Juna POV
Hari dimana saya bertemu Nawang merupakan hari yang sangat berharga. Dia yang sedang sendirian, berjalan penuh dengan kepasrahan, dan mata nya terlihat menampung air yang siap untuk jatuh.
"Ga punya teman?". Itu kata-kata yang pertama kali saya tanyakan kepada Nawang.
Dengan senyum manis nya, dia menjawab "Punya kak, itu di sana banyak".
"Memangnya mereka mau berteman dengamu?" -tanya ku.
"Gatau hehe, belum nanya ke mereka kak" -jawab Nawang masih dengan senyum manisnya.
"Juna" -aku mengulurkan tangan ku.
"Wulan" -jawabnya sambil menjabat tanganku.
"Kenapa gak mengenalkan diri sebagai Nawang?" -tanyaku karena di papan nama yang berada di dada nya tertulis Wulandari Nawang.
"Hanya Ibu sama Bapak yang manggil saya Nawang kak" -jawabnya
"Saya gak boleh?" -tanyaku
Dia terlihat bingung.
"Boleh atau tidak boleh, saya tetep manggil kamu Nawang" -kata ku kepadanya.
"Fakultas apa?" -tanyaku lagi
"Kedokteran Gigi Kak"
"Jauh." -kataku
"Pergi beli makan sana, ga punya uang?" -tanyaku
"Huh! Punya lah kak, saya kesini selain cari ilmu juga cari makan" -jawabnya dengan nada marah, tapi terlihat lucu di indra pendengaranku
"Saya pergi kak, permisi" -Nawang
"Sebentar" -kata ku sambil menarik tas nya agar tidak berjalan menjauhi ku.
"Ada apa kak?" -tanya nya kebingungan.
"Keluarin bolpoin dan kertas"
"Untuk apa Kak?" -Nawang
"Keluarkan saja, cepat"
Dia pun mengeluarkan buku dan bolpoinnya. Gadis yang pintar, mau menuruti apa yang ku ucapkan.
"Ini kak" -Nawang
"Tulis. 082323232323, sudah?"
"Sudah Kak" -Nawang
Aku mengambil botol minum yang sedari tadi di bawa oleh dia. Meminum air putih yang ada di dalamnya sampai tersisa setengah botol.
"Botol ini saya bawa. Telfon saya kalau mau botol ini kembali, itu tadi nomor saya. Selamat mencari teman, Nawang" -aku pergi meninggalkan dia yang masih mematung di bawah pohon beringin yang ada di halaman depan kampus kami.
💚💚💚💚💚
Nawang POV
Hari dimana aku bertemu dengan Mas Juna adalah hari yang sangat menyebalkan. Tiba-tiba dia datang kepadaku, menanyaiku apakah aku memiliki teman. Lalu kemudian dengan seenaknya dia membawa pergi botol tupperware yang baru saja di belikan oleh ibuku, sangat menyebalkan.
Aku sempat mengira Mas Juna adalah malaikat yang di kirim Tuhan untuk menjadi pelindung dan temanku. Tapi nyatanya, aku salah. Mas Juna datang segala hal yang membuatku marah. Namun, aku tidak bisa marah kepadanya.
Mas Juna memiliki masa lalu yang sangat menakutkan. Dia melihat Ayah nya di bunuh oleh Ibu nya, tentu saja Mas Juna juga nyaris di bunuh oleh Ibu nya. Namun Mas Juna berhasil melarikan diri.
Aku tidak bisa membenci dan marah kepada Mas Juna ketika dia melakukan suatu hal yang menyakitkan kepadaku. Hati nurani ku lebih bekerja dominan daripada akal sehatku. Mungkin, aku juga telah di butakan oleh cinta ku kepada Mas Juna.
Jangan salahkan Mas Juna atas semua ini, karena ini semua adalah keputusanku. Aku yang datang ke dunia Mas Juna.
Sepertinya di hari kemarin aku salah menyimpulkan.
Aku adalah Wulandari Nawang 25 Tahun yang menjebakkan diri di kehidupan Mas Juna.
-----
Hallo, terimakasih yang sudah mampir dan mau meninggalkan jejak.
Saya sangat berterimakasih kepada kalian🥰
Have a nice day, xoxo💚
KAMU SEDANG MEMBACA
; DifferenT ;
Teen Fiction"Because she is different, and no one else can be her. Just her, forever will be"