux yang berada lumayan jauh dari kota.

"Penyihir harus dipenggal kepalanya, percuma jika kita hanya mengusirnya bisa saja mereka berkeliaran dan mencari korban lain," ucap seseorang yang tiba-tiba datang, dia adalah tuan Gaius

"Kenapa kau berusaha membunuhku Celso?"

"Kau takut aku membongkar bahwa kalian adalah penyihir? tapi sayang sekali sekarang seluruh warga desa jadi mengetahuinya," ucap Gaius sambil menyudutkan bibirnya membuntuk sebuah seringai licik

"Kau sungguh jahat Gaius, aku tidak pernah menyangka kau akan menjebakku seperti ini" ucap Celso sambil menitikkan air matanya

"Jangan menangis Celso, Penyihir tidak pantas menangis kalian ini adalah keturunan iblis." Gaius mendongakkan kepala Celso sambil menjambak rambut panjang Celso yang diikat menggunakan getah pohon karet yang istrinya ubah menjadi ikat rambut untuk suaminya itu.

"Kalian harus dipenggal kepalanya"

"Tolong kau boleh membunuhku tapi tolong jangan dengan keluargaku" ucap Celso sambil berlutut memohon di kaki Gaius



Adrien menutup mata Asher, sang adik, saat sang ayah diperlakukan seenaknya oleh Gaius agar Asher tidak menangis, tetapi Asher tetap mengetahuinya lewat isak tangis sang ayah yang memohon agar keluarganya tidak dieksekusi.



"τρέχω πολύ γρήγορα" teriak sang ayah ke arah anak-anaknya yang mengintip lewat jendela  kamar mereka dilantai 2 rumah mereka yang langsung ditanggapi oleh Adrien dan Asher karena mereka memahami bahasa tersebut yang artinya "lari, lari cepatlah".


Adrien dan Asher tanpa berlama-lama langsung berlari mengambil tas selempang mereka yang terbuat dari wool itu dan berlari ke tangga dan menarik ibunya yang terduduk lemas di pintu melihat suaminya akan dieksekusi.


"Ibu, ayah menyuruh kita untuk lari dari sini jika tidak mereka juga akan mengeksekusi kita," ucap Adrien terengah-engah

"Bu, tolong sadarlah kami masih membutuhkan ibu" Adrien masih berusaha membujuk ibunya yang terduduk sambil menangis kencang melihat belahan jiwanya ditarik, dipukul, ditendang, dan diseret oleh banyak warga

"IBU" teriak Asher sambil menangis

Ny.Meade Daxterv itu tersadar karena tangisan anaknya yang sangat memilukan, lalu ia beranjak dari duduknya untuk mengambil uang logam yang tersimpan di laci untuk tabungan pendidikan anak mereka yang ditabung oleh Tn. Celso dan istrinya Ny. Maede karena ingin menyekolahkan anak mereka di sekolah terkenal di kota yang berisikan banyak anak bangsawan-bangsawan terkenal negrinya karena mereka ingin pendidikan terbaik bagi anak-anaknya yang kini uangnya harus dia ambil karena peristiwa yang menyayat hati ini.


Lalu, ia terus berjalan kearah kamar kecil kosong tempat menyimpan barang-barang yang sudah tidak terpakai dan mengambil sebuah kotak yang berisikan 2 cairan mirip darah ditempatkan di sebuah kaca berbentuk tabung kecil lalu ikut memasukkannya ke tas yang sudah ia persiapkan


"Ayo kita lari dari sini." ucap sang ibu kepada kedua anaknya lalu menggendong anaknya Asher si bungsu yang berusia 6 tahun dan menyuruh Adrien sang anak yang berusia 10 tahun itu untuk berpegangan erat pada gaunnya dan mereka mulai berlari sekencang mungkin menjauhi desa.



---------------------------------------------------------------------


HI THANKS FOR CLICKING MY STORIES GO GET YOUR SNACK AND HOT CHOCOLATE/MILK/COFFEE AND HAVE A GOOD TIME READING <3

alterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang