(02) Prima Anindya Sarayu

11 0 0
                                    

"Kamu pulang nanti? Yakin kamu Prim? Mendung loh ini," Lia menatap keatas awan yang terlihat cukup gelap.

"Halah mendung doang paling, mau mantengin Kak Ten gue," aku tertawa ke arah Lia.

"Gih, pantengin sampe bola mata kamu tuh keluar Prim," Lia ketawa. Anak satu ini bener bener menyebalkan dan aneh. Disaat semua suka sama Kak Ten, dia doang emang yang gasuka sama Kak Ten.

"Apaan sih, sirik aja lu, Li," Aku mendorong Lia dengan pelan.

"Udah ya, aku mau balik, keburu hujan bye sayang."

"Najis lu, orang kayak lu bisa alay juga," aku bertindak seakan akan jijik dengan Lia. Aku menunggu dirinya di lapangan, Kak Ten, lelaki itu lagi bermain basket.

"Sialan, hujan," aku berdecak saat tiba tiba hujan langsung turun.

"Kukira cuma mendung doang," aku mengusap kedua tanganku untuk menghangatkan badan.

"Bodoh ga sih gue kayak nungguin Kak Ten? Ahh ga ga, tapi gue nyesel harusnya pulang duluan kan gue udah bisa rebahan, kalau gini gue pulang bareng siapa coba."

"Hei, kamu kok belum pulang?" Suara lelaki terdengar dari arah belakang, aku langsung segera menoleh dan ternyata...

Kak Ten.

"Aku ehem, maksudnya aku ... aku."

"Hujan loh dek, kenapa coba masih disini, nih pakai jaket saya nih," Lelaki itu memberikan jaket ke arahku. HEI, INI BUKAN MIMPI KAN-- PLEASE.

"Heh, nanti kalau kakak kedinginan gimana, cuma pake seketek gitu," aku menolak perlahan.

"Its okay, saya gapapa, pake aja, sekalian saya anterin pulang gimana? Tapi tunggu hujannya mendingan sih."

"Eung, kalau ga ngerepotin gapapa sih kak," jujur, aku udah kedinginan, bahkan buat tersenyum aja udah kaku.

"Dah, kamu pakai jaket ini dulu aja, jangan dilepas, saya gamau kamu kenapa napa," senyum Kak Ten kearahku. Jantungku, tolong.

Setelah menunggu beberapa saat, hujan udah mulai reda, tanganku dipegang Kak Ten buat menuju ke motornya.

"Ayok, naik," kak Ten menyuruhku naik setelah dia menaiki motornya. Aku diantar pulang sama kak Ten. Entah darimana dia tau asal kosku berada.

"Thanks loh kak, maaf ngerepotin, jaketnya besok aku balikin ya?"

"Iya dek, saya duluan, nyampe rumah langsung istirahat ya, eh iya, kita belum saling tuker nomor."

Kami memutuskan untuk bertukar nomor. Kupikir dia gatau namaku gataunya dia mengetahui namaku, ah entahlah.

"Aku ga nyangka, itu Kak Ten anak idaman cewek kelas kan?"

--------------------------

Aku membuka ponselku, terlihat jelas siapa yang ngechat, iya, Na Jaemin. Lelaki kekanak kanakan itu. Setiap hari mengechat hanya untuk sekedar nanya "Primanya Nana udah makan belum?" Atau "Nana gasuka Prima deket sama cowok lain, sama makanan Nana jangan dikasih ke Mika terus dong." Ayolah, lelaki ini. Akan kubalas nanti saja, lebih baik aku tidur.

Jam sembilan aku terbangun, iya pukul sepuluh malem, karena kebetulan aku tidur jam delapan dan kebangun jam sepuluh. Aku langsung membuka hape dan bodohnya aku membuka room chat Jaemin.

 Aku langsung membuka hape dan bodohnya aku membuka room chat Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah membaca chat terakhir dari Jaemin, Prima langsung beranjak tidur kembali karena tentunya besok ia harus bersekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah membaca chat terakhir dari Jaemin, Prima langsung beranjak tidur kembali karena tentunya besok ia harus bersekolah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang