11 Januari

13 0 0
                                    

Notifikasi hapeku berbunyi, aku tersenyum ketika aku tau siapa pengirimnya.
Isi pesan: Dah saya kirim Grab kerumah awak, kejap lagi sampai. Saya tunggu awak dicoffee shop hotel.
Balasanku: Ok, aku udah siap.
Tak berapa lama motor jemputanku tiba.
Tiba di hotel aku segera mencari coffee shop, dengan jantung yang berdebar-debar tidak menentu dari semenjak di rumah hingga selama perjalanan menuju hotel. Berdebar, karena ini untuk yang pertama kalinya aku akan bertemu dengannya. Selama 10 tahun mengenalnya baru kali ini ada kesempatan kami untuk bertemu secara langsung.
Biasanya kami hanya bertemu melalui dunia maya, whatsapp, messenger, email dan yahoo. Di yahoo juga pertama kali aku mengenalnya. Bermula hanya chatingan biasa, saling berbagi cerita, saling canda, tertawa bersama, sedih bersama, hingga persahabatan kami terjalin menjadi sepuluh tahun lamanya. Selama sepuluh tahun selalu ada pasang surut, bergaduh, adu argumen, marah, merajuk dan kemudian saling memaafkan. Saling memaafkan karena kami merasa seperti ada suatu ikatan batin yang tidak bisa dilepaskan diantara kami.
Tiba di coffee shop masih di depan pintu masuk, dari kejauhan aku sudah mengenali wajah tampannya, wajah tampannya yang biasa ku lihat di instagram, sedang tersenyum melambaikan tangan kearahku.
Aku segera berjalan menuju tempatnya duduk, dan jantungku semakin berdebar-debar tak karuan, seperti genderang mau perang, tapi debarannya terasa indah dan nyaman di hati. Reflek tanpa sadar menghadirkan senyuman sumringah di bibirku dan pancaran mata yang berbinar-binar seperti binarnya bintang di malam hari.
"Hi," katanya sambil tersenyum menatapku.
"Hi juga," jawabku dengan nada grogi.
"Ternyata awak jauh lebih cantik daripada di foto," katanya membuatku merasa malu, malu karena merasa gak yakin dengan ucapannya. Meskipun aku tau untuk sekalipun dia tidak pernah merayu atau menggombaliku, dia selalu bicara apa adanya.
"Kite langsung pegi je?" tanyanya.
Aku mengangguk.
"Kita naik apa?" tanyaku.
"Oh, kite naik mobil. Saya udah rental mobil hotel. Nanti awak yang pandu jalan, ya.. " jawabnya.
"Tapi aku gak tau kali jalanan kota Medan ini, meskipun aku udah lama tinggal di Medan, maklum anak rumahan, hehehe.. " jawabku.
Dia tersenyum.
"Tak pe, kite lihat google map je," jawabnya.
"Lihat google map pun aku tak tau, " jawabku.
"Amboi... Awak ni la.. Jadi apa tau awak, " katanya.
"Makan, sama mencintai awak, " jawabku sambil tertawa.
Seketika dia tertawa terbahak-bahak.
"Mengorat pulalah awak. Cair saya dibuat awak," jawabnya.
Di dalam mobil dia memutar lagu 11 Januari kesukaanku sambil berkata.
"Ini lagu kesukaan awak kan?"
Aku tersenyum sambil mengangguk.
Sepanjang perjalanan banyak hal yang dia ceritakan, tentang pekerjaannya, tentang keluarganya, tentang kesibukannya yang sangat sibuk hingga terkadang jarang punya waktu untukku. Tapi aku memakluminya.
Dulu mula-mula awal hubungan kami, seringkali bertengkar karena kesibukannya membuatnya selalu lama membalas whatsappku. Hingga membuatku merasa tidak yakin dengan ketulusan cintanya. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, dan waktu juga yang membuktikan ketulusan cinta seseorang seberapa dalam dan tulus cintanya kepadamu meskipun terkadang kau meninggalkan dan mengabaikannya karena kemarahan yang sesaat.
Dulu setiap kali aku marah padanya, aku selalu meninggalkannya bahkan memutuskan hubungan,meninggalkannya tanpa jejak. Mengganti nomor whatsap, mengganti facebook, mengganti email, tapi dia selalu punya cara untuk menemukanku kembali dan meluluhkan hatiku dengan tanpa rayuan. Mungkin sebenarnya luluhnya hatiku kepadanya karena aku tidak pernah bisa berhenti memikirkannya, meskipun aku sedang bersama orang lain. Setiap kali aku bersedih, bahagia, merasa sendiri dan kesepian, orang pertama yang selalu ku ingat hanyalah dia. Dan aku juga tidak tau, aku dan dia seperti mempunyai ikatan batin yang sangat kuat, hatiku dan hatinya seperti selalu terhubung. Itu terbukti, ketika aku sangat merindukannya tapi aku selalu gengsi untuk menghubunginya ataupun juga aku tidak ingin mengganggu kesibukannya, dengan tiba dia menghubungiku dan berkata, 'Saya rindukan awak'.
Kami tiba di sebuah cafe mewah, di daerah kawasan elit, menurutku ini sangat mewah, dan aku belum pernah kesini. Aku sampai bertanya padanya.
"Darimana kamu tau cafe ini?  Aku aja gak tau meskipun aku orang Medan," kataku.
"Teman saya yang bagitau, kebetulan istrinya orang Medan, dan mereka sering kesini, " jawabnya.
Dia memesan cappucino dan sepotong cake, sedangkan aku memesan lemon tea dan steak daging.
"Kamu gak makan?" tanyaku.
"Tak, saya baru siap makan tadi di hotel," jawabnya.
Ada satu yang paling aku suka dari dia, dari perjumpaan pertama di coffe shop hingga sekarang di cafe, untuk sekalipun dia tak pernah membuka hapenya, meskipun hapenya diletakan di depannya dan notifikasinya selalu berbunyi.
"Dari tadi hape kamu bunyi tuh, kenapa gak dilihat, mana tau penting," tanyaku.
"Biarkan je, sekarang waktunya saya bersama awak. Saya hampir tak pernah punya waktu untuk awak, jadi masa saya bersama awak, saya tak mau terganggu dengan pekerjaan atau hal-hal yang lain, saya ingin menghabiskan waktu bersama awak selagi saya di Medan," jawabnya.
"Kapan kamu balik ke KL?" tanyaku.
"Insya Allah selasa," jawabnya.
"Aku boleh tanya sesuatu sama kamu?" tanyaku.
"Apa tu?" jawabnya.
"Apa benar gosip-gosip yang aku baca di internet tentang kamu?" tanyaku.
"Ok, saya akan menjawab pertanyaan awak, kalaupun saya menjawab pertanyaan awak bukan berarti maksud saya untuk meyakinkan awak agar awak tak meninggalkan saya, tapi saya menjawab itu biar awak tau kebenaran tentang saya yang sebenarnya," jawabnya dengan bijak.
Aku menatap matanya dalam-dalam untuk mengetahui kejujurannya.
"Sekarang saya tanya sama awak, selama 10 tahun kita berhubungan, ada tak saya merendahkan awak, mengajak awak chat sex, telepon sex atau video call sex?" tanyanya.
"Tidak pernah sekalipun, kamu selalu menghormatiku, bahkan selama 10 tahun kita menjalin hubungan seingatku kamu hanya sekali mengucapkan kata sayang padaku selebihnya hanya bilang rindu. Tapi meskipun begitu aku yakin dengan ketulusan cinta kamu, karena kamu selalu ada untukku dan selalu menganggap ku orang yang paling penting dalam hidupmu," jawabku.
"Darimana awak tau kalau saya menganggap awak orang yang paling penting bagi hidup saya?" tanyanya lagi.
"Karena setiap kali aku menghilang dan meninggalkanmu, kamu selalu bisa menemukanku. Dan seseorang pernah berkata padaku, 'Jika seseorang itu penting bagiku maka aku akan mencari tau dimana keberadaannya, meskipun dia sudah mengabaikanku. Tapi jika dia tidak penting bagiku, maka akupun tidak memerdulikannya'." kataku.
Dia tersenyum sambil mengangguk mendengar jawabanku.
"Jadi.. Awak masih percaya dengan gosip-gosip itu?" tanyanya lagi sambil menatapku dalam-dalam.
