Malam hari yang bukan pagi, bulan bintang dan cahaya lampu gantung membuat malam ini menjadi malam yang indah dari biasanya.
Malam ini banyak orang orang habiskan dengan keluarga, teman, atau bahkan pacar. Mereka bersenang senang bersama di malam yang indah ini.
Berbeda dengan ku, malam yang indah ini ku lewatkan dengan bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupku.
Aku tinggal sendiri di Miyagi, tidak ada kenalan ataupun saudara ku yang tinggal di sini. Pukul 22:30 ini saatnya aku pulang ke rumah, sebelum pulang aku mampir sebentar ke konbini untuk membeli makanan.
Sesampainya dirumah aku langsung mandi dan memasak makanan yang ku beli tadi, setelah itu aku makan sambil menonton tv untuk memecahkan keheningan di rumah ku. Selesai makanan ku cuci piring ku, mematikan tv lalu ke kamar berniat untuk tidur.
Niat ku untuk tidur terhalang dengan tiba tiba air mata ku jatuh membasahi pipiku, ini tak hanya terjadi sekali melainkan berkali kali atau bahkan bisa dibilang hampir setiap hari.
"Malam hari adalah waktu yang tepat untuk menangis" kataku membiarkan air mataku mengalir di pipiku
Entah apa yang aku tangisi, mungkin seseorang atau hewan peliharaan? Ah sepertinya tidak, lebih tepatnya aku menangisi kehidupan dan diriku sendiri.
"Apakah orang tidak berguna seperti ku masih layak hidup?"
"Aku mendengar dari orang banyak katanya semua orang di ciptakan pasti berguna, tapi apakah itu berlaku untukku?"
"Ah [name], sadarlah itu tidak berlaku untuk mu, kau tidak berguna, kau hanya sampah, tidak ada orang yang menginginkan mu hidup. Lebih baik kau mati" ucap ku pada diriku sendiri dan itu menciptakan air terjun di pipiku
"Hei diriku apa kau ingat pesan ayah mu?"...
Flashback on
"Tousan, kaasan mite mite " seorang anak kecil berlari ke arah kedua orang tuanya sambil membawa sesuatu di tangannya, dan itu adalah aku saat berumur 6 tahun
"Ada apa sayang? Kau terlihat bersemangat sekali" ucap seorang pria, dia adalah ayah ku
"Apa yang kau bawa nak?" Tanya wanita cantik dan itu adalah ibu ku
"Karena sedang musim dingin, aku membuat syal ini untuk kita bertiga pakai" kataku bangga dengan apa yang aku buat
"Wah kami bangga dengan mu nak" kata mereka sambil memelukku
'Pelukan yang hangat, aku ingin merasakan ini selamanya' batin ku
Ingin rasanya lebih lama aku merasakan pelukan hangat ini tapi kenyataan berkata lain, tak lama setelah itu ibu ku meninggal karena kecelakaan.
Setelah kepergian ibu, hidupku yang dulu diisi dengan canda tawa kini diisi dengan rasa sakit di sekujur tubuh dan tangisan kesedihan.
Ayah ku yang dulunya bagaikan malaikat kini berubah menjadi iblis. Dia selalu memukul ku, menendang ku, membuat luka memar di tubuh ku, dia menyalahkan ku karena katanya aku adalah penyebab kematian ibu.
"DASAR SAMPAH! TIDAK BERGUNA! BISANYA HANYA MENYUSAHKAN ORANG!" Teriaknya sambil memukuli ku
Aku hanya bisa diam tanpa berani melawan. Semakin hari diriku semakin kurus dan banyak luka memar karena setiap hari di pukuli oleh ayah ku.
3 tahun aku merasakan penyiksaan sampai akhirnya aku muak dan berencana untuk melarikan diri.
Setiap pulang kerja aku selalu menyisihkan uang untuk ongkos pindah ku, sampai akhirnya uang yang ku kumpulkan selama ini cukup untuk ongkos pergi ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Gadis Hujan] >> Tsukishima X Reader
Fanfiction[COMPLETE] Orang orang yang melihat ku pasti berpikir kalau aku ini gadis bodoh yang berjalan dibawah hujan deras. Tapi aku tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan tentang diriku. Aku menikmati setiap tetes yang turun dari langit. NOTE: - Read...