Hingga saat ini perdebatan antara komunitas sains dan kaum pemercaya kitab suci (terutama agama abrahamik) masih banyak diperbincangkan, dimana masing-masing pihak bersih keras mengklaim bahwa merekalah yang benar, satu pihak berlandaskan teori dan hukum-hukum yang didukung oleh fakta dan bukti ilmiah sementara pihak lain berlandaskan wahyu yang diturunkan kepada nabi-nabi mereka sebagaimana yang tertera pada masing-masing kitab suci yang kemudian dipercaya oleh mereka sebagai suatu kebenaran mutlak. Tulisan saya kali ini bermaksud untuk sekali lagi membahas sekaligus memperjelas masalah dari perdebatan kedua pihak tersebut dengan harapan agar anda yang membaca tulisan ini mendapat suatu pencerahan.
Tidak sedikit orang relijius (terlepas dari apa agama mereka) yang menganggap sains sebagai musuh/lawan ketika tidak sejalan dengan apa yang tertera didalam ajaran agama dan kitab suci mereka, yang lebih parah adalah bahwa orang-orang ini bisa saja tidak segan-segan memboikot, memusuhi, bahkan menghukum mereka yang berpihak kepada kebenaran ilmiah/sains. Banyak kasus hukuman mati pada era renaisans yang dijatuhkan kepada para ilmuwan yang pemahamannya tidak sejalan dengan ajaran agama, seperti yang terjadi pada Giordano Bruno dan Galileo Galilei pada tahun 1600-an. Di era modern saat ini, meskipun hukuman seperti itu kemungkinan besar tidak akan terjadi kembali, namun tetap saja kedua pihak masih saja belum dapat mengakhiri perdebatan mereka yang telah berlangsung ratusan tahun, dan sampai sekarang kedua pihak masih saja seperti sedang melakukan perang dingin.
Apa yang sebenarnya terjadi adalah bahwa banyak orang (khususnya orang-orang yang meyakini suatu agama atau kepercayaan) tidak paham apa sebenarnya sains itu, banyak dari mereka yang sebenarnya buta dan tidak betul-betul memahami apa yang mereka yakini, mereka dibutakan oleh doktrin/dogma dan menjadikannya patokan sehingga mengakibatkan mereka tidak dapat menerima kenyataan yang ada. Jika saja mereka meluangkan sedikit waktu saja untuk berpikir kembali mengenai apa yang tertera pada kitab suci mereka dan mencoba untuk tidak menganggapnya sebagai dogma, maka kemungkinan besar mereka akan sadar bahwa maksud sesungguhnya dari kalimat-kalimat yang tertera pada kitab suci mereka adalah bersifat personal dan tergantung dari interpretasi dari masing-masing pembaca serta orang yang meyakininya. Disisi lain sains yang didalamnya memuat teori dan hukum-hukum fisika/alam serta persamaan matematikanya bukanlah produk yang diciptakan manusia, sains lahir bersamaan dengan lahirnya alam semesta, sains sudah disana sejak awal, manusia hanya bertugas untuk menemukannya. Selain itu, sains bukanlah sesuatu yang harus dipercayai, anda percaya atau tidak itu tidak ada hubungannya dan tidak ada pengaruhnya sama sekali, sains bersifat dinamis dapat berubah sewaktu-waktu, ketika suatu ide/pendapat/hipotesis ilmiah telah diuji dan dapat dibuktikan kebenarannya maka ia akan menjadi sebuah teori ilmiah namun tidak menutupi kemungkinan bahwa dilain waktu teori bisa saja tergantikan jika saja ada teori yang lebih akurat dan telah dibuktikan kebenarannya, oleh karena itu sains menuntut hasil yang akurat, bukti ilmiah/eksperimental, dan fakta aktual. Jadi, apakah ajaran agam/kitab suci selama ini salah? Jawabannya, belum tentu demikian. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya bahwa apa yang tertera dalam kitab suci sesungguhnya berada dalam ranah privat, hanya anda yang seharusnya tahu apa interpretasi/makna sesungguhnya karena itu ia disebut kepercayaan. Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena hampir seluruh apa yang tertera dalam kitab suci adalah kata-kata/kalimat-kalimat khiasan dan perumpamaan, tidak satupun orang yang tahu apa makna sesungguhnya, dan itu tidak seharusnya diterjemahkan secara harfiah seperti yang dilakukan kebanyakan orang dan karena itu Galileo Galilei yang seorang ilmuwan sekaligus seorang kristen yang taat pernah mengatakan bahwa:
"Kitab Suci tidak bisa salah dan ketetapan-ketetapan yang ada di dalamnya mutlak benar dan tidak tergoyahkan. Aku hanya ingin menambahkan bahwa biarpun Kitab Suci tidak bisa salah, penafsiran terhadapnya bisa saja salah ketika mereka mengartikannya hanya secara harfiah kata per kata. Jika ini yang terjadi bukan hanya akan banyak kontradiktif yang muncul, tetapi juga bisa menggali kekufuran dan penghujatan karena kita akan memanusiawikan Tuhan.".
KAMU SEDANG MEMBACA
Sains dan Kitab Suci - Antara Fakta dan Interpretasi
Non-FictionMengenai titik tengah antara Sains dan Kitab Suci.