Aku menggeleng sambil tersenyum.
"Tapi... Kenapa kamu cuma sekali mengucapkan kata sayang sama aku?" tanyaku penasaran.
"Awak masih meragukan sayang saya  sama awak? Saya pernah berkata sama awak, 'Orang yang berpura-pura mencintai akan mudah mengucapkan kata-kata cinta, tapi perbuatannya tidak menunjukkan kalau dia sungguh-sungguh mencintai awak. Sedangkan orang yang tulus mencintai akan selalu sulit untuk mengungkapkannya tapi ketulusan cintanya akan terlihat dari cara dia bersikap dan memperlakukan awak. Dia rela membuang egonya jauh-jauh hanya demi awak, menghormati dan menghargai awak, menjaga awak meskipun awak jauh dari pandangan matanya," jawabnya.
Aku tersenyum menatapnya, menatapnya dengan penuh kekaguman dan rasa sayang yang luar biasa. Aku bertanya dalam hati, mengapa dia memilihku? Sedangkan diluar sana banyak perempuan yang menginginkannya. Wajah yang tampan, blasteran Belanda-Melayu, bertubuh tinggi tegap 185 cm, dengan perut ratanya yang sixth pack (kotak-kotak) yang sering di uploadnya di media social, yang terkadang membuat keimananku hampir runtuh bila melihat tubuh kekarnya yang berotot (hehehe..). Memiliki materi yang berlebih, dan populer, itu sebabnya terkadang aku tak berani mengupload fotonya terang-terangan karena takut menimbulkan gosip, meskipun dia tidak keberatan, akunya yang keberatan, karena aku belum siap dikejar-kejar wartawan infotainment dari negaranya dan mungkin juga dari  negaraku.
"Kenapa kamu suka sama aku?" tanyaku.
"Karena awak berbeda dari perempuan kebanyakan, sulit menjumpai perempuan seperti awak di zaman sekarang ini. Awak cantik, soleha, pandai, pandai jaga diri dan kehormatan diri, tak mudah jatuh cinta, selalu berhati-hati dengan laki-laki, awak membuat hati saya tenang dan nyaman bersama awak, " jawabnya.
"Aku juga nyaman bersama kamu, hatiku tenang bersama kamu. Bersama kamu, aku bisa menjadi diriku sendiri, kamu tak pernah larang-larang aku, aku  bebas mengekspresikan diriku. Ketika aku marah padamu dan emosiku meledak-ledak, kamu selalu menanggapi kemarahanku dengan santai dan tenang, tanpa ikutan marah. Kamu selalu bisa memahami dan mengerti aku. Kamu selalu bisa membuatku tenang disaat aku sedang gelisah, sedih, marah dan kecewa. Terima kasih... Kamu selalu ada untukku dan selalu mengalah demi aku. Maafkan aku, jika aku sering membuatmu kecewa dan melukai hatimu," kataku dengan mata berkaca-kaca karena terharu dengan ketulusan kasih sayangnya.
Dia tersenyum bijak.
"Saya akan selalu menjaga awak, karena saya sayangkan awak, " katanya.
Lagu 11 Januari mengalun lembut di cafe itu setelah dia memanggil pelayan dan meminta pelayan cafe agar memutarkan lagu 11 Januari,  kesukaanku.
11 Januari
Sebelas Januari Bertemu
Menjalani Kisah Cinta Ini
Naluri Berkata Engkaulah Milikku
Bahagia Selalu Dimiliki
Bertahun Menjalani Bersamamu
Kunyatakan bahwa Engkaulah jiwaku
Akulah Penjagamu
Akulah Pelindungmu
Akulah Pendampingmu
Di setiap langkah-langkahmu
Pernahku Menyakiti Hatimu
Pernah kau melupakan janji ini
Semua Karena kita ini manusia
Akulah Penjagamu
Akulah Pelindungmu
Akulah Pendampingmu
Di setiap langkah-langkahmu
Kau bawa diriku
Kedalam hidupmu
Kau basuh diriku
Dengan rasa sayang
Senyummu juga sedihmu adalah Hidupku
Kau sentuh cintaku dengan lembut
Dengan sejuta warna..

Selesai

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

11 Januari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang